Pak, lobster saya kok ekornya seperti melepuh, kenapa ya? ujar Santi -nama alias -menunjuk 30 lobster di box styrofoam 50 cm x 20 cm x 30 cm. Peternak di Surabaya itu pantas bersedih. Cherax quadricarinatus yang diandalkan sebagai penghasilan tambahan itu tampak dipenuhi benjolan kuning berkerut. Seandainya seluruh lobster mati, Santi bakal merugi hingga Rp3-juta.
Wajar bila Santi dengan setengah memaksa meminta FX Santoso di Surabaya untuk mengobati lobster itu. Sayang, pemilik Santoso Farm itu pun tak berdaya. Upaya pengobatan ia lanjutkan dengan membawa contoh air dan lobster ke laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Seminggu kemudian uji laboratorium menunjukkan biang penyakit itu adalah bakteri Aeromonas sp dan Salmonella sp.
Kehadiran bakteri aeromonas sebetulnya cerita lama. Hampir semua komoditas perikanan pernah diterjang bakteri itu. Bahkan pada kurun 1980 - 1981 menjadi wabah mematikan pada ikan mas. Serangan pada lobster baru diketahui di penghujung 2005. Kejadian itu diduga bermula dari Jawa Timur, lalu setahun kemudian merebak ke Jawa Barat dan Jakarta. Lobster yang terserang selalu menunjukkan gejala ekor melepuh.
Lingkungan buruk
Menurut Ir Arief Prajitno, MS, ahli penyakit ikan dari Universitas Brawijaya, Malang, penyakit ekor melepuh Haemorragil septicacaemia, itu memang disebabkan bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri itu masuk melalui ekor yang sering menyentuh dasar kolam. Selanjutnya mikroorganisme itu menembus sistem kekebalan tubuh dan membuat darah keluar melalui pori-pori. Meski tubuh udang secara alami segera membuat antibodi dengan mengirimkan leukosit, tapi jumlah sel darah putih itu kalah jauh dibanding populasi aeromonas. Akibatnya, Ekor lobster dipenuhi bisul berisi nanah, ujar Arief.
Aeromonas bisa muncul setiap saat terutama bila kondisi lingkungan jelek. Misalnya, gara-gara sisa pakan yang menumpuk di dasar kolam menyebabkan kadar amonia meningkat. Kondisi itu sangat disukai bakteri aeromonas. Nah selama daya tahan tubuh lobster kuat, bakteri itu tidak akan mengganggu. Namun di sisi lain, dengan membludaknya jumlah amonia pH dan suhu air berubah drastis. Inilah yang berbahaya bagi lobster. Ketahanan tubuhnya menurun tajam.
Kenaikan dan penurunan pH yang masih bisa ditolelir lobster berkisar 0,2 - 0,5, serta suhu kurang lebih 2o C. Di atas itu lobster akan stres sehingga bakteri mudah menyusup ke dalam tubuh. Jika itu terjadi, lobster akan terlihat kusam, berlendir, dan selalu bergerak ke atas mencari oksigen, serta sedikit demi sedikit terlihat ekornya luka.
Menurut Dr Triyanto, ketua jurusan Perikanan dan Kelautan, Universitas Gadjah Mada, ekor lobster bagian paling sensitif. Sebab, ratusan sel saraf terdapat di sana. Sangat berbahaya bila ada penyakit di ekor, ujar alumnus UGM itu. Bila tak segera diobati bisa menyebar dan menimbulkan kematian massal. Untuk itu seyogyanya pisahkan lobster sakit di kolam tersendiri agar tidak menulari yang lain.
Desinfektan
Cara pencegahan ekor melepuh salah satunya manajemen pakan. Kebanyakan ekor melepuh akibat pemberian pakan berlebih, tutur Santoso. Idealnya jumlah pakan tidak boleh lebih 3 - 4%dari bobot tubuh supaya tidak tersisa. Pakan itu diberikan 3 - 4 kali dalam sehari, termasuk pada malam hari. Lebih sering lebih baik, misalnya selang 2 jam, tambahnya.
Selain itu kadar oksigen terlarut (DO) harus diperhatikan. Semakin tinggi kadar oksigen terlarut, kesehatan lobster semakin baik. Aerasi mutlak dipakai agar DO minimal mencapai 4 ppm. Demikian pula dengan pH dan suhu. Lobster menghendaki pH 6,7 - 7 dan suhu 28 - 30o C. Agar tidak terjadi fl uktuasi suhu dan pH secara drastis, kolam dinaungi shading net atau diberi atap.
Bila ekor lobster sudah telanjur melepuh, segera karantina. Rendam dalam larutan Oxytetracyclin , dosis 10 mg per liter air. Perlakuan itu selama seminggu. Atau boleh juga Oxytetracyclin dicampurkan pada pakan. Dosisnya, 60 - 75 mg Oxytetracyclin untuk 1 kg pakan. Campuran itu diberikan selama 7 - 14 hari. Pengobatan dapat diulang 2 - 3 kali jika belum berhasil.
Cara lain dengan merendam lobster dalam desinfektan. Larutkan 20 mg PK dalam 1 liter air. Tunggu hingga 30 - 60 menit, lalu masukkan ke dalam akuarium steril. Setelah itu baru lobster dicemplungkan selama 3 - 5 detik. Risvan Rismawan, peternak lobster di Bekasi, cukup memotong ekor yang melepuh dan mengolesinya dengan obat antiseptik. Kemudian lobster dikarantina di dalam akuarium berisi larutan methylen blue sebanyak 5 tetes per 5 liter air.
Jangan lupa, untuk menghindari kemungkinan kolam tercemar aeromonas bersihkan dengan khlorin. Biarkan selama 1 hari sebelum dibilas detergen. Dua puluh empat jam kemudian, bilas lagi kolam dengan air bersih agar sisa-sisa klorin dan detergen hilang. Pada hari ke-4 kolam sudah bisa diisi air dan esok harinya lobster dimasukkan kembali. Untuk kolam tanah, setelah dikeringkan ditaburi kapur tohor pada setiap sudut. Jemur selama 1 - 2 minggu hingga dasar kolam terlihat retak-retak sebelum diisi air baru. (Lastioro Anmi Tambunan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar