Hubungan konseling terjadi atas persetujuan bersama, disertai kerjasama, dan konselor harus dapat menunjukkan sebagai pribadi yang mudah didekati, mudah menerima orang lain, hangat, menampilkan keaslian diri dan dapat dipercaya.
Hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mampu mengembangkan hubungan konseling yang ditandai keakraban, keharmonisan, kesesuaian, kecocokkan, dan saling tarik menarik (terbentuk rapport), melalui komunikasi verbal dan non verbal.
Untuk itu hal yang perlu dikuasai konselor adalah menguasai keterampilan dalam merespon konseli dengan teknik komunikasi yang benar dan sesuai dengan keadaan konseli saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong keterbukaan konseli dalam menyatakan pikiran, perasaan dan pengalamannya.
Keterampilan Komunikasi Konseling :
Beberapa keterampilan merespon yang harus dikuasai konselor baik verbal maupun nonverbal dalam komunikasi konseling akan diuraikan berikut ini.
1. Perilaku attending
Perilaku attending adalah perilaku penampilan yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan yang menghampiri konseli. Perilaku attending yang baik, merupakan kombinasi ketiga komponen ini, sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat konseli terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik akan meningkatkan harga diri konseli, menciptakan suasana aman, memudahkan ekspresi perasaan konseli secara bebas.
Perilaku penampilan (attending) yang baik :
Muka : ekspresi wajah tenang, senyum, ceria
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
Posisi tubuh : agak condong ke arah konseli, jarak perlu diperhatikan tidak terlalu jauh/dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
Tangan : variasi gerakan tangan sesuai dengan ucapan, spontan dan berubah-ubah untuk menekankan ucapan atau sebagai isyarat
Mendengarkan aktif penuh perhatian, menunggu ucapan konseli hingga selesai, tidak memotong pembicaraan konseli, diam, perhatian pada lawan bicara.
2. Bertanya
Pada proses konseling kebanyakan konselor kesulitan untuk membuka percakapan dengan konseli. Untuk memudahkan membuka percakapan, maka konselor harus memiliki keterampilan bertanya melalui pertanyaan terbuka yang memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru dari konseli, melalui kalimat Apa sebabnya dan Mengapa sampai hal itu bisa terjadi , Bagaimana perasaan anda saat itu , Dapatkah anda menjelaskan kejadian pada saat itu . Pertanyaan konselor dapat juga bersifat tertutup untuk menjernihkan atau memperjelas informasi, memfokuskan pembicaraan konseli, memperoleh informasi tertentu. Pertanyaan tertutup dapat dilakukan melalui kalimat Anda tinggal dimana , Saat ini IP anda mencapai berapa
3. Dorongan Minimal (minimal encouragement)
Upaya utama konselor adalah agar konseli selalu terlibat dalam pembicaraan dan dirinya terbuka, sehingga pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan konseli. Respon yang diberikan oleh konselor sesedikit mungkin dengan tujuan memberikan kesempatan kepada konseli berbicara lebih lanjut. Misalnya dengan mengatakan terus , lalu , ya dan ., hm , dapat juga dengan isyarat anggukan. Dorongan minimal dilakukan secara selektif, pada saat konseli kelihatan akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan, atau kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan.
4. Klarifikasi,
Klarifikasi, adalah ketrampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan konseli yang kurang jelas, samar-samar dan agak meragukan.
Tujuan :
Memeriksa kembali isi pesan konseli
Memperjelas pesan konseli
Memeriksa ketepatan pesan konseli dengan persepsi konselor
Contoh :
Konselor: Apakah yang kamu maksudkan . ( isi pesan konseli)
Apakah yang kamu katakan bahwa . (isi pesan) .
-->
5. Refleksi
perasaan,
Refleksi perasaan
merupakan upaya konselor memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman
yang diungkapkan oleh konseli melalui pernyataan, intonasi dan sikap konseli.
Ada tiga jenis
refleksi, yaitu ; refleksi perasaan, refleksi pikiran, dan refleksi pengalaman.
Tujuan :
Konseli dapat
mengungkapkan diri secara luas.
Bertanya untuk
membuka percakapan
Konselor dapat
mendalami masalah yang dialami oleh konseli
Pertanyaan-pertanyaan
terbuka yang dapat digunakan dimulai dengan kata-kata: Apakah , Bagaimana ,
Dimana , Siapa , Bolehkah
Contoh :
Refleksi Perasaan
Kamu merasa
bingung menghadapi situasi seperti sekarang ini?
Saat ini kamu
sedang kecewa karena hasil studi semester ini kurang memuaskan
Refleksi Pikiran
Adakah yang kamu
maksudkan adalah ..
Nampaknya kamu
akan mengatakan
Refleksi
Pengalaman
Apakah yang anda
maksudkan suatu peristiwa .
Nampaknya pada
saat itu anda berada pada situasi
6. Menangkap
pesan utama (Paraphrasing)
Konselor perlu
menangkap pesan utama dari ide, perasaan, dan pengalaman yang dikemukakan
konseli. Kemudian
menyampaikan kembali kepada konseli dengan bahasa sederhana dan mudah
difahami konseli.
Hal ini perlu karena seringkali konseli mengungkapkan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya
berputar-putar. Biasanya digunakan kata awal adakah....... , dan
nampaknya.........
Contoh:
Ki: Biasanya dia
selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya
Ko: Adakah yang
anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?
Ki: Itu suatu
pekerjaan yang baik. Akan tetapi saya tidak akan mengambilnya. Saya tidak tahu
mengapa?
Ko: Nampaknya
anda masih ragu
7. Empati,
kemampuan konselor untuk memahami permasalahan konseli, melihat melalui sudut pandang konseli,
peka terhadap perasaan-perasaan konseli, merasa dan berfikir bersama konseli dan bukan untuk
atau tentang konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan
perasaannya. Selain itu, konselor dapat memahami permasalahan konseli tidak
hanya pada permukaan,
tetapi lebih dalam. Empati
dilakukan bersamaan dengan perilaku attending.
Tujuan :
Mendorong konseli
mengekpresikan perasaan positif maupun perasaan negatif tentang suatu hal.
Membantu konseli
untuk lebih merasakan perasaannya secara mendalam agar lebih sadar akan masalah yang
belum terselesaikan. Membantu konseli
untuk mengenali perasaan-perasaan yang mendominasi mereka
Konselor
menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga memberi peluang kepada konseli untuk memberikan
jawaban yang panjang dan luas. Untuk melakukan
empati, konselor harus mampu; mengosongkan perasaan dan pikiran egoistic, memasuki dunia
dalam konseli, melakukan empati primer dengan mengatakan
Contoh :
Saya dapat
memahami pikiranmu
Saya merasakan
kepedihan kamu .
Saya mengerti
keinginanmu
Kemudian melakukan
empati tingkat tinggi, dengan mengatakan
Contoh:
Setelah mendengar
ungkapanmu, saya menjadi mengerti mengapa kamu merasa kecewa,
dan saya ikut
terluka dengan pengalamanmu .
8. Menyimpulkan
sementara (Summarization)
Hal ini dilakukan
konselor bersama konseli setiap periode waktu tertentu, agar diperoleh
pemahaman terhadap apa yang sudah dibicarakan.
Tujuan:
Memberi
kesempatan konseli untuk mengambil feedback dari hal yg sudah dibicarakan
Menyimpulkan
kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
Meningkatkan
kualitas diskusi
Mempertajam atau
memperjelas fokus wawancara konseling
9. Mendekatkan
diri (disclosing self)
Konselor harus
memiliki kemampuan membuka informasi-informasi personal dengan tujuan membuat
konseli menjadi lebih terbuka.Kegiatan ini
dilakukan biasanya pada saat awal pertemuan konseling, untuk menciptakan
kenyamanan, perasaan aman, perasaan diterima, dan menumbuhkan kesediaan konseli
untuk mengikuti konseling.
10. Memimpin
(leading)
Konselor harus
mampu memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan.
Tujuan :
Konseli tidak
menyimpang dari fokus pembicaraan
Arah pembicaraan
terfokus pada tujuan konseling
Contoh:
Saat ini
perhatian anda tertuju pada kuliah sambil bekerja, mungkin anda tinggal merinci
apa saja yang menjadi perhatian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk perhatian
anda juga?
11. Memudahkan
(facilitating)
Adalah suatu
ketrampilan membuka komunikasi agar konseli mudah berbicara dengan konselor dan
menyatakan permasalahannya secara bebas dan memberdayakan konseli untuk
mencapai tujuan-tujuannya, dengan cara a.l.
Membantu konseli
untuk bersikap terbuka terhadap konflik
Membantu konseli
untuk mengatasi hambatan berkomunikasi langsung
Menciptakan
situasi yang aman dan memberikan keberanian bagi konseli untuk mengambil resiko
Contoh :
Konselor :
Saya yakin kamu
akan berbicara apa adanya karena saya akan mendengarkan sebaik-baiknya. Saya
mengerti perasaan saudara, saya yakin bahwa jika kita berdiskusi tentu masalah
saudara akan mudah diatasi
12. Pemberian
Informasi (Information Giving),
Dilakukan oleh
konselor pada saat konseli membutuhkan informasi untuk memperjelas pengetahuan
dan pemahamannya tentang berbagai hal. Baik itu informasi mengenai tujuan,
proses dan kode etik proses konseling yang akan diikuti konseli, maupun informasi
lainnya.Jika konselor
kurang mengusai informasi yang dibutuhkan konseli, maka dapat diarahkan agar
konseli mencari langsung kepada sumbernya.
Contoh:
Konselor:
Mengenai
informasi persyaratan masuk sekolah tinggi statistik, saya sama sekali tidak
mengusainya. Karena itu saya sarankan anda langsung saja ke Biro Pusat
Statistik atau ke sekolah tinggi statistik yang bersangkutan
13. Konfrontasi
(Confrontation),
teknik komunikasi
yang menantang konseli, karena adanya ketidaksesuaian yang terlihat dalam
pernyataan dan tingkah laku konseli, karena terjadi inkonsistensi antara
perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar konfrontasi dapat terlaksana secara efektif:
Adanya
kesenjangan yang diungkapkan konseli.
Konselor telah
memahami masalah konseli secara mendalam
Telah terbinanya
keakraban antara konselor dan konseli secara mendalam
Bertujuan
meredakan ketegangan yang ada dalam bathin konseli
Mendorong konseli
mengadakan penelitian secara jujur
Meningkatkan
potensi konseli
Membawa konseli
pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya
Disampaikan
dengan bahasa yang lugas; ringkas, tepat, jelas mudah dipahami konseli.
Tidak menyalahkan
atau menilai, disertai perilaku attending, disampaikan pada waktu yang tepat.
Contoh :
Konselor :
Kamu mengatakan
bahwa kamu rela tetapi wajah kamu terlihat kecewa
Kamu mengatakan
sudah memaafkannya, tetapi kamu masih mengungkapkan kekesalan
14. Memberikan
penguatan
Konselor
merangsang konseli untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkah laku yang
positif dengan cara memberi pujian, penghargaan dan mendengarkan pembicaraan
konseli dengan sungguh-sungguh.
Contoh :
Konselor : Saya
kagum atas perjuangan saudara dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup selama
ini
15. Diam
Diam adalah amat
penting. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi melakukan
komunikasi non verbal. Diam yang paling ideal antara 5 10 detik dan selebihnya
diganti dengan dorongan minimal.
Tujuan:
Menunggu konseli berpikir
Proses jika
konseli bicara berputar-putar atau berbelit-belit
Menunjang
perilaku attending dan empati sehingga konseli bebas berbicara.
Contoh:
Ki: Saya tidak
senang dengan perilaku dosen itu......dan saya .....(berpikir)
Ko:
..............Diam
Ki: Saya harus
bagaimana..........saya tidak tahu......
Ko: ..............Diam
16. Menyimpulkan ( Influencing Summarization)
Pada akhir pelayanan konseling, konselor dapat membantu
konseli untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut Bagaimana keadaan
konseli saat ini terutama menyangkut tema tertentu. Memantapkan
rencana konseli yang akan datang. Pokok-pokok yang
akan dibicarakan pada sesi berikut.
Contoh :
Konselor : Apakah
sudah dapat kita buat kesimpulan, bahwa..
Coba kita
rumuskan bersama mengenai hal-hal yang telah kita bicarakan
Penggunaan teknik
komunikasi dalam tahap konseling. Proses konseling
terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
(1) tahap awal
atau tahap mendefinisikanmasalah,
(2) tahap
pertengahan disebut juga tahap kerja,
dan (3) tahap
akhir atau tahap perubahan dan tindakan (action).
Setiap tahapan
konseling memiliki teknik-teknik komunikasi tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar