Di Indonesia Psikologi Komunitas dibahas sebagai “Kesehatan
Masyarakat” dalam disiplin ilmu kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.Psikologi Komunitas juga merupakan subbagian dalam Psikologi Sosial,
Sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Tapi dalam hal ini Psikologi Komunitas
akan diuraikan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan memberi bantuan
kepada orang lain dalam hal gangguan emosional, penyesuaian diri dan
masalah-masalah psikologis lainnya.
Dalam pendekatan psikologi klinis, treatment diberikan kepada
seseorang atau kelompok yang mengalami gangguan atau yang memiliki masalah dan
klien menerima treatment tersebut. Kenyataannya seringkali sulit untuk
memastikan siapa yang memerlukan terapi atau bantuan psikologis. Dilihat dari
pandanan sosiokultual, lingkungan sosio kltural dan interaksinya dengan subjek
atau sekelompok subjeklah penyebab munculnya gangguan jiwa, hal ini dikarenakan
tuntutan sosial kepada subjek untuk mengikuti kondisi yang berlaku misalnya
norma sosial, dan lainnya.
Banyak perubahan-perubahan dalam tatanan masyarakat sekarang ini
yang menyebabkan banyaknya muncul gejala-gejala sosial seperti kemiskinan,
kekumuhan, polusi udara, pengungsian penduduk bahkan bencana alam sangat
memungkinkan munculnya ancaman gangguan-gangguan psikologis terutama dalam hal
gangguan emosional. Kondisi ini membutuhkan suatu pendekatan yang tidak
menggunakan cara tradisional dari psikologi klinis, tetapi membutuhkan sutau
pendekatan menyeluruh yakni pendekatan komunitas.
Psikologi komunitas pada dasarnya terkait dengan hubungan antar sistem
sosial, kesejahteraan dan kesehatan individu dalam kaitan dengan masyarakat.
Psikologi komunitas didefinisikan sebagai sutau pendekatan kepada kesehatan
mental yang menekankan pada peran daya lingkunan dalam menciptakan masalah atau
mengurangi masalah. Psikologi komunitas berfokus pada arah permasalahan
kesehatan mental dan sosial yang dikembangkan melalui intervensi
juga riset dengan setting mencakup masyarakat dan komunitas pribadi.
Seorang ahli yang bernama Rapaport
mengemukakan bahwa pespektif dari psikologi komunitas memberikan perhatian pada
tiga hal utama yakni (Phares,1992):
Pengembangan
sumber daya individu.
Aktivitas
politik.
Ilmu
Pengetahuan.
Adapun mengenai bentuk penekanan pendekatan kesehatan mental komunitas
menurut Bloom (dalam Phares,1992) ada lima: Intervensi
dalam komunitas,penekanan pencegahan, intervensi dalam komunitas
dilakukan dalam populasi yang terbatas, promosi dalam pelayanan tak
lamgsung misalnya melalui pelatihan dan pemberdayaan, pelaksanaan yang
dilakukan oleh ahli dari berbagai bidang ilmu.
Ada beberapa konsep yang sangat melekat pada
pendekatan psikologi komunitas, yakni pada :
·Pencegahan.Pencegahan dari gangguan psikologis bertujuan
untuk menghemat biaya perawatan penderita.Terdiri dari
tiga yakni pencegahan primer, sekunder dan tertier.
·Pemberdayaan manusia.
Pemberdayaan manusia dalam masyarakat bertujuan untuk mempertahankan kesehatan
dan mencegah munculnya gangguan-gangguan psikologis.
A.Fokus dalam strategi
intervensi
Price
dkk (dalam Phares,1992) mengemukakan perbandingan antara orientasi klinis dan
orientasi komunitas dalam strategi komunitasnya. Orientasi klinis memperhatikan
bagaimana mengatasi gangguan pada tingkat individual, organisasi,dan komunitas.
Orientasi komunitas disisi lain mengutamakan peningkatan kompetensi.
B.Metode intervensi dan
perubahan dalam pendekatan komunitas (korchin, 1976)
·Konsultasi
·Mengadakan
layanan masyarakat
·Intervensi
krisis
·Intervensi
pada usia dini
·Pengembangan
berbagai program pelatihan upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukandengan membuat tulisan singkat tentang upaya
yang cepat untuk mengatasi berbagai keadaan darurat misal kecemasan dan
mengatasi stress
PRINSIP
DASAR PENGEMBANGAN PSIKOLOGI KOMUNITAS
Prinsip dasar yang perlu diperhatikan program pengembangan
komunitas :
1)Pengembangan komunitas pada
dasarnya merupakan sebuah proses pengorganisasian masyarakat yang harus
dilaksanakan secara sistematis
2)Perorganisasian
masyarakat hendaknya dipertimbangan dan diterjemahkan dalam tindakan prinsip :
collective interest, targets, action, action plan, contribution.
3)Kegiatan
dalam pengembangan komunitas perlu mengutamakan partisipasi anggota komunitas
Prevensi
terdiri tiga macam:
1)Prevensi
primer
2)Prevensi
sekunder
3)Prevensi
tersier
Prinsip
utama psikologi komunitas dalam aplikasi dan peranannya Nietzel dkk
(sunberr,2002) :
1)Psikologi komunitas tidak
lagi memandang perilaku hanya ditentukan oleh faktor biologis
2)Psikologi komunitas
memandang bahwa yang bersifat intervensi dan pencegahan perlu dilakukan di
tempat orang yang tinggal dalam komunitas
3)Kegiatan intervensi untuk
meningkatkan kesehatan mental dan kegiatan pencegahan gangguan sosial
psikologis tidak lagi ditunjukkan bagi perubahan perseorangan namun perubahan
sistem sosial.
Diperkirakan sekitar 8 juta anak di AS
membutuhkan pelayanan kesehatan mental (Robert dalam Trull dan Phares, 2001).
Bagi negara berkembang, jumlah itu barangkali bisa lebih banyak lagi.
Perhatian yang besar pada kekhususan
psikologi untuk anak berkembang karena beberapa temuan, yaitu :
·Bertambah banyaknya kasus
psikopatologi anak, yakni 22%
·Banyak
gangguan yang terjadi pada anak-anak yang mempunyai konsekuensi serius pada
usia dewasa.
·Kebanyakan
gangguan pada masa dewasa mungkin berasal dari masalah pada masa kanak-kanak
yang tidak terdiagnosis
·Perlu
dilakukan intervensi untuk mencegah berlanjutnya suatu gangguan pada anak
sampai dewasa.
DEFINISI
Definisi
Pediatri dari bahasa Yunani yaitu Pedos (anak) dan iatrica (pengobatan) atau
ilmu tentang pengobatan anak. Istilah ini mulai digunakan di Indonesia sejak tahun 1963.
Chaplin(2002;357) menyampaikan bahwa pediatri adalah cabang khusus dari
kedokteran yang menekuni penyakit anak-anak. Istilah lain untuk menyebut
pediatri adalah ilmu kesehatan anak (Maramis,1994) yang terdiri dari tiga macam
pediatri yaitu pediatri klinis, pediatri pencegahan, dan pediatri sosial.
Secara
umum baik itu psikologi anak klinis, pediatri maupunpsikologi pediatri, ketiganya membahas
permasalahan kesehatan anak dalam hal assesmen, intervensi, pencegahan, dan
konsultasi. Terdapat perbedaan antara psikologi pediatri dan psikologi anak
klinis. Psikologi anak klinis berkaitan dengan pemahaman terhadap gejala-gejala
psikolopatologi anak dan remaja yang setting bekerjanya dapat di tempat-tempat
praktek pribadi maupun pasien di luar klinik berbeda halnya dengan psikologi
pediatri yang merupakanbidang psikologi
anak klinis yang berada dalam setting kerja medis seperti rumah sakit,
klinik-klinik perkembangan atau praktek medis (dalam Phares dan Trull,2001)
Survei
terhadap psikologi anak klinis dan psikologi pediatri yang membedakan keduanya
(Phares dan Trull,2001) :
1.klinik pediatri dicirikan
oleh orientasi behavioral dengan kecenderungan untuk menggunakan strategi
intervensi yang segera dan jangka pendek. Sebaliknya psikologi anak klinis
lebih meluas orientasinya (psikodinamika dan keluarga/orientasi sistem)
2.Psikologi pediatri
cenderung menempatkan penekanan yang lebih luas pada persoalan medis dan
biologis dalam pendekatan mereka terhadap pelatihan, penelitian dan pelayanan.
Sedangkan psikologi klinis anak cenderung memberikan tempat yang lebih besar
terhadap penelitian dalam asesmen, proses perkembangan dna terapi keluarga
SEJARAH
Menjelang
akhir tahun 1800an dan awal tahun 1900an, beberapa perkembangan terjadi dengan
meningkatnya fokus pada anak-anak. Sejarah psikologi klinis anak berawal pada
tahun 1896 ketika Witmer melakukan tritmen terhadap anak yang mengalami problem
belajar dan berperilaku mengganggu di kelas, bersamaan dengan berdirinya
”Psychologycal Clinic”. Perkembangan ini termasuk identifikasi dan perawatan
terhadap anak yang mengalami keterbelakangan mental, perkembangan tes
intelegensi, formulasi psikoanalisis dan behaviorisme serta merebaknya
klinik-klinik bimbingan anak (Trull dan Phares, 2001).
Tren
yang berkembang mencapai puncaknya pada apa yang saat ini dinamakan dengan
psikologi anak klinis. Bidang ini berorientasi pada asesmen, tritmen dan
pencegahan bermacam persoalan. Psikologi pediatri berkembang berikutnya sebagai
sebuah kekhususan ketika psikologi pediatri ini menjadi tampak nyata dapat
menghadapi seluruh problem yang ada pada masa kanak-kanak sebagaimana yang dilakukan
psikologi anak klinis (Roberts dalam Trull dan Phares, 2001). Anak-anak yang
relatif tak bermasalah mengunjungi ahli pediatri karena membutuhkan dukungan
dan konseling, lebih banyak daripada intervensi medisnya.
Kasus yang ditangani oleh psikologi pediatri
Perilaku negatif =tantrum,
menangis
toileting = ngompol, toilet training
Hambatan perkembangan = bicara, evoraktivitas
sekolah = membaca, tidak suka sekolah
Tidur = mimpi buruk, menolak waktu tidur
Kepribadian = rendah kontrol diri, mencuri
SEBUAH PERSPEKTIF PERKEMBANGAN
Dari sudut pandang perkembangan,
problem-problem psikologis pada anak dan remaja dihasilkan dari beberapa
penyimpangan pada satu atau lebih area perkembangan (kognitif, emosi, biologis,
perilaku, dan sosial) apabila dibandingkan dengan anak dalam kelompok usia yang
sama. Pada saat yang sama adalah penting untuk mengetahui :
1.Perkembangan merupakan
proses aktif dan dinamis
2.Problem-problem
perkembangan yang sama mungkin mengarah pada hasil yang berbeda (gangguan
klinis)
3.Problem perkembangan yang
berbeda mungkin mengarah pada hasil yang sama
4.proses perkembangan dan
kegagalan dalam perkembangan dapat saling berinteraksi
5.proses perkembangan dan
lingkungan saling mempengaruhi
RESILLIENCE (DAYA TAHAN)
Istilah resillience
mengacu pada kualitas-kualitas yang ada pada individu yang berhubungan dengan
kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan dan memperoleh hasil-hasil
perkembangan yang baik (Masten / Coatsworth dalam Trull dan Phares, 2001)
Ciri-ciri individu, keluarga dan
pengaruh di luar keluarga yang berkaitan dengan resiliensi anak-remaja :
Individu,
Fungsi intelektual yang baik, menarik, mudah bergaul, percaya diri, harga
diri tinggi,banyak bakat / kemampuan, keyakinan
Keluarga
Hubungan dekat dengan figur orang tua yang memperhatikan. Gaya asuh :
hangat, harapan tinggi, tersturktur, sosial-ekonomi mendukung, hubungan dengan
jaringan keluarga besar yang supportif
Konteks di luar keluarga
Memiliki ikatan prososial dengan orang dewasa di luar keluarga, hubungan
dengan organisasi prososial, hadir di sekolah
ASSESMEN
Asesmen
terhadap anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa karena umumnya anak dan
remaja jarang mencari tritmen sendiri. Memperkirakan sifat dan keparahan
problem merupakan hal penting ketika melakukan asesmen terhadap anak dan
remaja. Misalnya problem mungkin sangat spesifik seperti kecemasan berangkat
sekolah atau justru bersifat umum seperti depresi atau hilangnya minat terhadap
tugas-tugas sekolah. Sebuah sejarah kasus dapat digunakan untuk mengumpulkan
pemahaman secara tepat mengenai bagaimana berkembangnya suatu problem (Trull
dan Phares, 2001). Alat-alat yang digunakan dalam asesmen terhadap anak-remaja
adalah interview, tes intelegensi, tes prestasi, tes proyeksi, dan checklist.
Bentuk-bentuk asesmen lain adalah asesmen untuk neoropsikologi, asesmen
kognitif, dan asesmen keluarga (Trull dan Phares, 2001).
INTERVENSI
Intervensi
yang diberikan pada anak dan remaja memiliki perbedaan namun secara umum sama
dengan intervensi untuk dewasa. Perbedaan anak-anak tidak merujuk pada dirinya
sendiri untuk melakukan tritmen, tidak memiliki kapasitas yang sama untuk
introspeksi dan melaporkan diri sebagaimana orang dewasa. Kesamaan menggunakan
teori-teori yang digunakan, baik psikoanalisa, orientasi behavioristik,
humanistik, dan terapi kelompok maupun terapi keluarga
CEDERA PADA ANAK
Perkembangan
anak secara fisik banyak mempengaruhi kondisi emosinya. Apa yang terjadi pada
anak ketika kecil dapat mempengaruhi konstelasi emosi anak, apalagi bila
sesuatu yang terjadi menimbulkan gangguan nyata secara fisik dan psikologis.
10%-20% anak yang mengalami cidera kepala berat akan mengalami masalah dengan
ingatan jangka pendeknya dan menunjukkan respon yang lebih lambat terutama jika
mengalami koma sekurangnya tiga minggu. Selain itu, lebih dari setengahnya akan
mengalami gangguan syaraf. Anak yang mengalami cedera kepala hendaknya segera
dibawa ke dokter agar dapat dievaluasi (diagnosa) dengan cermat.
•Konseling
kelompok memiliki tujuan preventif & kuratif
•Konseling
kelompok seringkali berorientasi masalah/topik, dengan isi dan tujuan ditentukan oleh anggota
•Peran
konselor adalah memfasilitasi
interaksi diantara anggota, membantu proses saling belajar satu anggota dengan lainnya, membantu anggota mengembangkan tujuan
pribadi, dan mendorong anggota untuk menerjemahkan pemahaman mereka ke dalam rencana konkrit yang melibatkan perilaku yang meluas di luar kelompok
•Konselor
memainkan peran dengan mengajari anggota untuk berfokus pd here-and-now
dan mengidentifikasi hal-hal yang ingin digali di dalam kelompok
Klien dibantu mencermati dan peka
terhadap perasaan dan sikapnya
Menjamin
privasi dan kerahasiaan klien
Perbedaan :
ØInsight bahwa tidak hanya klien yang mengalami
masalah itu lebih mudah
ØAnggota
konseling tidak hanya menerima bantuan tapi juga membantu orang lain.
ØEfektivitas konseling tergantung kohesivitas
kelompok
ØTugas
konselor di tahap awal lebih berat karena harus memenuhi tuntutan dan memuaskan
banyak orang dalam satu waktu
Nilai Lebih Konseling Kelompok
Klien belajar:
vMemahami orang lain dan cara pandangnya
vMengembangkan penghargaan yang lebih dalam pada
orla, terutama yang berbeda dengan dirinya
vMencapai ketrampilan sosial yang lebih besar
dengan peer group
vBerbagi dengan orang lain
vMemperjelas
masalah, pikiran, nilai dan ide melalui diskusi dengan oral
vMenyediakan
empati dan dukungan yang diperlukan untuk menciptakan suasana kepercayaan yang
dapat menuntun pada pengungkapan dan penggalian.
vAnggota
kelompok dibantu utk mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki dalam
mengatasi masalah interpersonal sehingga konseli diharapkan akan dapat
mengatasi masalahnya di kemudian hari
Proses Konseling Kelompok :
A.Tahap pembentukan kelompok:
Pemilihan anggota
ØTujuan:
agar tidak ada anggota yang mundur di tengah jalan
ØSyarat:
memiliki kesamaan tema dan taraf permasalahan, tujuan, usia/kematangan
ØCatatan:
orang yang terlalu agresif, pemalu dan memiliki gangguan penyesuaian diri berat
tidak dapat dimasukkan kelompok
ØBesarnya kelompok: 6-12 orang/ klp
ØRancangan frekuensi pertemuan: 1-2 kali seminggu
ØLama sesi: anak F 30 -45 menit, remaja
& dewasa F
90 menit
ØLama
terapi: minimal 10 kali pertemuan
ØSetting:
sesuai jumlah anggota (tidak terlalu padat, tidak terlalu kosong)
B. Tahap involvement
ØMempersiapkan anggota: perkenalan, interview
awal
ØKonselor
menjelaskan aturan main agar kelompok dapat berfungsi baik
ØMenentukan
apakah kelompok bersifat terbuka/tertutup dan apakah keanggotaannya bersifat
sukarela/ terpaksa
C.Tahap
Transisi (transition stage):
merupakan tahap
yang penuh konflik karena masing-masing klien masih menyesuaikan diri dengan
anggota lainnya
D.Tahap terapi
(working stage):
kelompok mulai
kohesif, kerjasama dapat dilakukan, masing-masing anggota sudah dapat memahami/
berempati pada anggota lain
E.Tahap akhir (ending stage):
dilakukan jika semua masalah telah selesai
Kenseling pada
kelompok khusus :
ØKonseling
kelompok untuk anak-anak
ØKonseling
kelompok remaja
ØKonseling
kelompok mahasiswa
ØKonseling
kelompok lanjut usia
Konseling kelompok untuk anak-anak
•Dapat bertujaun untuk preventif atau kuratif
•Di
sekolah, konseling kelompok diberikan untuk anak-anak yang menunjukkan perilaku
tertentu, mis: berkelahi berlebihan, tidak mampu menjalin hubungan dengan
teman, atau diabaikan.
•Anak-anak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan perasaan mereka dan masalah yang mereka hadapi
•Mengidentifikasi
anak yg memiliki gangguanperilaku
atau emosi sangat penting.
Konseling kelompok remaja
ØSangat
tepat diberikan pada remaja karena memberikan kesempatan
untuk mengekspresikan konflik-konflik perasaan mereka, menggali keraguan
diri/self-doubt, dan menyadari bahwa anggota-anggota saling
berbagi perhatian diantara mereka
ØAnggota
memungkinkan remaja untuk menanyakan secara terbuka nilai-nilai mereka dan
memodifikasi nilai-nilai yang perlu diubah
ØRemaja
belajar berkomunikasi dengan teman-teman mereka, mereka mengambil keuntungan dari modelling yang disediakan oleh konselor, dan menguji keterbatasan mereka
ØMemberikan
kesempatan kepada anggota untuk saling bertumbuh
ØAnggota
dapat mengekspresikan perhatian mereka dan didengarkan, mereka dapat membantu
satu dengan lainnya menuju pemahaman diri dan penerimaan diri
Konseling kelompok mahasiswa
•Pada
saat memasuki masa kuliah, remaja terpreokupasi dengan keinginan untuk
mengembangkan intelektualitas, mengabaikan pertumbuhan emosional dan sosial
•Tujuan
utama dari konseling kelompok mahasiswa adalah menyediakan anggota kesempatan
untuk bertumbuh, mengambil keputusan karir, hubungan interpersonal, masalah
identitas, rencana pendidikan, perasaan terisolasi, dll yg terkait untuk
menjadi individu yang mandiri.
Konseling kelompok lanjut usia
•Muncul
perasaan tidak produktif, tidakdibutuhkan
& tidak diinginkan pada masa tua à melihat tidak adanya lagi harapan, dibiarkan sendirian, dan tidak berguna
•Tujuan
konseling kelompok : mendapatkan kembali integritas & penghargaan diri à membantu anggota keluar dari isolasi dan menawarkan dukungan yang
diperlukan untuk menemukan makna dalam kehidupannya sehingga mereka dapat hidup
sepenuhnya dan tidak hanya sekedar ada
Contoh Konseling
Kelompok
ØDi
RSJ, konselor diminta untuk mendesain dan memimpin kelompok untuk konseli
dengan berbagai macam permasalahan (untuk yang ingin meninggalkan RS &
kembali memasuki masyarakat, atau juga untuk keluarga pasien)
- Kelompok vokasional, kelompok pelatihan asertif, kelompok duka cita,
kelompok rekreasional
•Di
pusat kesehatan mental masyarakat (community mental health center),
pusat konseling universitas, atau klinik pribadi, konselor diharapkan untuk
memberikan konseling kelompok dlm setting yg beragam (usia, masalah,
SES, tingkat pendidikan, etnis, latar belakang budaya)
à Konseling
kelompok untuk wanita, pengembangan kesadaran untuk pria, psikoedukasi untuk
ortu, ketergantungan alkohol untuk anak/pasien kanker/gangguan makan, konseling
untuk kelompok dukungan HIV/AIDS, kelompok orang lanjut usia.
à Di
sekolah, konselor akan diminta utk membentuk kelompok eksplorasi karir, self-esteem,
anak korban perceraian, keterampilan interpersonal, dan pertumbuhan pribadi
à Di
sekolah menengah, konseling kelompok ditujukan pada siswa-siswa yang menjalani
rehabilitasi ketergantungan obat, korban kekerasan, atau melewati krisis
tertentu.
Hubungan konseling dimaknai sebagai hubungan yang membantu (helping relationship) antara konselor sebagai professional dengan konseli, bertujuan untuk memudahkan perkembangan individu Pada hubungan konseling, ketulusan, kejujuran, saling menghargai dan keutuhan konselor dan konseli amat penting.
Hubungan konseling terjadi atas persetujuan bersama, disertai kerjasama, dan konselor harus dapat menunjukkan sebagai pribadi yang mudah didekati, mudah menerima orang lain, hangat, menampilkan keaslian diri dan dapat dipercaya.
Hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mampu mengembangkan hubungan konseling yang ditandai keakraban, keharmonisan, kesesuaian, kecocokkan, dan saling tarik menarik (terbentuk rapport), melalui komunikasi verbal dan non verbal.
Untuk itu hal yang perlu dikuasai konselor adalah menguasai keterampilan dalam merespon konseli dengan teknik komunikasi yang benar dan sesuai dengan keadaan konseli saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong keterbukaan konseli dalam menyatakan pikiran, perasaan dan pengalamannya.
Keterampilan Komunikasi Konseling :
Beberapa keterampilan merespon yang harus dikuasai konselor baik verbal maupun nonverbal dalam komunikasi konseling akan diuraikan berikut ini.
1. Perilaku attending
Perilaku attending adalah perilaku penampilan yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan yang menghampiri konseli. Perilaku attending yang baik, merupakan kombinasi ketiga komponen ini, sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat konseli terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik akan meningkatkan harga diri konseli, menciptakan suasana aman, memudahkan ekspresi perasaan konseli secara bebas.
Perilaku penampilan (attending) yang baik :
Muka : ekspresi wajah tenang, senyum, ceria
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
Posisi tubuh : agak condong ke arah konseli, jarak perlu diperhatikan tidak terlalu jauh/dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
Tangan : variasi gerakan tangan sesuai dengan ucapan, spontan dan berubah-ubah untuk menekankan ucapan atau sebagai isyarat
Mendengarkan aktif penuh perhatian, menunggu ucapan konseli hingga selesai, tidak memotong pembicaraan konseli, diam, perhatian pada lawan bicara.
2. Bertanya
Pada proses konseling kebanyakan konselor kesulitan untuk membuka percakapan dengan konseli. Untuk memudahkan membuka percakapan, maka konselor harus memiliki keterampilan bertanya melalui pertanyaan terbuka yang memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru dari konseli, melalui kalimat Apa sebabnya dan Mengapa sampai hal itu bisa terjadi , Bagaimana perasaan anda saat itu , Dapatkah anda menjelaskan kejadian pada saat itu . Pertanyaan konselor dapat juga bersifat tertutup untuk menjernihkan atau memperjelas informasi, memfokuskan pembicaraan konseli, memperoleh informasi tertentu. Pertanyaan tertutup dapat dilakukan melalui kalimat Anda tinggal dimana , Saat ini IP anda mencapai berapa
3. Dorongan Minimal (minimal encouragement)
Upaya utama konselor adalah agar konseli selalu terlibat dalam pembicaraan dan dirinya terbuka, sehingga pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan konseli. Respon yang diberikan oleh konselor sesedikit mungkin dengan tujuan memberikan kesempatan kepada konseli berbicara lebih lanjut. Misalnya dengan mengatakan terus , lalu , ya dan ., hm , dapat juga dengan isyarat anggukan. Dorongan minimal dilakukan secara selektif, pada saat konseli kelihatan akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan, atau kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan.
4. Klarifikasi,
Klarifikasi, adalah ketrampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan konseli yang kurang jelas, samar-samar dan agak meragukan.
Tujuan :
Memeriksa kembali isi pesan konseli
Memperjelas pesan konseli
Memeriksa ketepatan pesan konseli dengan persepsi konselor
Contoh :
Konselor: Apakah yang kamu maksudkan . ( isi pesan konseli)
Apakah yang kamu katakan bahwa . (isi pesan) .
-->
5. Refleksi
perasaan,
Refleksi perasaan
merupakan upaya konselor memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman
yang diungkapkan oleh konseli melalui pernyataan, intonasi dan sikap konseli.
Ada tiga jenis
refleksi, yaitu ; refleksi perasaan, refleksi pikiran, dan refleksi pengalaman.
Tujuan :
Konseli dapat
mengungkapkan diri secara luas.
Bertanya untuk
membuka percakapan
Konselor dapat
mendalami masalah yang dialami oleh konseli
Pertanyaan-pertanyaan
terbuka yang dapat digunakan dimulai dengan kata-kata: Apakah , Bagaimana ,
Dimana , Siapa , Bolehkah
Contoh :
Refleksi Perasaan
Kamu merasa
bingung menghadapi situasi seperti sekarang ini?
Saat ini kamu
sedang kecewa karena hasil studi semester ini kurang memuaskan
Refleksi Pikiran
Adakah yang kamu
maksudkan adalah ..
Nampaknya kamu
akan mengatakan
Refleksi
Pengalaman
Apakah yang anda
maksudkan suatu peristiwa .
Nampaknya pada
saat itu anda berada pada situasi
6. Menangkap
pesan utama (Paraphrasing)
Konselor perlu
menangkap pesan utama dari ide, perasaan, dan pengalaman yang dikemukakan
konseli. Kemudian
menyampaikan kembali kepada konseli dengan bahasa sederhana dan mudah
difahami konseli.
Hal ini perlu karena seringkali konseli mengungkapkan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya
berputar-putar. Biasanya digunakan kata awal adakah....... , dan
nampaknya.........
Contoh:
Ki: Biasanya dia
selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya
Ko: Adakah yang
anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?
Ki: Itu suatu
pekerjaan yang baik. Akan tetapi saya tidak akan mengambilnya. Saya tidak tahu
mengapa?
Ko: Nampaknya
anda masih ragu
7. Empati,
kemampuan konselor untuk memahami permasalahan konseli, melihat melalui sudut pandang konseli,
peka terhadap perasaan-perasaan konseli, merasa dan berfikir bersama konseli dan bukan untuk
atau tentang konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan
perasaannya. Selain itu, konselor dapat memahami permasalahan konseli tidak
hanya pada permukaan,
tetapi lebih dalam. Empati
dilakukan bersamaan dengan perilaku attending.
Tujuan :
Mendorong konseli
mengekpresikan perasaan positif maupun perasaan negatif tentang suatu hal.
Membantu konseli
untuk lebih merasakan perasaannya secara mendalam agar lebih sadar akan masalah yang
belum terselesaikan. Membantu konseli
untuk mengenali perasaan-perasaan yang mendominasi mereka
Konselor
menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga memberi peluang kepada konseli untuk memberikan
jawaban yang panjang dan luas. Untuk melakukan
empati, konselor harus mampu; mengosongkan perasaan dan pikiran egoistic, memasuki dunia
dalam konseli, melakukan empati primer dengan mengatakan
Contoh :
Saya dapat
memahami pikiranmu
Saya merasakan
kepedihan kamu .
Saya mengerti
keinginanmu
Kemudian melakukan
empati tingkat tinggi, dengan mengatakan
Contoh:
Setelah mendengar
ungkapanmu, saya menjadi mengerti mengapa kamu merasa kecewa,
dan saya ikut
terluka dengan pengalamanmu .
8. Menyimpulkan
sementara (Summarization)
Hal ini dilakukan
konselor bersama konseli setiap periode waktu tertentu, agar diperoleh
pemahaman terhadap apa yang sudah dibicarakan.
Tujuan:
Memberi
kesempatan konseli untuk mengambil feedback dari hal yg sudah dibicarakan
Menyimpulkan
kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
Meningkatkan
kualitas diskusi
Mempertajam atau
memperjelas fokus wawancara konseling
9. Mendekatkan
diri (disclosing self)
Konselor harus
memiliki kemampuan membuka informasi-informasi personal dengan tujuan membuat
konseli menjadi lebih terbuka.Kegiatan ini
dilakukan biasanya pada saat awal pertemuan konseling, untuk menciptakan
kenyamanan, perasaan aman, perasaan diterima, dan menumbuhkan kesediaan konseli
untuk mengikuti konseling.
10. Memimpin
(leading)
Konselor harus
mampu memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan.
Tujuan :
Konseli tidak
menyimpang dari fokus pembicaraan
Arah pembicaraan
terfokus pada tujuan konseling
Contoh:
Saat ini
perhatian anda tertuju pada kuliah sambil bekerja, mungkin anda tinggal merinci
apa saja yang menjadi perhatian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk perhatian
anda juga?
11. Memudahkan
(facilitating)
Adalah suatu
ketrampilan membuka komunikasi agar konseli mudah berbicara dengan konselor dan
menyatakan permasalahannya secara bebas dan memberdayakan konseli untuk
mencapai tujuan-tujuannya, dengan cara a.l.
Membantu konseli
untuk bersikap terbuka terhadap konflik
Membantu konseli
untuk mengatasi hambatan berkomunikasi langsung
Menciptakan
situasi yang aman dan memberikan keberanian bagi konseli untuk mengambil resiko
Contoh :
Konselor :
Saya yakin kamu
akan berbicara apa adanya karena saya akan mendengarkan sebaik-baiknya. Saya
mengerti perasaan saudara, saya yakin bahwa jika kita berdiskusi tentu masalah
saudara akan mudah diatasi
12. Pemberian
Informasi (Information Giving),
Dilakukan oleh
konselor pada saat konseli membutuhkan informasi untuk memperjelas pengetahuan
dan pemahamannya tentang berbagai hal. Baik itu informasi mengenai tujuan,
proses dan kode etik proses konseling yang akan diikuti konseli, maupun informasi
lainnya.Jika konselor
kurang mengusai informasi yang dibutuhkan konseli, maka dapat diarahkan agar
konseli mencari langsung kepada sumbernya.
Contoh:
Konselor:
Mengenai
informasi persyaratan masuk sekolah tinggi statistik, saya sama sekali tidak
mengusainya. Karena itu saya sarankan anda langsung saja ke Biro Pusat
Statistik atau ke sekolah tinggi statistik yang bersangkutan
13. Konfrontasi
(Confrontation),
teknik komunikasi
yang menantang konseli, karena adanya ketidaksesuaian yang terlihat dalam
pernyataan dan tingkah laku konseli, karena terjadi inkonsistensi antara
perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar konfrontasi dapat terlaksana secara efektif:
Adanya
kesenjangan yang diungkapkan konseli.
Konselor telah
memahami masalah konseli secara mendalam
Telah terbinanya
keakraban antara konselor dan konseli secara mendalam
Bertujuan
meredakan ketegangan yang ada dalam bathin konseli
Mendorong konseli
mengadakan penelitian secara jujur
Meningkatkan
potensi konseli
Membawa konseli
pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya
Disampaikan
dengan bahasa yang lugas; ringkas, tepat, jelas mudah dipahami konseli.
Tidak menyalahkan
atau menilai, disertai perilaku attending, disampaikan pada waktu yang tepat.
Contoh :
Konselor :
Kamu mengatakan
bahwa kamu rela tetapi wajah kamu terlihat kecewa
Kamu mengatakan
sudah memaafkannya, tetapi kamu masih mengungkapkan kekesalan
14. Memberikan
penguatan
Konselor
merangsang konseli untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkah laku yang
positif dengan cara memberi pujian, penghargaan dan mendengarkan pembicaraan
konseli dengan sungguh-sungguh.
Contoh :
Konselor : Saya
kagum atas perjuangan saudara dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup selama
ini
15. Diam
Diam adalah amat
penting. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi melakukan
komunikasi non verbal. Diam yang paling ideal antara 5 10 detik dan selebihnya
diganti dengan dorongan minimal.
Tujuan:
Menunggu konseli berpikir
Proses jika
konseli bicara berputar-putar atau berbelit-belit
Menunjang
perilaku attending dan empati sehingga konseli bebas berbicara.
Contoh:
Ki: Saya tidak
senang dengan perilaku dosen itu......dan saya .....(berpikir)
Ko:
..............Diam
Ki: Saya harus
bagaimana..........saya tidak tahu......
Ko: ..............Diam
16. Menyimpulkan ( Influencing Summarization)
Pada akhir pelayanan konseling, konselor dapat membantu
konseli untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut Bagaimana keadaan
konseli saat ini terutama menyangkut tema tertentu. Memantapkan
rencana konseli yang akan datang. Pokok-pokok yang
akan dibicarakan pada sesi berikut.
Contoh :
Konselor : Apakah
sudah dapat kita buat kesimpulan, bahwa..
Coba kita
rumuskan bersama mengenai hal-hal yang telah kita bicarakan
Penggunaan teknik
komunikasi dalam tahap konseling :
Penggunaan teknik
komunikasi dalam tahap konseling. Proses konseling
terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
(1) tahap awal
atau tahap mendefinisikanmasalah,
(2) tahap
pertengahan disebut juga tahap kerja,
dan (3) tahap
akhir atau tahap perubahan dan tindakan (action).
Setiap tahapan
konseling memiliki teknik-teknik komunikasi tertentu.