1. SEJARAH PERKEMBANGAN PENGETESAN
Sejarah awal
¢
Perbedaan individu dapat dievaluasi
¢
Plato dan Aristoteles sudah menulis tentang
perbedaan individu dalam kemampuan dan temperamen.
¢
Untuk menjadi pegawai kerajaan Cina à
harus diuji à
masih secara lisan.
Abad ke 19
¢
Perbedaan individu dalam kemampuan mental dan
sensori motor lebih sebagai gangguan atau sumber kesalahan.
¢
Pengukuran fisik sudah dilakukan oleh
observer berdasarkan kemampuan persepsi.
¢
Memberikan
hasil yang berbeda-beda (orang berbeda; orang sama kesempatan berbeda)
¢
Beralih
pada penyusunan instrumen yang lebih akurat dan konsisten.
¢
Minat
ini dipicu oleh tulisan Charles Darwin, dan bangkitnya psikologi ilmiah.
¢
Wilhelm
Wundt, Ebbinghaus dll à gejala
psikologi dapat dideskripsikan dalam istilah kuantitatif dan rasional.
¢
Penelitian
oleh psikiatris dan psikolog Perancis mengenai gangguan mental memengaruhi
perkembangan teknik pemeriksaan dan pengetesan klinis.
¢
Memacu
psikolog Amerika untuk mengembangkan ukuran
terstandarisasi atas prestasi belajar skolastik.
¢
Psikolog Eropa seperti berperan dalam pengukuran
mental.
¢
Galton à kecerdasan berdasarkan
keturunan; memikirkan tes dan prosedur untuk mengukur perbedaan individu dalam
kemampuan dan temperamen; menemukan teknik korelasi.
¢
Cattel à Menghubungkan skor pada
pengukuran waktu bereaksi dan diskriminasi sensorik dengan nilai sekolah.
¢
Alfret Binet à psikolog pertama yang
menyusun tes mental pertamaà memprediksi pencapaian skolastik.
Awal abad ke-20
¢
Binet dan Simon mengembangkan prosedur untuk
mengidentifikasi anak yang tidak mampu mengikuti pelajaran di kelas.
¢
Mereka menyusun tes, awalnya untuk anak-anak dan
diperluas untuk orang dewasa.
Perkembangan Saat ini.
¢
Teori respons item (item response theory=IRT) à
memungkinkan para penyusun tes untuk memahami hubungan antara respons terhadap
masing-masing item dan antisipasi terhadap tingkat kesulitan berdasarkan teori
tes.
¢
Teknologi komputer
2. TUJUAN PENGGUNAAN TES
- Menyaring para pelamar kerja, program pelatihan dan pendidikan.
- Promosi, mutasi dalam situasi kerja.
- Dasar untuk melakukan konseling.
- Mendiagnosis dan menentukan perawatan psikologi dan fisik di rumah sakit.
- …..
3. KLASIFIKASI TES PSIKOLOGI
Tes dapat dikelompokkan menurut isi, cara penyusunan tes, tujuan penggunaan, cara pengelolaan,
penyekoran, dan interprestasi tes (Aiken, 2008):
1. Tes standar vs non standar.
- Tes standar à untuk mendapatkan sampel yang mewakili orang dari populasi yang akan diadakan tes.
- Ada prosedur tetap untuk pengelolaan dan pemberian skor yang sama terhadap peserta tes
- Tes yang terstandarisasi memiliki norma, berfungsi sebagai dasar interpretasi skor.
- Tes non standarisasi à disusun dengan cara informal.
2. Tes Individual vs Kelompok (waktu)
- Tes individual seperti WISC
à
Tes kelompok seperti APM
3. Speed vs power (batas waktu tes)
- speed à terdiri atas item mudah, waktu ketat.
- power à item lebih sulit.
4. Tes objektif vs non objektif (metode pemberian skor).
- objektif sangat mudah diberikan skor.
- contoh tes kepribadian, tes essai, interpretasi sangat subjektif.
5. Tes
Kognitif vs afektif (menurut isi atau proses mental)
- Tes kognitif : tes prestasi belajar (achievement test), tes bakat (aptitude tes) à Tes Kemampuan
- Tes afektif : mengukur minat, sikap, kepribadian, dll.
Teknik: observasi, inventori,
proyektif
Cronbach (1976):
Tes diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Maximum performance
à Tes
yang mengungkap performansi maksimal
¢
Mengungkap seberapa baik subyek dapat
melakukannya.
¢
Subyek didorong untuk berusaha sebaik mungkin.
¢
Administrasinya harus jelas, batas waktu
disampaikan.
¢
Contoh:
tes inteligensi, tes kemampuan khusus (tes bakat
2. Typical performance
¢
Tes
yang mengungkap performansi tipikal.
¢
Mengungkap
apa yang cenderung dilakukan oleh subjek dalam situasi-situasi tertentu.
¢
Biasanya
subyek tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya, karena memiliki struktur
yang tidak jelas sehingga sulit untuk menebak jawaban yang terbaik.
¢
Contoh:inventori minat, skala sikap, inventori
kepribadian.
4. STANDAR ETIKA PENGETESAN
- Menjaga keamanan materi pengetesan sebelum dan sesudah pelaksanaan tes.
- Menghindari pemberian label berbasis individu pada skor tes tunggal.
- Mengikuti hukum hak cipta, menghindari foto kopi.
- Mengurus dan memberikan skor tes dengan tepat
- Mengungkapkan hasil hanya pada orang berwenang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar