Universitas Wisnuwardhana Malang
Abstract: Early detection for problematic children must be done more early, to get help soon for reducing or deleted the problem. For the general people, particularly the parent’s thinks that the problem on the children can be reduce or delete according to the way of the time, together with the age of the children it self. This condition often caused to handle the problematic children can be late, and the problem can be seriously done resting on this children. Basically the problematic children are children whose get the psychological effect. Detection on this effect can be late, because the disorder indication often wrong perception. It can be wrong on diagnosis or wrong to get the value of the disordering. Research shows us that the best value can be getting if the interference and therapy was started between 2-4 years of age. On the nonverbal children, therapy wants to destine for improving the functional communication utility, multi line, and two ways direction (Paul,2001). On the verbal children, therapy wants to destine for improving the vocabulary building and to expand the verbal language communication functional and social communication skill.
Key Words: Deteksi Dini, Gangguan Pemusatan Perhatian.
Ada empat macam gangguan yang sering dipersepsi keliru. Gangguan tersebut adalah:
- Gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH).
Sering disebut Attention Deficit Hyper-aktivity Disorder (ADHD).
- Gangguan Tingkah laku (GTL).
- Autisme Infantil.
- Terlambat Bicara (Keterlambatan Komuni-kasi).
Deteksi dini pada ganguan pemusatan perhatian, dengan harapan untuk meng-hindari atau memperkecil kekeliruan atau kesalahan deteksi. Dalam mendeteksi secara dini, kesulitan yang terjadi oleh karena adanya ke-samaan-ke-samaan disamping juga per-bedaan-perbedaan. Dalam makalah ini disajikan kesamaan dan perbedaan dari gangguan tersebut diatas. Pada umumnya anak-anak dengan ADHD mempunyai pola kompresi anteroposterior dari kranium dengan akibat bahwa cranial Rhythmic Impulse menurun hingga 4 permenit (normal adalah antara 10-15 per menit). ADHD sering disertai dengan gangguan fisik diantaranya hipertelorisme, palatum drum yang tinggi, kuping yang rendah, dan lain sebagainya (Kaplan dan Sadock,1997).
Teknik Diagnosa dan Terapi untuk ADHD dan Autisme
- Metode Palpasi untuk diagnosa kelainan mekanisme kraniosakral dan pencatatan kelainan tersebut di-medical records. Penggunaan pencatatan visual seperti potret atau video camera adalah ideal.
- Koreksi kelainan mekanisme kraoni-sakral yang diketemukan secara teknik manipulasi Osteopati Kra-nium. Proses ini dapat dimonitor dengan melekatkan Demogram pada jari pasien untuk memonitor skin galvanic response. Frekuensi terapi berkisar dari sekali seminggu 4 x seminggu tergantung keadaan klinis.
- Mobilisasi emosi dan katharsis dari trauma dengan metode Somato Emo-tional Realese dimana gerakan pasien ditunjang oleh terapis dan asistennya sambil memonitor CRI se-hingga terjadi stand-still dan emotional relase. Lainnya maupun terapi suportif-eksploratif.
- Penggunaan formula mikroherbal, homeo-pati maupun herbal dan akupunture untuk menunjang pengobatan dan memperkuat serta menormalkan mekanisme kranio-sakral dan bioenergy fileds diantaranya sistem meridian.
- Penggunaan farmakoterapi dibenarkan un-tuk gejala-gejala yang berat diantaranya hiperaktivitas, labilitas, emosi, agresi, self-destruksi, halusinasi, waham, labilitas emosi, dan sebagainya. Sebaiknya peng-gunaan farmakoterapi dihindarkan karena dapat menggangu proses pengobatan mau-pun keefektifan formula mikroherbal, homeopato dan herbal maupun suplemen makanan.
- Penggunaan metode terapi lainnya, psiko-terapi, behavioral analysis, nutri, imulogi, akupuntur, dan lainnya selama tidak mengganggu dan merusak mekanisme kraniosakral dan kemampuan sipasien untuk “self regulation” dan “self healing”.
- Pendidikan keluarga dalam metode kranio-sakral untuk diaplikasikan dirumah apabila perlu untuk menunjang terapi.
Psikologi Klinis Anak dan Pediatri
Dalam latar belakang sejarah psikologi klinis, psikologi klinis berpijak pada jalur akademik dan praktik. Klinik pertama yang didirikan oleh Witmer adalah untuk membantu anak-anak yang mempunyai masalah belajar . sebelum tahun 1990, anak-anak dianggap sama dengan orang dewasa. Klasifikasi gangguan jiwa DSM I dan II tidak membedakan gangguan jiwa untuk dewasa dan anak. Baru setelah tahun 1990-an gangguan jiwa pada anak diperhatikan secara khusus. DSM IV tertera lebih dari 12 jenis gangguan jiwa pada axsis I. Baru itu muncul bidang Clinical Child Psychologi. Bidang ini membahas masalah-masalah psikiatrik pada anak, terutama dalam lingkup praktik pribadi. Bidang ini menggunakan pendekatan psikodinamik. Psikologi klinis-anak ber-kembang spesialis untuk menangani kelainan khusus, misalnya untuk kasus pelecehan seks pada anak, depresi pada anak. Tahun 1966 ada 300 psikolog yang bekerja dalam setting pediatri di ling-kungan rumah sakit, klinik- klinik perkembangan, dan lain-lain. Yang dibantu adalah anak-anak yang tidak me-ngalami gangguan berat namun me-merlukan perhatian dan nasihat yang berkaitan dengan perkembangannya di masa depan. Bidang ini dinamakan Pediatric Psychology. Tahun 1967 ada dua divisi dalam American Psycho-logical Association, divisi 1 dan 2, yang membahas masalah anak-anak, yaitu Clinical Child Psychology dan Pediatric Psychology. Perhatian yang terbesar pada kekhususan psikologi untuk anak berkembang karena beberapa temuan, yaitu:
• bertambah banyaknya kasus psikopatologi anak yakni 22 %.
• banyak gangguan yang terjadi pada anak-anak yang mempunyai konsekuensi serius pada usia dewasa.
• kebanyakan gangguan pada masa dewasa mungkin berasal dari masalah pada masa kanak-kanak yang tidak terdiagnosis.
• perlu dilakukan intervensi untuk mencegah berlanjutnya suatu gangguan pada anak sampai dewasa.
Meskipun penekanan pada Psikologi Klinis-Anak dan Psikologi Pediatri berbeda, tetap terjadi tumpang tindih antara keduanya. Secara umum keduanya mem-perhatikan perspektif perkembangan untuk menentukan ada/tidaknya gangguan. Misalnya, kasus mengompol yang terjadi pada anak 2 tahun akan berbeda dengan anak 12 tahun. Demikian juga perspektif epidemiologis kedua disiplin. Kasus hiperaktif ditemukan lebih banyak pada anak laki-laki, komunitas ter-tentu lebih rentan gangguan dibanding komunitas lain, perilaku anak usia yang sama berubah dari zaman ke zaman. Perlu diperhatikan bahwa perilaku abnormal kadang-kadang situation specific. Misalnya, pemalu hanya dalam lingkungan tertentu tapi tidak di lingkungan lain. Demikian juga mengenai perilaku abnormal seperti mencuri, atau berbohong pada anak merupakan suatu yang lebih dekat dengan situasi daripada dengan adanya suatu gangguan atau sifat tertentu pada anak. Lingkungan anak orang tua, guru kadang memiliki pengetahuan yang tidak cukup, kadang keliru tentang anak. Ini dapat menyebabkan mereka tidak dapat mengatasi ketika anak mengalami masalah. Adanya pengetahuan tentang psikopatologi anak yang ditunjukkan pada DSM IV dapat membantu untuk memahami dan merencanakan treatment pada anak. Psikologi klinis anak dan psikologi pediatri juga membahas hal-hal standar dalam pe-nanganan kasus- kasus seperti masalah ases-men, intervensi, pencegahan dan konsultasi.
GANGGUANPEMUSATAN PERHATIAN (HIPERAKTIVITAS)
Gangguan pemusatan pehatian (hiperaktivitas) disingkat GPP/H adalah gangguan perilaku yang sering terjadi pada anak. Gangguan ini ditandai dengan adanya gejala ketidak-mampuan anak untuk memusatkan per-hatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat buruk atau sangat singkat waktunya di-bandingkan dengan anak-anak lain yang seusianya. Gejala lain yang menyertai adalah adanya tingkah laku yang hiperktif dan tingkah laku yang impulsif. Gangguan ini dapat menimbulkan akibat buruk yang menghambat perkembangan anak, baik dalam perkembangan kog-nitif, emosi, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi. Gangguan ini dapat terjadi sejak dari usia bayi sampai 12 tahun. Sering didapatkan pada anak-anak usia sekolah. Prevalensinya antara 2-5 %, dengan perbandingan anak laki-laki dan perem-puan 3:1 (Aarons dan Gittens, 1996). Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktivitas mempunyai gambaran klinis yang bersifat spektrum, artinya dari gejala yang paling ringan sampai gejala yang paling berat. Demikian pula gambaran klinis yang ditampilkan berbeda-beda untuk tiap anak. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh karena usia anak, usia onset dari gangguan dan juga berat ringannya gangguan.
Pada usia bayi, akan nampak bayi sangat sensitif terhadap suara, cahaya, temperatur dan perubahan lingkungan. Bayi akan menjadi mudah rewel, aktif di tempat tidur, tidurnya sedikit dan sering menangis. Orang tua, terutama ibunya akan mengeluh bahwa bayinya sangat sulit dalam perawatannya (difficult child). Akan tetapi ada pula bayi-bayi yang menampakkan gejala tenang, sulit untuk menyusu, lemah, banyak tidur dan per-kembangannya terlambat.
Pada anak-anak pra sekolah, tampak kurang konsentrasi, aktivitas berlebihan dan tidak dapat diam. Sehingga anak memerlukan pengawasan dari pengasuh atau gurunya yang berlebih dibandingkan anak lain yang normal. Anak tidak mampu untuk menunggu giliran, apabila ada kegiatan yang memerlukan giliran. Anak dalam bermain tidak pernah selesai dengan baik, dan ada kecenderungan untuk ganti-ganti mainan. Emosinya sangat sensitif, sehingga mudah marah dan meledak ke-marahannya. Oleh karena tingkahlakunya yang hiperaktif, maka anak sangat rentan untuk terjadinya kecelakaan. Pada anak usia sekolah, nampak perilaku agresif, khususnya terhadap teman-teman bermainnya. Perilaku menentang terhadap guru dan temannya juga bisa terjadi. Akibatnya, disekolah anak akan mengalami kesulitan dalam belajar dan bergaul dengn teman-teman sebaya.
Pada orang tua sering mengalami kesulitan dalam mengasuh anak dan mengeluhkan tentang anaknya tersebut antara lain:
- Hiperaktivitas.
- Gangguan motorik perseptual.
- Labilitas emosi.
- Kesulitan koordinasi motorik.
- Kurang konsentrasi.
- Impulsivitas.
- Gangguan daya ingat dan cara berpikir.
- Kesulitan belajar, khususnya yang mem-butuhkan konsentrasi yang penuh.
- Terlambat bicara atau kurang pendengaran.
Apabila sebelumnya anak sudah diperiksa oleh dokter (neurologi) akan dilaporkan adanya tanda-tanda neurologi samar, dan disfungsi pada Electro Ecepalo Grafi. Perjalanan dari gangguan ini bisa hilang sendiri sebelum usia 12 tahun. Pada umumnya akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan perkembangan anak dalam beberapa aspek perkembangan. Bisa juga gangguan ini me-netap sampai dewasa dengan tetap ada gejala-gejala sisa. Bisa juga merupakan dasar untuk terjadinya gangguan kepribadian anti sosial pada masa dewasa. Oleh karena pada Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktivitas sering terjadi perubahan perilaku, maka diagnosis banding yang paling utama adalah Gangguan Tingkah Laku (conduct disorder). Demikian pula karena sering ada keterlambatan atau gangguan dalam komunikasi maka diagnosis banding yang lain adalah Autisme Infatil (DSM,1994). GANGGUAN TINGKAH LAKU Gangguan Tingkah Laku (GTL) atau kenakalan pada anak mempunyai gam-baran yang mirip dengan Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas, terutama dalam hal penyimpangan perilaku anak. Pada Gangguan Tingkah Laku penyimpangan perilaku tersebut dapat terbentuk :
- Merugikan diri sendiri.
- Merugikan orang lain.
- Dilakukan sendiri.
- Dilakukan berkelompok dengan anak lain.
Penyimpangan perilaku pada Gangguan Tingkah Laku mempunyai jenis-jenis yang tergolong berat, antara lain :
- Mencuri (di luar rumah).
- Merusak barang.
- Berbohong.
- Melarikan diri dari rumah.
- Menganiaya binatang.
- Kekerasan Seksual.
- Suka bermain api.
- Tindakan-tindakan provokatif.
- Suka menetang aturan yang dibuat orang dewasa.
- Mudah marah, bila marah meledak-ledak sampai disertai tindakan ber-bahaya.
- Sering melakukan sabotase.
Ada beberapa persamaan penyimpangan perilaku yang sering muncul pada anak Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktivitas dan Gangguan Tingkah Laku :
- Adanya aktivitas yang berlebihan.
- Adanya sikap menentang terhadap aturan.
- Keras kepada yang sulit untuk ditaklukkan.
- Tidak patuh terhadap aturan yang ada di rumah maupun di sekolah.
- Suka memukul, melukai sampai tindakan kekerasan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya.
- Tidak merasa melakukan kesalahan setelah melakukan tindakan yang menyimpang.
- Tidak menyesal dengan tindakannya sendiri.
- Tidak disiplin dengan kegiatan sehari-hari.
- Suka ngambek bila keinginannya tidak dipenuhi.
- Memerluikan pengawasan yang berlebih dibandingkan anak lain.
Disamping ada persamaan seperti tersebut di atas, ada pula perbedaan yang bisa diamati :
- Kemampuan Konsentrasi
Gangguan Tingkah Laku: masih mampu berkonsentrasi dengan baik, terutama pada kegitan-kegiatan yang disukai. Misal: nonton TV, bermain play station, menggambar. Gangguan Pemusatan Perhatian: tak mampu berkonsentrasi/kemampuan konsentrasinya ter-batas.
- Tujuan Aktivitas
Gangguan Tingkah Laku: jelas tujuannya dan runtut. Gangguan Pemusatan Perhatian: tidak dipikir, impulsivitas.
- Lama Aktivitas
Gangguan Tingkah Laku: bila terlalu lama bisa kelelahan. Gangguan Pemusatan Perhatian: tahan lama, tidak pernah kelelahan, seperti didorong mesin.
- Sosialisasi
Gangguan Tingkah Laku: bisa diterima oleh teman-temannya dan bisa memimpin. Gangguan Pemusatan Perhatian: tidak dapat diterima oleh teman-temannya dan tidak dapat memimpin.
- Kondisi Tidur
Gangguan Tingkah Laku: sering mengigau, berteriak dan jalan-jalan waktu tidur. Gangguan Pemusatan Perhatian: posisi tidur sering berubah, sering jatuh sehingga perlu diamankan.
- Patologi Otak
Gangguan Tingkah Laku: kondisi otak normal. Gangguan Pemusatan Pperhatian: mielinisasi akson tak sempurna.
- Arah Perkembangan Perilaku
Gangguan Tingkah Laku: penyimpa-ngan. Gangguan Pemusatan Perhatian: mengalami keterbelakangan.
- Terapi
Gangguan Tingkah Laku: terapi bermain dan terapi keluarga. Gangguan Pemusatan Perhatian: terapi medikamentosa, terapi ber-main dan terapi keluarga.
MANAJEMEN GANGGUAN BAHASA DAN KOMUNIKASI
Langkah-langkah pada sindoma austik non verbal:
- Menumbuhkan perilaku antisipatorik dan intensional.
- Mengubah perilaku komunikasi non konvensional.
- Mengembangkan komunikasi multi jalur.
- Menambah ragam fungsi komuni-kasi.
- Mengembangkan dan memelihara strategi komunikasi.
- Memberikan lingkungan yang sportif untuk komunikasi.
Langkah-langkah pada sindroma autistik dengan ekolalia:
Ekolalia bukan sesuatu yang harus di-padamkan, tetapi harus pandang sebagai batu loncatan untuk dikembangkan menjadi peng-gunaan bahsa yang lebih optimal. Pada awal bahasa mulai berkembang:
- Perluas kosa kata.
- Tunjukkan bahwa komunikasi verbal dihargai. Pusatkan perhatian pada peng-gunaan komunikasi verbal, tanpa meng-utamakan kejelasan ucapan.
- Ajaran pemusatan perhatian.
- Rangsang ucapan rangkaian kata.
- Kembangkan struktur kalimat.
- Kembangkan kemampuan membaca dan menulis.
- Ajarkan manfaat imitasi untuk tujuan yang fungsional.
- Manfaatkan potongan kalimat multi kata dan penggalannya untuk digunakan secara fungsional.
Pada tingkat perkembangan bahasa yang lebih lanjut:
- Mengembangkan cerita tentang kejdian mulai yang kini hingga yang lalu.
- Ajarkan ketrempilan konversasi.
- Ajarkan persiapan untuk even khusus.
- Latih penggunaan komunikasi dengan tulisan untuk menunjang kualitas komuni-kasi, misalnya surat.
PENGEMBANGAN KETRAMPILAN MOTORIK KOMPENSASI
Sebagai akibat dari gangguan sensorik, minat yang sempit dan terbatas, sering dijumpai keterlambatan perkembangan motorik kasar dan motorik halus yang memerlukan koor-dinasi, ketrampilan perawatan diri sendiri dan aktifitas sehari-hari. Gangguan perkembangan ini harus dideteksi dan diberikan peltihan yang sesuai. Pelatihan ini dapat diberikan sebagai pelengkap terapi integrasi sensorik, jika karena sesuatu hal terapi integrasi sensorik tak dapat di-berikan, setelah terapi integrasi sensorik tidak lagi menunjukkan kemajuan atau jika secara urgen sianak harus meng-uasai ketrampilan tersebut, dan me-nunggu hasil terapi integrasi sensorik terlalu lama. Dalam hal ini keterampilan tersebut secara langsung kepada anak.
TERAPI MUSIK
Adalah pengguanaan musik (oleh seorang yang qualified), atau interaksi atau rangkaian kejadian yang ber-kembang melalui suatu pengalaman musik, untuk membantu seseorang untuk mencapai suatu golongan yang non musikal (Brunk, 1999). Terapi musik memanfaatkan ketertarikan terhadap nikmat yang dirasakan seseorang, yang berasal dari musik, untuk membantu individu tersebut mencapai perubahan spesifik, dibidang yang non misikal dalam hidupnya.
KESIMPULAN
Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPP/ H) sering terjadi pada anak. Sampai sekarang belum diketahui secara pasti faktor penyebabnya. Diduga banyak faktor yang berperan dan saling berinteraksi. Gangguan ini dapat mengganggu perkembangan anak, baik dalam per-kembangan kognitif, emosi, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi. Walau-pun gangguan ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi akibat keterlambatan per-kembangan dan gejala sisanya dapat menetap sampai dewasa. Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiper-aktivitas perlu dibedakan dengan gang-guan tingkah laku (GTL), Autisme Infantil maupun terlambat bicara, sebab pada masing-masing banyak persamaannya. Hal ini untuk meng-hindari kesalahan dalam diagnosis, terapi dan pengelolaan pasien. Dengan deteksi dini yang tepat, gangguan yang terjadi diharapkan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat memperkecil akibat yang ditimbulkan.
DAFTAR RUJUKAN Aarons M & Gittens T. 1996. The handbook of Autism. 2 ed. London: Rotuledge. Diagnostic criteria from DSM-IV. 1994. American Psychiatric. Asso-ciation: Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara.
Paul R. 2001. Language disorder from infancy through adolescence. 2 ed. St Louis: Mosby. Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiper-aktivitas perlu dibedakan dengan gang-guan tingkah laku (GTL), Autisme Infantil maupun terlambat bicara, sebab pada masing-masing banyak persamaannya. Hal ini untuk meng-hindari kesalahan dalam diagnosis, terapi dan pengelolaan pasien. Dengan deteksi dini yang tepat, gangguan yang terjadi diharapkan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat memperkecil akibat yang ditimbulkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar