Selama ini lobster yang dibesarkan dengan beragam teknologi waring dan EDU umumnya memakan waktu 7 bulan. Dengan memanfaatkan arus deras yang berkembang awal 2005 memberi harapan baru bagi peternak. Cara yang dipakai Cuncun Setiawan di Bintaro, Tangerang, itu membuat waktu panen maju 30 hari. Sayang, teknologi terbentur sumber air karena kolam sangat mengandalkan debit air yang besar.
Kesuksesan Firman menyunat waktu pembesaran tidak mengandalkan teknologi maupun modifi kasi kolam budidaya. Pengelola bengkel motor di Sidoarjo, Jawa Timur, lebih menekankan pentingnya seleksi benih. Calon benih harus bongsor. Cirinya tubuh agak kekar dan sedikit lebih panjang. Benih seperti itu jelas sulit didapat. Dari setiap betina bertelur, hanya 10% saja yang terlihat bongsor setelah mencapai ukuran 5 cm.
Tambah pakan
Perawatan yang dilakukan Firman sama seperti umumnya peternak. Kualitas air dijaga dengan fi lterisasi. Pelet dan pakan alami seperti cacing tanah dan keong mas diberikan bergantian. Yang berbeda hanya dosis pemberian pakan. Jika selama ini jumlahnya berpatokan 1,5?2% dari bobot tubuh/hari, ayah 2 putra itu menaikkan hingga 5%. ?Benih bongsor lebih rakus sehingga akan cepat besar,? ujar penggemar tenis itu.
Wajar bila kemudian pertumbuhan red claw selama 2 bulan pertama melesat hingga mencapai ukuran sekitar 8 cm. Tiga bulan berikutnya panjang tubuh Cherax quadricarinatus itu 15 cm. Bobot rata-rata mencapai 100?110 g/ekor. ?Bila ruang gerak cukup, lobster lebih cepat besar,? tutur Firman yang mengatur padat penebaran 8?10ekor/m2.
Menurut pemilik Kayumanis Lobster Training Center di Bogor, Toni Kurniawan, pembesaran lobster supercepat itu sangat mungkin dilakukan. Bahkan waktu pembesaran bisa dipacu lebih singkat lagi hingga 4,5 bulan, bila seleksi benih lebih cermat. ?Dampak pembesaran supercepat ini cukup besar, seperti mengurangi biaya operasional,? ujarnya.
Kolam tanah
Menurut FX Santoso, peternak di Surabaya, semua benih sebetulnya dapat dipaksa tumbuh cepat, terutama jika pembesaran dilakukan di kolam tanah berukuran besar di atas luasan 200 m2. ?Cukup ditebar biasa saja, panen dapat dilakukan sekitar 6 bulan berikutnya,? ujar mantan kontraktor itu. Meski demikian banyak rambu-rambu yang perlu dipatuhi agar tujuan berhasil.
Jenis struktur tanah kolam yang selama ini diabaikan peternak justru menjadi vital. Tanah berpasir, misalnya, berisiko karena menyebabkan air mudah hilang. Masalah lain juga timbul saat kolam dibangun di atas tanah yang terlalu liat. Tanah liat menghambat proses penyerapan kotoran secara alami. ?Yang terbaik struktur tanah itu campuran lempung dan sedikit berlumpur,? ujar FX Santoso.
Pemakaian plastik sebagai penahan agar air tidak merembes tidak disarankan. Pemakaian plastik membuat bagian tanah di bawahnya berembun. Selama plastik dijamin tidak bocor tidak ada masalah. Namun, kenyataan di lapangan capit lobster dengan mudah merobek plastik. Akibatnya kualitas air berubah karena tanah yang tertutup plastik menjadi asam. ?Karena kebocoran itu, dari penebaran 14.000 benih pada November 2005, hanya dalam sebulan cuma tersisa 4.000 ekor, selebihnya mati,? ujar FX Santoso.
Untuk menghindari kebocoran kolam, pemadatan tanah di awal pembangunan kolam mutlak dilakukan. Cara lain, dengan melapisi terpal tebal atau bahan lain yang tidak mungkin robek oleh capit lobster. ?Supaya murah biayanya, dinding kolam dilapisi potongan bambu saja. Dasarnya tetap tanah yang dipadatkan,? ujar Riswan Rismawan, peternak di Bekasi Barat.
Daerah dingin
Yang tidak banyak diketahui, pembesaran lobster dapat dilakukan di daerah bersuhu dingin sekitar 24?26?C. Dataran menengah di atas 600 m dpl seperti di Bogor dan Lawang, Malang, berpotensi menghasilkan ukuran konsumsi lebih cepat. ?Benih yang kami tebar Januari lalu kini sudah berukuran 6? 7 cm dan lebih gemuk,? ujar Renca P Sanny, peternak di Gunungsari, Bogor.
Jenis pakan juga sangat mempengaruhi cepat-lambatnya pertumbuhan lobster. Pemberian pakan pelet secara terus menerus membuat si capit merah tumbuh memanjang. Sebaliknya pemberian pakan alami membuat udang menjadi bongsor.
?Meski tampak lebih kecil, lobster yang diberi pakan alami umumnya berbobot lebih berat,? ujar Juanda, peternak di Pondokgede, Bekasi.
Menurut FX Santoso pembesaran lobster paling bagus menerapkan cara seperti pada budidaya udang windu. Kolam dipupuk dahulu agar sumber pakan alami melimpah. Ketersediaan oksigen terlarut diperbesar dengan pemakaian kincir air. Pemberian pakan dikontrol dengan memakai anco. ?Minimal dalam setengah tahun sejak tebar 2 inci lobster sudah dapat dipanen dengan bobot rata-rata 90?100 g/ekor,? ujar alumnus Teknik Arsitektur Universitas Kristen Petra, Surabaya, itu. (Dian Adijaya S)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar