Selasa, 26 Juni 2012

Pengertian Psikologi Komunitas


Di Indonesia Psikologi Komunitas dibahas sebagai “Kesehatan Masyarakat” dalam disiplin ilmu kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Psikologi Komunitas juga merupakan subbagian dalam Psikologi Sosial, Sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Tapi dalam hal ini Psikologi Komunitas akan diuraikan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan memberi bantuan kepada orang lain dalam hal gangguan emosional, penyesuaian diri dan masalah-masalah psikologis lainnya.
Dalam pendekatan psikologi klinis, treatment diberikan kepada seseorang atau kelompok yang mengalami gangguan atau yang memiliki masalah dan klien menerima treatment tersebut. Kenyataannya seringkali sulit untuk memastikan siapa yang memerlukan terapi atau bantuan psikologis. Dilihat dari pandanan sosiokultual, lingkungan sosio kltural dan interaksinya dengan subjek atau sekelompok subjeklah penyebab munculnya gangguan jiwa, hal ini dikarenakan tuntutan sosial kepada subjek untuk mengikuti kondisi yang berlaku misalnya norma sosial, dan lainnya.
Banyak perubahan-perubahan dalam tatanan masyarakat sekarang ini yang menyebabkan banyaknya muncul gejala-gejala sosial seperti kemiskinan, kekumuhan, polusi udara, pengungsian penduduk bahkan bencana alam sangat memungkinkan munculnya ancaman gangguan-gangguan psikologis terutama dalam hal gangguan emosional. Kondisi ini membutuhkan suatu pendekatan yang tidak menggunakan cara tradisional dari psikologi klinis, tetapi membutuhkan sutau pendekatan menyeluruh yakni pendekatan komunitas.
            Psikologi komunitas pada dasarnya terkait dengan hubungan antar sistem sosial, kesejahteraan dan kesehatan individu dalam kaitan dengan masyarakat. Psikologi komunitas didefinisikan sebagai sutau pendekatan kepada kesehatan mental yang menekankan pada peran daya lingkunan dalam menciptakan masalah atau mengurangi masalah. Psikologi komunitas berfokus pada arah permasalahan kesehatan mental dan sosial  yang  dikembangkan melalui intervensi juga riset dengan setting mencakup  masyarakat dan komunitas pribadi.
 Seorang ahli yang bernama Rapaport mengemukakan bahwa pespektif dari psikologi komunitas memberikan perhatian pada tiga hal utama yakni (Phares,1992):
  1. Pengembangan sumber daya individu.
  2. Aktivitas politik.
  3. Ilmu Pengetahuan.
Adapun mengenai bentuk penekanan pendekatan kesehatan mental komunitas menurut Bloom (dalam Phares,1992) ada lima: Intervensi dalam komunitas, penekanan pencegahan, intervensi dalam komunitas dilakukan dalam populasi yang terbatas, promosi dalam pelayanan tak lamgsung misalnya melalui pelatihan dan pemberdayaan, pelaksanaan yang dilakukan oleh ahli dari berbagai bidang ilmu.
Ada beberapa konsep yang sangat melekat pada pendekatan psikologi komunitas, yakni pada :
·        Pencegahan. Pencegahan dari gangguan psikologis bertujuan untuk menghemat biaya perawatan penderita. Terdiri dari tiga yakni pencegahan primer, sekunder dan tertier.
·        Pemberdayaan manusia. Pemberdayaan manusia dalam masyarakat bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah munculnya gangguan-gangguan psikologis.
A.    Fokus dalam strategi intervensi
Price dkk (dalam Phares,1992) mengemukakan perbandingan antara orientasi klinis dan orientasi komunitas dalam strategi komunitasnya. Orientasi klinis memperhatikan bagaimana mengatasi gangguan pada tingkat individual, organisasi,dan komunitas. Orientasi komunitas disisi lain mengutamakan peningkatan kompetensi.
B.    Metode intervensi dan perubahan dalam pendekatan komunitas (korchin, 1976)
·        Konsultasi
·        Mengadakan layanan masyarakat
·        Intervensi krisis
·        Intervensi pada usia dini
·        Pengembangan berbagai program pelatihan upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan  dengan membuat tulisan singkat tentang upaya yang cepat untuk mengatasi berbagai keadaan darurat misal kecemasan dan mengatasi stress
PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN PSIKOLOGI KOMUNITAS
Prinsip dasar yang perlu diperhatikan program pengembangan komunitas :
1)      Pengembangan komunitas pada dasarnya merupakan sebuah proses pengorganisasian masyarakat yang harus dilaksanakan secara sistematis
2)      Perorganisasian masyarakat hendaknya dipertimbangan dan diterjemahkan dalam tindakan prinsip : collective interest, targets, action, action plan, contribution.
3)      Kegiatan dalam pengembangan komunitas perlu mengutamakan partisipasi anggota komunitas
Prevensi terdiri tiga macam:
1)      Prevensi primer
2)      Prevensi sekunder
3)      Prevensi tersier
Prinsip utama psikologi komunitas dalam aplikasi dan peranannya Nietzel dkk (sunberr,2002) :
1)      Psikologi komunitas tidak lagi memandang perilaku hanya ditentukan oleh faktor biologis
2)      Psikologi komunitas memandang bahwa yang bersifat intervensi dan pencegahan perlu dilakukan di tempat orang yang tinggal dalam komunitas
3)      Kegiatan intervensi untuk meningkatkan kesehatan mental dan kegiatan pencegahan gangguan sosial psikologis tidak lagi ditunjukkan bagi perubahan perseorangan namun perubahan sistem sosial.

Adi Handoko (11080029)
Universitas Borobudur 2012

Psikologi klinis Anak dan Pediatri


Diperkirakan sekitar 8 juta anak di AS membutuhkan pelayanan kesehatan mental (Robert dalam Trull dan Phares, 2001). Bagi negara berkembang, jumlah itu barangkali bisa lebih banyak lagi.
Perhatian yang besar pada kekhususan psikologi untuk anak berkembang karena beberapa temuan, yaitu :
·        Bertambah banyaknya kasus psikopatologi anak, yakni 22%
·        Banyak gangguan yang terjadi pada anak-anak yang mempunyai konsekuensi serius pada usia dewasa.
·        Kebanyakan gangguan pada masa dewasa mungkin berasal dari masalah pada masa kanak-kanak yang tidak terdiagnosis
·        Perlu dilakukan intervensi untuk mencegah berlanjutnya suatu gangguan pada anak sampai dewasa.

DEFINISI
Definisi Pediatri dari bahasa Yunani yaitu Pedos (anak) dan iatrica (pengobatan) atau ilmu tentang pengobatan anak. Istilah ini mulai digunakan di Indonesia sejak tahun 1963. Chaplin(2002;357) menyampaikan bahwa pediatri adalah cabang khusus dari kedokteran yang menekuni penyakit anak-anak. Istilah lain untuk menyebut pediatri adalah ilmu kesehatan anak (Maramis,1994) yang terdiri dari tiga macam pediatri yaitu pediatri klinis, pediatri pencegahan, dan pediatri sosial.
Secara umum baik itu psikologi anak klinis, pediatri maupun  psikologi pediatri, ketiganya membahas permasalahan kesehatan anak dalam hal assesmen, intervensi, pencegahan, dan konsultasi. Terdapat perbedaan antara psikologi pediatri dan psikologi anak klinis. Psikologi anak klinis berkaitan dengan pemahaman terhadap gejala-gejala psikolopatologi anak dan remaja yang setting bekerjanya dapat di tempat-tempat praktek pribadi maupun pasien di luar klinik berbeda halnya dengan psikologi pediatri yang merupakan  bidang psikologi anak klinis yang berada dalam setting kerja medis seperti rumah sakit, klinik-klinik perkembangan atau praktek medis (dalam Phares dan Trull,2001)
Survei terhadap psikologi anak klinis dan psikologi pediatri yang membedakan keduanya (Phares dan Trull,2001) :
1.      klinik pediatri dicirikan oleh orientasi behavioral dengan kecenderungan untuk menggunakan strategi intervensi yang segera dan jangka pendek. Sebaliknya psikologi anak klinis lebih meluas orientasinya (psikodinamika dan keluarga/orientasi sistem)
2.      Psikologi pediatri cenderung menempatkan penekanan yang lebih luas pada persoalan medis dan biologis dalam pendekatan mereka terhadap pelatihan, penelitian dan pelayanan. Sedangkan psikologi klinis anak cenderung memberikan tempat yang lebih besar terhadap penelitian dalam asesmen, proses perkembangan dna terapi keluarga

SEJARAH
            Menjelang akhir tahun 1800an dan awal tahun 1900an, beberapa perkembangan terjadi dengan meningkatnya fokus pada anak-anak. Sejarah psikologi klinis anak berawal pada tahun 1896 ketika Witmer melakukan tritmen terhadap anak yang mengalami problem belajar dan berperilaku mengganggu di kelas, bersamaan dengan berdirinya ”Psychologycal Clinic”. Perkembangan ini termasuk identifikasi dan perawatan terhadap anak yang mengalami keterbelakangan mental, perkembangan tes intelegensi, formulasi psikoanalisis dan behaviorisme serta merebaknya klinik-klinik bimbingan anak (Trull dan Phares, 2001).
            Tren yang berkembang mencapai puncaknya pada apa yang saat ini dinamakan dengan psikologi anak klinis. Bidang ini berorientasi pada asesmen, tritmen dan pencegahan bermacam persoalan. Psikologi pediatri berkembang berikutnya sebagai sebuah kekhususan ketika psikologi pediatri ini menjadi tampak nyata dapat menghadapi seluruh problem yang ada pada masa kanak-kanak sebagaimana yang dilakukan psikologi anak klinis (Roberts dalam Trull dan Phares, 2001). Anak-anak yang relatif tak bermasalah mengunjungi ahli pediatri karena membutuhkan dukungan dan konseling, lebih banyak daripada intervensi medisnya.
Kasus yang ditangani oleh psikologi pediatri
  1. Perilaku negatif =  tantrum, menangis
  2. toileting = ngompol, toilet training
  3. Hambatan perkembangan = bicara, evoraktivitas
  4. sekolah = membaca, tidak suka sekolah
  5. Tidur = mimpi buruk, menolak waktu tidur
  6. Kepribadian = rendah kontrol diri, mencuri
SEBUAH PERSPEKTIF PERKEMBANGAN
      Dari sudut pandang perkembangan, problem-problem psikologis pada anak dan remaja dihasilkan dari beberapa penyimpangan pada satu atau lebih area perkembangan (kognitif, emosi, biologis, perilaku, dan sosial) apabila dibandingkan dengan anak dalam kelompok usia yang sama. Pada saat yang sama adalah penting untuk mengetahui :
1.      Perkembangan merupakan proses aktif dan dinamis
2.      Problem-problem perkembangan yang sama mungkin mengarah pada hasil yang berbeda (gangguan klinis)
3.      Problem perkembangan yang berbeda mungkin mengarah pada hasil yang sama
4.      proses perkembangan dan kegagalan dalam perkembangan dapat saling berinteraksi
5.      proses perkembangan dan lingkungan saling mempengaruhi

RESILLIENCE (DAYA TAHAN)
Istilah resillience mengacu pada kualitas-kualitas yang ada pada individu yang berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan dan memperoleh hasil-hasil perkembangan yang baik (Masten / Coatsworth dalam Trull dan Phares, 2001)
Ciri-ciri individu, keluarga dan pengaruh di luar keluarga yang berkaitan dengan resiliensi anak-remaja :
  1. Individu,
Fungsi intelektual yang baik, menarik, mudah bergaul, percaya diri, harga diri tinggi,banyak bakat / kemampuan, keyakinan
  1. Keluarga
Hubungan dekat dengan figur orang tua yang memperhatikan. Gaya asuh : hangat, harapan tinggi, tersturktur, sosial-ekonomi mendukung, hubungan dengan jaringan keluarga besar yang supportif
  1. Konteks di luar keluarga
Memiliki ikatan prososial dengan orang dewasa di luar keluarga, hubungan dengan organisasi prososial, hadir di sekolah

ASSESMEN
            Asesmen terhadap anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa karena umumnya anak dan remaja jarang mencari tritmen sendiri. Memperkirakan sifat dan keparahan problem merupakan hal penting ketika melakukan asesmen terhadap anak dan remaja. Misalnya problem mungkin sangat spesifik seperti kecemasan berangkat sekolah atau justru bersifat umum seperti depresi atau hilangnya minat terhadap tugas-tugas sekolah. Sebuah sejarah kasus dapat digunakan untuk mengumpulkan pemahaman secara tepat mengenai bagaimana berkembangnya suatu problem (Trull dan Phares, 2001). Alat-alat yang digunakan dalam asesmen terhadap anak-remaja adalah interview, tes intelegensi, tes prestasi, tes proyeksi, dan checklist. Bentuk-bentuk asesmen lain adalah asesmen untuk neoropsikologi, asesmen kognitif, dan asesmen keluarga (Trull dan Phares, 2001).

INTERVENSI
            Intervensi yang diberikan pada anak dan remaja memiliki perbedaan namun secara umum sama dengan intervensi untuk dewasa. Perbedaan anak-anak tidak merujuk pada dirinya sendiri untuk melakukan tritmen, tidak memiliki kapasitas yang sama untuk introspeksi dan melaporkan diri sebagaimana orang dewasa. Kesamaan menggunakan teori-teori yang digunakan, baik psikoanalisa, orientasi behavioristik, humanistik, dan terapi kelompok maupun terapi keluarga

CEDERA PADA ANAK
            Perkembangan anak secara fisik banyak mempengaruhi kondisi emosinya. Apa yang terjadi pada anak ketika kecil dapat mempengaruhi konstelasi emosi anak, apalagi bila sesuatu yang terjadi menimbulkan gangguan nyata secara fisik dan psikologis. 10%-20% anak yang mengalami cidera kepala berat akan mengalami masalah dengan ingatan jangka pendeknya dan menunjukkan respon yang lebih lambat terutama jika mengalami koma sekurangnya tiga minggu. Selain itu, lebih dari setengahnya akan mengalami gangguan syaraf. Anak yang mengalami cedera kepala hendaknya segera dibawa ke dokter agar dapat dievaluasi (diagnosa) dengan cermat. 

Adi Handoko (11080029)
Universitas Borobudur 2012

Senin, 25 Juni 2012

Konseling Kelompok


 Konseling Kelompok
         Konseling kelompok memiliki tujuan preventif & kuratif
         Konseling kelompok seringkali berorientasi masalah/topik, dengan isi dan tujuan ditentukan oleh anggota
         Peran konselor adalah memfasilitasi interaksi diantara anggota, membantu proses saling belajar satu anggota dengan lainnya, membantu anggota mengembangkan tujuan pribadi, dan mendorong anggota untuk menerjemahkan pemahaman mereka ke dalam rencana konkrit yang melibatkan perilaku yang meluas di luar kelompok
         Konselor memainkan peran dengan mengajari anggota untuk berfokus pd here-and-now dan mengidentifikasi hal-hal yang ingin digali di dalam kelompok

Persamaan dgn konseling individual:
  1. Tujuan: self integration, self direction, responsibility
  2. Konselor menciptakan situasi penerimaan.
  3. Klien dibantu mencermati dan peka terhadap perasaan dan sikapnya
  4. Menjamin privasi dan kerahasiaan klien

Perbedaan :

Ø      Insight bahwa tidak hanya klien yang mengalami masalah itu lebih mudah
Ø      Anggota konseling tidak hanya menerima bantuan tapi juga membantu orang lain.
Ø      Efektivitas konseling tergantung kohesivitas kelompok
Ø      Tugas konselor di tahap awal lebih berat karena harus memenuhi tuntutan dan memuaskan banyak orang dalam satu waktu

Nilai Lebih Konseling Kelompok
Klien belajar:
v     Memahami orang lain dan cara pandangnya
v     Mengembangkan penghargaan yang lebih dalam pada orla, terutama yang berbeda dengan dirinya
v     Mencapai ketrampilan sosial yang lebih besar dengan peer group
v     Berbagi dengan orang lain
v     Memperjelas masalah, pikiran, nilai dan ide melalui diskusi dengan oral
v     Menyediakan empati dan dukungan yang diperlukan untuk menciptakan suasana kepercayaan yang dapat menuntun pada pengungkapan dan penggalian.
v     Anggota kelompok dibantu utk mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki dalam mengatasi masalah interpersonal sehingga konseli diharapkan akan dapat mengatasi masalahnya di kemudian hari

 Proses Konseling Kelompok :

A.Tahap pembentukan kelompok:
Pemilihan anggota
Ø      Tujuan: agar tidak ada anggota yang mundur di tengah jalan
Ø      Syarat: memiliki kesamaan tema dan taraf permasalahan, tujuan, usia/kematangan
Ø      Catatan: orang yang terlalu agresif, pemalu dan memiliki gangguan penyesuaian diri berat tidak dapat dimasukkan kelompok
Ø      Besarnya kelompok: 6-12 orang/ klp
Ø      Rancangan frekuensi pertemuan: 1-2 kali seminggu
Ø      Lama sesi: anak F 30 -45 menit, remaja & dewasa F 90 menit
Ø      Lama terapi: minimal 10 kali pertemuan
Ø      Setting: sesuai jumlah anggota (tidak terlalu padat, tidak terlalu kosong)
B. Tahap involvement
Ø      Mempersiapkan anggota: perkenalan, interview awal
Ø      Konselor menjelaskan aturan main agar kelompok dapat berfungsi baik
Ø      Menentukan apakah kelompok bersifat terbuka/tertutup dan apakah keanggotaannya bersifat sukarela/ terpaksa
C.Tahap Transisi (transition stage):
merupakan tahap yang penuh konflik karena masing-masing klien masih menyesuaikan diri dengan anggota lainnya
D.Tahap terapi (working stage):
kelompok mulai kohesif, kerjasama dapat dilakukan, masing-masing anggota sudah dapat memahami/ berempati pada anggota lain
E.Tahap akhir (ending stage):
dilakukan jika semua masalah telah selesai


Kenseling pada kelompok khusus :
Ø      Konseling kelompok untuk anak-anak
Ø      Konseling kelompok remaja
Ø      Konseling kelompok mahasiswa
Ø      Konseling kelompok lanjut usia

Konseling kelompok untuk anak-anak
         Dapat bertujaun untuk preventif atau kuratif
         Di sekolah, konseling kelompok diberikan untuk anak-anak yang menunjukkan perilaku tertentu, mis: berkelahi berlebihan, tidak mampu menjalin hubungan dengan teman, atau diabaikan.
         Anak-anak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan perasaan mereka dan masalah yang mereka hadapi
         Mengidentifikasi anak yg memiliki gangguan perilaku atau emosi sangat penting.

 Konseling kelompok remaja
Ø      Sangat tepat diberikan pada remaja karena memberikan kesempatan untuk mengekspresikan konflik-konflik perasaan mereka, menggali keraguan diri/self-doubt, dan menyadari bahwa anggota-anggota saling berbagi perhatian diantara mereka
Ø      Anggota memungkinkan remaja untuk menanyakan secara terbuka nilai-nilai mereka dan memodifikasi nilai-nilai yang perlu diubah
Ø      Remaja belajar berkomunikasi dengan teman-teman mereka, mereka mengambil keuntungan dari modelling yang disediakan oleh konselor, dan menguji keterbatasan mereka
Ø      Memberikan kesempatan kepada anggota untuk saling bertumbuh
Ø      Anggota dapat mengekspresikan perhatian mereka dan didengarkan, mereka dapat membantu satu dengan lainnya menuju pemahaman diri dan penerimaan diri

Konseling kelompok mahasiswa
         Pada saat memasuki masa kuliah, remaja terpreokupasi dengan keinginan untuk mengembangkan intelektualitas, mengabaikan pertumbuhan emosional dan sosial
         Tujuan utama dari konseling kelompok mahasiswa adalah menyediakan anggota kesempatan untuk bertumbuh, mengambil keputusan karir, hubungan interpersonal, masalah identitas, rencana pendidikan, perasaan terisolasi, dll yg terkait untuk menjadi individu yang mandiri.

Konseling kelompok lanjut usia
         Muncul perasaan tidak produktif, tidak dibutuhkan & tidak diinginkan pada masa tua à melihat tidak adanya lagi harapan, dibiarkan sendirian, dan tidak berguna
         Tujuan konseling kelompok : mendapatkan kembali integritas & penghargaan diri à membantu anggota keluar dari isolasi dan menawarkan dukungan yang diperlukan untuk menemukan makna dalam kehidupannya sehingga mereka dapat hidup sepenuhnya dan tidak hanya sekedar ada

Contoh Konseling Kelompok
Ø      Di RSJ, konselor diminta untuk mendesain dan memimpin kelompok untuk konseli dengan berbagai macam permasalahan (untuk yang ingin meninggalkan RS & kembali memasuki masyarakat, atau juga untuk keluarga pasien)
- Kelompok vokasional, kelompok pelatihan asertif, kelompok duka cita, kelompok rekreasional
         Di pusat kesehatan mental masyarakat (community mental health center), pusat konseling universitas, atau klinik pribadi, konselor diharapkan untuk memberikan konseling kelompok dlm setting yg beragam (usia, masalah, SES, tingkat pendidikan, etnis, latar belakang budaya)
à    Konseling kelompok untuk wanita, pengembangan kesadaran untuk pria, psikoedukasi untuk ortu, ketergantungan alkohol untuk anak/pasien kanker/gangguan makan, konseling untuk kelompok dukungan HIV/AIDS, kelompok orang lanjut usia.
à    Di sekolah, konselor akan diminta utk membentuk kelompok eksplorasi karir, self-esteem, anak korban perceraian, keterampilan interpersonal, dan pertumbuhan pribadi
à    Di sekolah menengah, konseling kelompok ditujukan pada siswa-siswa yang menjalani rehabilitasi ketergantungan obat, korban kekerasan, atau melewati krisis tertentu.














Komunikasi dalam Konseling

Hubungan konseling dimaknai sebagai hubungan yang membantu (helping relationship) antara konselor sebagai professional dengan konseli, bertujuan untuk memudahkan perkembangan individu Pada hubungan konseling, ketulusan, kejujuran, saling menghargai dan keutuhan konselor dan konseli amat penting.

Hubungan konseling terjadi atas persetujuan bersama, disertai kerjasama, dan konselor harus dapat menunjukkan sebagai pribadi yang mudah didekati, mudah menerima orang lain, hangat, menampilkan keaslian diri dan dapat dipercaya.

Hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mampu mengembangkan hubungan konseling yang ditandai keakraban, keharmonisan, kesesuaian, kecocokkan, dan saling tarik menarik (terbentuk rapport), melalui komunikasi verbal dan non verbal.

Untuk itu hal yang perlu dikuasai konselor adalah menguasai keterampilan dalam merespon konseli dengan teknik komunikasi yang benar dan sesuai dengan keadaan konseli saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong keterbukaan konseli dalam menyatakan pikiran, perasaan dan pengalamannya.

Keterampilan Komunikasi Konseling :

Beberapa keterampilan merespon yang harus dikuasai konselor baik verbal maupun nonverbal dalam komunikasi konseling akan diuraikan berikut ini.

1. Perilaku attending
Perilaku attending adalah perilaku penampilan yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan yang menghampiri konseli. Perilaku attending yang baik, merupakan kombinasi ketiga komponen ini, sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat konseli terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik akan meningkatkan harga diri konseli, menciptakan suasana aman, memudahkan ekspresi perasaan konseli secara bebas.
Perilaku penampilan (attending) yang baik :
Muka : ekspresi wajah tenang, senyum, ceria
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
Posisi tubuh : agak condong ke arah konseli, jarak perlu diperhatikan tidak terlalu jauh/dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
Tangan : variasi gerakan tangan sesuai dengan ucapan, spontan dan berubah-ubah untuk menekankan ucapan atau sebagai isyarat
Mendengarkan aktif penuh perhatian, menunggu ucapan konseli hingga selesai, tidak memotong pembicaraan konseli, diam, perhatian pada lawan bicara.

2. Bertanya
Pada proses konseling kebanyakan konselor kesulitan untuk membuka percakapan dengan konseli. Untuk memudahkan membuka percakapan, maka konselor harus memiliki keterampilan bertanya melalui pertanyaan terbuka yang memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru dari konseli, melalui kalimat Apa sebabnya dan Mengapa sampai hal itu bisa terjadi , Bagaimana perasaan anda saat itu , Dapatkah anda menjelaskan kejadian pada saat itu . Pertanyaan konselor dapat juga bersifat tertutup untuk menjernihkan atau memperjelas informasi, memfokuskan pembicaraan konseli, memperoleh informasi tertentu. Pertanyaan tertutup dapat dilakukan melalui kalimat Anda tinggal dimana , Saat ini IP anda mencapai berapa

3. Dorongan Minimal (minimal encouragement)
Upaya utama konselor adalah agar konseli selalu terlibat dalam pembicaraan dan dirinya terbuka, sehingga pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan konseli. Respon yang diberikan oleh konselor sesedikit mungkin dengan tujuan memberikan kesempatan kepada konseli berbicara lebih lanjut. Misalnya dengan mengatakan terus , lalu , ya dan ., hm , dapat juga dengan isyarat anggukan. Dorongan minimal dilakukan secara selektif, pada saat konseli kelihatan akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan, atau kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan.

4. Klarifikasi,
Klarifikasi, adalah ketrampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan konseli yang kurang jelas, samar-samar dan agak meragukan.
Tujuan :
Memeriksa kembali isi pesan konseli
Memperjelas pesan konseli
Memeriksa ketepatan pesan konseli dengan persepsi konselor
Contoh :
Konselor: Apakah yang kamu maksudkan . ( isi pesan konseli)
Apakah yang kamu katakan bahwa . (isi pesan) .

-->
5. Refleksi perasaan,
Refleksi perasaan merupakan upaya konselor memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman yang diungkapkan oleh konseli melalui pernyataan, intonasi dan sikap konseli.
Ada tiga jenis refleksi, yaitu ; refleksi perasaan, refleksi pikiran, dan refleksi pengalaman.
Tujuan :
Konseli dapat mengungkapkan diri secara luas.
Bertanya untuk membuka percakapan
Konselor dapat mendalami masalah yang dialami oleh konseli
Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat digunakan dimulai dengan kata-kata: Apakah , Bagaimana , Dimana , Siapa , Bolehkah
Contoh :
Refleksi Perasaan
Kamu merasa bingung menghadapi situasi seperti sekarang ini?
Saat ini kamu sedang kecewa karena hasil studi semester ini kurang memuaskan
Refleksi Pikiran
Adakah yang kamu maksudkan adalah ..
Nampaknya kamu akan mengatakan
Refleksi Pengalaman
Apakah yang anda maksudkan suatu peristiwa .
Nampaknya pada saat itu anda berada pada situasi

6. Menangkap pesan utama (Paraphrasing)
Konselor perlu menangkap pesan utama dari ide, perasaan, dan pengalaman yang dikemukakan
konseli. Kemudian menyampaikan kembali kepada konseli dengan bahasa sederhana dan mudah
difahami konseli. Hal ini perlu karena seringkali konseli mengungkapkan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya berputar-putar. Biasanya digunakan kata awal adakah....... , dan
nampaknya.........
Contoh:
Ki: Biasanya dia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya
Ko: Adakah yang anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?
Ki: Itu suatu pekerjaan yang baik. Akan tetapi saya tidak akan mengambilnya. Saya tidak tahu
mengapa?
Ko: Nampaknya anda masih ragu


7. Empati, kemampuan konselor untuk memahami permasalahan konseli, melihat melalui sudut pandang konseli, peka terhadap perasaan-perasaan konseli, merasa dan berfikir bersama konseli dan bukan untuk atau tentang konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan perasaannya. Selain itu, konselor dapat memahami permasalahan konseli tidak hanya pada permukaan, tetapi lebih dalam. Empati dilakukan bersamaan dengan perilaku attending.
Tujuan :
Mendorong konseli mengekpresikan perasaan positif maupun perasaan negatif tentang suatu hal.
Membantu konseli untuk lebih merasakan perasaannya secara mendalam agar lebih sadar akan masalah yang belum terselesaikan. Membantu konseli untuk mengenali perasaan-perasaan yang mendominasi mereka
Konselor menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga memberi peluang kepada konseli untuk memberikan jawaban yang panjang dan luas. Untuk melakukan empati, konselor harus mampu; mengosongkan perasaan dan pikiran egoistic, memasuki dunia dalam konseli, melakukan empati primer dengan mengatakan
Contoh :
Saya dapat memahami pikiranmu
Saya merasakan kepedihan kamu .
Saya mengerti keinginanmu
Kemudian melakukan empati tingkat tinggi, dengan mengatakan
Contoh:
Setelah mendengar ungkapanmu, saya menjadi mengerti mengapa kamu merasa kecewa,
dan saya ikut terluka dengan pengalamanmu .

8. Menyimpulkan sementara (Summarization)
Hal ini dilakukan konselor bersama konseli setiap periode waktu tertentu, agar diperoleh pemahaman terhadap apa yang sudah dibicarakan.
Tujuan:
Memberi kesempatan konseli untuk mengambil feedback dari hal yg sudah dibicarakan
Menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
Meningkatkan kualitas diskusi
Mempertajam atau memperjelas fokus wawancara konseling

9. Mendekatkan diri (disclosing self)
Konselor harus memiliki kemampuan membuka informasi-informasi personal dengan tujuan membuat konseli menjadi lebih terbuka.Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat awal pertemuan konseling, untuk menciptakan kenyamanan, perasaan aman, perasaan diterima, dan menumbuhkan kesediaan konseli untuk mengikuti konseling.


10. Memimpin (leading)
Konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan.
Tujuan :
Konseli tidak menyimpang dari fokus pembicaraan
Arah pembicaraan terfokus pada tujuan konseling
Contoh:
Saat ini perhatian anda tertuju pada kuliah sambil bekerja, mungkin anda tinggal merinci apa saja yang menjadi perhatian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk perhatian anda juga?


11. Memudahkan (facilitating)
Adalah suatu ketrampilan membuka komunikasi agar konseli mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan permasalahannya secara bebas dan memberdayakan konseli untuk mencapai tujuan-tujuannya, dengan cara a.l.
Membantu konseli untuk bersikap terbuka terhadap konflik
Membantu konseli untuk mengatasi hambatan berkomunikasi langsung
Menciptakan situasi yang aman dan memberikan keberanian bagi konseli untuk mengambil resiko
Contoh :
Konselor :
Saya yakin kamu akan berbicara apa adanya karena saya akan mendengarkan sebaik-baiknya. Saya mengerti perasaan saudara, saya yakin bahwa jika kita berdiskusi tentu masalah saudara akan mudah diatasi


12. Pemberian Informasi (Information Giving),
Dilakukan oleh konselor pada saat konseli membutuhkan informasi untuk memperjelas pengetahuan dan pemahamannya tentang berbagai hal. Baik itu informasi mengenai tujuan, proses dan kode etik proses konseling yang akan diikuti konseli, maupun informasi lainnya.Jika konselor kurang mengusai informasi yang dibutuhkan konseli, maka dapat diarahkan agar konseli mencari langsung kepada sumbernya.
Contoh:
Konselor:
Mengenai informasi persyaratan masuk sekolah tinggi statistik, saya sama sekali tidak mengusainya. Karena itu saya sarankan anda langsung saja ke Biro Pusat Statistik atau ke sekolah tinggi statistik yang bersangkutan


13. Konfrontasi (Confrontation),
teknik komunikasi yang menantang konseli, karena adanya ketidaksesuaian yang terlihat dalam pernyataan dan tingkah laku konseli, karena terjadi inkonsistensi antara perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar konfrontasi dapat terlaksana secara efektif:
Adanya kesenjangan yang diungkapkan konseli.
Konselor telah memahami masalah konseli secara mendalam
Telah terbinanya keakraban antara konselor dan konseli secara mendalam
Bertujuan meredakan ketegangan yang ada dalam bathin konseli
Mendorong konseli mengadakan penelitian secara jujur
Meningkatkan potensi konseli
Membawa konseli pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya
Disampaikan dengan bahasa yang lugas; ringkas, tepat, jelas mudah dipahami konseli.
Tidak menyalahkan atau menilai, disertai perilaku attending, disampaikan pada waktu yang tepat.
Contoh :
Konselor :
Kamu mengatakan bahwa kamu rela tetapi wajah kamu terlihat kecewa
Kamu mengatakan sudah memaafkannya, tetapi kamu masih mengungkapkan kekesalan

14. Memberikan penguatan
Konselor merangsang konseli untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkah laku yang positif dengan cara memberi pujian, penghargaan dan mendengarkan pembicaraan konseli dengan sungguh-sungguh.
Contoh :
Konselor : Saya kagum atas perjuangan saudara dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup selama ini


15. Diam
Diam adalah amat penting. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi melakukan komunikasi non verbal. Diam yang paling ideal antara 5 10 detik dan selebihnya diganti dengan dorongan minimal.
Tujuan:
Menunggu konseli berpikir
Proses jika konseli bicara berputar-putar atau berbelit-belit
Menunjang perilaku attending dan empati sehingga konseli bebas berbicara.
Contoh:
Ki: Saya tidak senang dengan perilaku dosen itu......dan saya .....(berpikir)
Ko: ..............Diam
Ki: Saya harus bagaimana..........saya tidak tahu......
Ko: ..............Diam


16. Menyimpulkan ( Influencing Summarization)
Pada akhir pelayanan konseling, konselor dapat membantu konseli untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut Bagaimana keadaan konseli saat ini terutama menyangkut tema tertentu. Memantapkan rencana konseli yang akan datang. Pokok-pokok yang akan dibicarakan pada sesi berikut.
Contoh :
Konselor : Apakah sudah dapat kita buat kesimpulan, bahwa..
Coba kita rumuskan bersama mengenai hal-hal yang telah kita bicarakan

 Penggunaan teknik komunikasi dalam tahap konseling :

Penggunaan teknik komunikasi dalam tahap konseling. Proses konseling terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
(1) tahap awal atau tahap mendefinisikanmasalah,
(2) tahap pertengahan disebut juga tahap kerja,
dan (3) tahap akhir atau tahap perubahan dan tindakan (action).
Setiap tahapan konseling memiliki teknik-teknik komunikasi tertentu.