Diperkirakan sekitar 8 juta anak di AS
membutuhkan pelayanan kesehatan mental (Robert dalam Trull dan Phares, 2001).
Bagi negara berkembang, jumlah itu barangkali bisa lebih banyak lagi.
Perhatian yang besar pada kekhususan
psikologi untuk anak berkembang karena beberapa temuan, yaitu :
·
Bertambah banyaknya kasus
psikopatologi anak, yakni 22%
·
Banyak
gangguan yang terjadi pada anak-anak yang mempunyai konsekuensi serius pada
usia dewasa.
·
Kebanyakan
gangguan pada masa dewasa mungkin berasal dari masalah pada masa kanak-kanak
yang tidak terdiagnosis
·
Perlu
dilakukan intervensi untuk mencegah berlanjutnya suatu gangguan pada anak
sampai dewasa.
DEFINISI
Definisi
Pediatri dari bahasa Yunani yaitu Pedos (anak) dan iatrica (pengobatan) atau
ilmu tentang pengobatan anak. Istilah ini mulai digunakan di Indonesia sejak tahun 1963.
Chaplin(2002;357) menyampaikan bahwa pediatri adalah cabang khusus dari
kedokteran yang menekuni penyakit anak-anak. Istilah lain untuk menyebut
pediatri adalah ilmu kesehatan anak (Maramis,1994) yang terdiri dari tiga macam
pediatri yaitu pediatri klinis, pediatri pencegahan, dan pediatri sosial.
Secara
umum baik itu psikologi anak klinis, pediatri maupun psikologi pediatri, ketiganya membahas
permasalahan kesehatan anak dalam hal assesmen, intervensi, pencegahan, dan
konsultasi. Terdapat perbedaan antara psikologi pediatri dan psikologi anak
klinis. Psikologi anak klinis berkaitan dengan pemahaman terhadap gejala-gejala
psikolopatologi anak dan remaja yang setting bekerjanya dapat di tempat-tempat
praktek pribadi maupun pasien di luar klinik berbeda halnya dengan psikologi
pediatri yang merupakan bidang psikologi
anak klinis yang berada dalam setting kerja medis seperti rumah sakit,
klinik-klinik perkembangan atau praktek medis (dalam Phares dan Trull,2001)
Survei
terhadap psikologi anak klinis dan psikologi pediatri yang membedakan keduanya
(Phares dan Trull,2001) :
1.
klinik pediatri dicirikan
oleh orientasi behavioral dengan kecenderungan untuk menggunakan strategi
intervensi yang segera dan jangka pendek. Sebaliknya psikologi anak klinis
lebih meluas orientasinya (psikodinamika dan keluarga/orientasi sistem)
2.
Psikologi pediatri
cenderung menempatkan penekanan yang lebih luas pada persoalan medis dan
biologis dalam pendekatan mereka terhadap pelatihan, penelitian dan pelayanan.
Sedangkan psikologi klinis anak cenderung memberikan tempat yang lebih besar
terhadap penelitian dalam asesmen, proses perkembangan dna terapi keluarga
SEJARAH
Menjelang
akhir tahun 1800an dan awal tahun 1900an, beberapa perkembangan terjadi dengan
meningkatnya fokus pada anak-anak. Sejarah psikologi klinis anak berawal pada
tahun 1896 ketika Witmer melakukan tritmen terhadap anak yang mengalami problem
belajar dan berperilaku mengganggu di kelas, bersamaan dengan berdirinya
”Psychologycal Clinic”. Perkembangan ini termasuk identifikasi dan perawatan
terhadap anak yang mengalami keterbelakangan mental, perkembangan tes
intelegensi, formulasi psikoanalisis dan behaviorisme serta merebaknya
klinik-klinik bimbingan anak (Trull dan Phares, 2001).
Tren
yang berkembang mencapai puncaknya pada apa yang saat ini dinamakan dengan
psikologi anak klinis. Bidang ini berorientasi pada asesmen, tritmen dan
pencegahan bermacam persoalan. Psikologi pediatri berkembang berikutnya sebagai
sebuah kekhususan ketika psikologi pediatri ini menjadi tampak nyata dapat
menghadapi seluruh problem yang ada pada masa kanak-kanak sebagaimana yang dilakukan
psikologi anak klinis (Roberts dalam Trull dan Phares, 2001). Anak-anak yang
relatif tak bermasalah mengunjungi ahli pediatri karena membutuhkan dukungan
dan konseling, lebih banyak daripada intervensi medisnya.
Kasus yang ditangani oleh psikologi pediatri
- Perilaku negatif = tantrum,
menangis
- toileting = ngompol, toilet training
- Hambatan perkembangan = bicara, evoraktivitas
- sekolah = membaca, tidak suka sekolah
- Tidur = mimpi buruk, menolak waktu tidur
- Kepribadian = rendah kontrol diri, mencuri
SEBUAH PERSPEKTIF PERKEMBANGAN
Dari sudut pandang perkembangan,
problem-problem psikologis pada anak dan remaja dihasilkan dari beberapa
penyimpangan pada satu atau lebih area perkembangan (kognitif, emosi, biologis,
perilaku, dan sosial) apabila dibandingkan dengan anak dalam kelompok usia yang
sama. Pada saat yang sama adalah penting untuk mengetahui :
1.
Perkembangan merupakan
proses aktif dan dinamis
2.
Problem-problem
perkembangan yang sama mungkin mengarah pada hasil yang berbeda (gangguan
klinis)
3.
Problem perkembangan yang
berbeda mungkin mengarah pada hasil yang sama
4.
proses perkembangan dan
kegagalan dalam perkembangan dapat saling berinteraksi
5.
proses perkembangan dan
lingkungan saling mempengaruhi
RESILLIENCE (DAYA TAHAN)
Istilah resillience
mengacu pada kualitas-kualitas yang ada pada individu yang berhubungan dengan
kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan dan memperoleh hasil-hasil
perkembangan yang baik (Masten / Coatsworth dalam Trull dan Phares, 2001)
Ciri-ciri individu, keluarga dan
pengaruh di luar keluarga yang berkaitan dengan resiliensi anak-remaja :
- Individu,
Fungsi intelektual yang baik, menarik, mudah bergaul, percaya diri, harga
diri tinggi,banyak bakat / kemampuan, keyakinan
- Keluarga
Hubungan dekat dengan figur orang tua yang memperhatikan. Gaya asuh :
hangat, harapan tinggi, tersturktur, sosial-ekonomi mendukung, hubungan dengan
jaringan keluarga besar yang supportif
- Konteks di luar keluarga
Memiliki ikatan prososial dengan orang dewasa di luar keluarga, hubungan
dengan organisasi prososial, hadir di sekolah
ASSESMEN
Asesmen
terhadap anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa karena umumnya anak dan
remaja jarang mencari tritmen sendiri. Memperkirakan sifat dan keparahan
problem merupakan hal penting ketika melakukan asesmen terhadap anak dan
remaja. Misalnya problem mungkin sangat spesifik seperti kecemasan berangkat
sekolah atau justru bersifat umum seperti depresi atau hilangnya minat terhadap
tugas-tugas sekolah. Sebuah sejarah kasus dapat digunakan untuk mengumpulkan
pemahaman secara tepat mengenai bagaimana berkembangnya suatu problem (Trull
dan Phares, 2001). Alat-alat yang digunakan dalam asesmen terhadap anak-remaja
adalah interview, tes intelegensi, tes prestasi, tes proyeksi, dan checklist.
Bentuk-bentuk asesmen lain adalah asesmen untuk neoropsikologi, asesmen
kognitif, dan asesmen keluarga (Trull dan Phares, 2001).
INTERVENSI
Intervensi
yang diberikan pada anak dan remaja memiliki perbedaan namun secara umum sama
dengan intervensi untuk dewasa. Perbedaan anak-anak tidak merujuk pada dirinya
sendiri untuk melakukan tritmen, tidak memiliki kapasitas yang sama untuk
introspeksi dan melaporkan diri sebagaimana orang dewasa. Kesamaan menggunakan
teori-teori yang digunakan, baik psikoanalisa, orientasi behavioristik,
humanistik, dan terapi kelompok maupun terapi keluarga
CEDERA PADA ANAK
Perkembangan
anak secara fisik banyak mempengaruhi kondisi emosinya. Apa yang terjadi pada
anak ketika kecil dapat mempengaruhi konstelasi emosi anak, apalagi bila
sesuatu yang terjadi menimbulkan gangguan nyata secara fisik dan psikologis.
10%-20% anak yang mengalami cidera kepala berat akan mengalami masalah dengan
ingatan jangka pendeknya dan menunjukkan respon yang lebih lambat terutama jika
mengalami koma sekurangnya tiga minggu. Selain itu, lebih dari setengahnya akan
mengalami gangguan syaraf. Anak yang mengalami cedera kepala hendaknya segera
dibawa ke dokter agar dapat dievaluasi (diagnosa) dengan cermat.
Adi Handoko (11080029)
Universitas Borobudur 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar