Kamis, 26 April 2012

Jangan meniup minuman!

Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Al-Tirmidzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, dan hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani) Dan juga hadits Abu Sa’id al-Khudri radliyallah ‘anhu, Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk meniup di dalam air minum.” (HR. al-Tirmidzi no. 1887 dan beliau menyahihkannya)
Sebagaimana yang diketahui, air memiliki nama ilmiah H20. ini berarti di dalam air terdapat 2 buah atom hidrogen dan satu buah atom oksigen yang mana 2 atom hidrogen tersebut terikat dalam satu buah atom oksigen. Dan apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2). Dan apabila karbon dioksida (CO2) bercampur dengan air (H20), akan menjadi senyawa asam karbonat (H2CO3). Zat asam inilah yang berbahaya bila masuk kedalam tubuh kita. senyawa H2CO3 adalah senyawa asam yang lemah sehingga efek terhadap tubuh memang kurang berpengaruh tapi ada baiknya kalau kita mengurangi masuknya zat asam kedalam tubuh kita karena dapat membahayakan kesehatan. Dari sini juga semakin jelas hikmah dari larangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam agar tidak meniup air minum yang panas dan ketika minum hendaknya seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas. Hal ini karena ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas. Wallahu’alam.

Jangan minum & makan sambil berdiri!

Dari Anas dan Qatadah, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri, Qotadah berkata:”Bagaimana dengan makan?” beliau menjawab: “Itu kebih buruk lagi”. (HR. Muslim dan Turmidzi) Bersabda Nabi dari Abu Hurairah,“Jangan kalian minum sambil berdiri ! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan !” (HR. Muslim) Rahasia Medis Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani berkata: “Minum dan makan sambil duduk, lebih sehat, lebih selamat, dan lebih sopan, karena apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lembut. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan pernah sekali minum sambil disfungsi pencernaan. Adapun Rasulullah berdiri, maka itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat-tempat suci, bukan merupakan kebiasaan. Ingat hanya sekali karena darurat! Begitu pula makan sambil berjalan, sama sekali tidak sehat, tidak sopan, tidak etis dan tidak pernah dikenal dalam Islam dan kaum muslimin. Dr. brahim Al-Rawi melihat bahwa manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupkan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat tepenting pada saat makan dan minum. Ketenangan ini bisa dihasilkan pada saat duduk, dimana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.
Dr. Al-rawi menekankan bahwa makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf (Vagal Inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak. Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus –menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa bebenturan dengan makanan atau minuman yang masuk. Air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh spinchter. Spinchter adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal. Spinchter lebih seperti gate/gerbang/seal windpipe yg berkontraksi,(menutup)dan relaxing(membuka) dan jumlah otot ini ada sekitar 50 otot tersebar di berbagai saluran lubang manusia.Berfungsi sebagai otot yg membuka dan menutup, sekresi, controlling substance in & out, semua sesuai fitrah manusia. Contoh, ketika minum, di sphincter di tenggorokan akan menutup agar tidak masuk ke saluran udara dan paru2. saat menerima fluid yg asam akan menutup hingga tidak berlebihan acid dalam lambung, ketika saluran kemih penuh, sphincter membuka sehingga bisa keluar urin,dll. Nah… Jika kita minum berdiri air yang kita minum tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika langsung menuju kandung kemih, maka terjadi pengendapan disaluran ureter. Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter. Inilah yang bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang berbahaya. Susah kencing itu penyebabnya. Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada tenggorokan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum. Oleh karena itu marilah kita kembali hidup sehat dan sopan dengan kembali kepada adab dan akhlak Islam, jauh dari sikap meniru-niru gaya orang-orang yang tidak mendapat hidayah Islam. Sumber: Qiblati edisi 04 tahun II. Judul: Larangan Minum sambil berdiri, Hal 16

Rabu, 25 April 2012

Konsep Normal & Abnormal dalam Psikologi Klinis

A. Definisi Sehat-Normal dan ciri-ciri Sehat-Normal

1. Definisi Sehat-Normal

a. Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya penyakit atau keadaan lemah tertentu. (Menurut WHO)
b. Kesehatan mental adalah penyesuaian manusia terhadap dunia & satu sama lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum. Kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berempati, dan sikap hidup yang bahagia. (Seorang psikiater : Karl Menninger).
c. Kesehatan mental adalah keadaan yang relatif tetap dimana pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami aktualisasi diri. (Psikolog : H.B English).
d. Kesehatan mental meliputi semua keadaan dan taraf keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan memberikan kepuasan bagi orang yang bersangkutan.
Bebeberapa rumusan di atas, menekankan normalitas sebagai keadaan sehat, yang secara umum ditandai dengan keefektifan dalam penyesuaian diri, yakni menjalankan tuntunan hidup sehari-hari sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahagia.

2. Beberapa ciri orang yang Sehat-Normal yakni
1. Menurut Maslow dan Mittelmann Maslow dan Mittelmann menyatakan bahwa pribadi yang normal dengan jiwa yang sehat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Memiliki rasa aman yang tepat (sense of security)
b. Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan wawasan (insight) yang rasional. c. Memiliki spontanitas dan emosional yang tepat.
d. Memiliki kontak dengan realitas secara efisien.
e. Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu yang sehat.
f. Memiliki pengetahuan mengenai dirinya secara objektif.
g. Memiliki tujuan hidup yang adekuat, tujuan hidup yang realistis, yang didukung oleh potensi.
h. Mampu belajar dari pengalaman hidupnya.
i. Sanggup untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kelompoknya.
j. Ada sikap emansipasi yang sehat pada kelompoknya.
k. Kepribadiannya terintegrasi

2. Kriteria Pribadi yang normal menurut W.F. Maramis. Menurut Maramis, terdapat enam kelompok sifat yang dapat dipakai untuk menentukan ciri-ciri pribadi yang Sehat-Normal, adalah sebagai berikut :
a. Sikap terhadap diri sendiri : menerima dirinya sendiri, identitas diri yang memadai, serta penilaian yang realistis terhadap kemampuannya.
b. Cerapan (persepsi) terhadap kenyataan : mempunyai pandangan yang realistis tentang diri sendiri dan lingkungannya.
c. Integrasi: kesatuan kepribadian, bebas dari konflik pribadi yang melumpuhkan dan memiliki daya tahan yang baik terhadap stres.
d. Kemampuan : memiliki kemampuan dasar secara fisik, intelektual, emosional, dan sosial sehingga mampu mengatasi berbagai masalah.
e. Otonomi : memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang memadai, bertanggung jawab, mampu mengarahkan dirinya pada tujuan hidup.
f. Perkembangan dan perwujudan dirinya : kecenderungan pada kematangan yang makin tinggi.

B. Definsi Abnormal dan beberapa kriteria Abnormal

1. Defini Abnormal
Abnormal artinya menyimpang dari yang normal. Yang normal itu yang bagaimana? Bilamana gejala jiwa atau perilaku dinyatakan normal? Pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab sebab manusia merupakan makhluk multi dimensional. Manusia merupakan makhluk biologis, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk etis, dst, sehingga perilaku manusia dapat dijelaskan dari dimensi-dimensi tersebut, begitu juga bila berbicara mengenai abnormalitas jiwa.

2. Kriteria Abnormal adalah ;
a. Abnormalitas menurut Konsepsi Statistik Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.
b. Abnormal menurut Konsepsi Patologis Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.
c. Abnormal menurut Konsepsi Penyesuaian Pribadi Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.
d. Abnormal menurut Konsepsi Penderitaan/tekanan Pribadi Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. ú Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. ú Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. ú Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
e. Perilaku berbahaya, Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat dikatakan abnormal.
f. Abnormalitas menurut Konsepsi Sosio-kultural Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi maslah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal
g. Abnormalitas menurut Konsepsi Kematangan Pribadi Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
h. Disability (tidak stabil) ú Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan. ú Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.

Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

Sumber : 1. Supratiknya, 1995, Pengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta : Kanisius 2. Sutardjo A. Wiramihardja, 2005, Pengantar Psikologi Abnormal, Bandung : Refika Aditama 3. Jeffrey S. Nevid, dkk, 2005, Psikologi Abnormal, Edisi Kelima, Jilid I, Jakarta : Airlangga

Etiologi, Diagnosa, & Prognosa

Etiologi, Diagnosa, & Prognosa ETIOLOGI 1. Definisi Merupakan ilmu yang mempelajari penyebab gangguan. Secara umum etiologi berarti apa yang menjadi penyebab suatu penyakit. Sedangkan pengertian dari patogenesis adalah mekanisme / dinamika (psikologis / biologis / sosial) yang memiliki out put gangguan yang saat ini dialami klien. 1. Macam – Macam Penyebab Munculnya Penyakit Penyebab gangguan selain murni biologis juga ada penyebab yang tidak murni biologis, tetapi pengaruhnya biologis, kemudian dinamakan penyebab biolingkungan. Ada 3 macam hubungan antara lingkungan dengan biologis : 1. Trauma biologis dari lingkungan Stress yang disebabkan oleh lingkungan tidak sama dengan stress yang disebabkan oleh psikososial, karena lingkungan dapat menyebabkan trauma biologis. 2. Trauma psikososial yang menyebabkan perubahan biologis Trauma psikososial dapat merubah anatomi dan biokimia otak, sehingga bisa menghasilkan kecemasan. Oleh karena itu ada obat – obatan anti depresi yang berguna untuk mencairkan biokimia. 3. Genotype dan Fenotype Perbedaan – perbedaan dalam gen merupakan genotype, bila gen sudah dimanifestasikan keluar maka dinamakan fenotype. Munculnya suatu gangguan mental dapat dipengaruhi oleh : 1. Peran genetik Faktor genetika merupakan faktor yang sebagian besar mempengaruhi gangguan mental dan sebagian kecilnya gangguan ini disebabkan oleh kondisi psikososial. 2. Peran psikososial Ada beberapa model : 1. Model perkembangan 2. Model mekanisme pertahanan ego 3. Model konflik intrapsikis 4. Model stress 5. Model gangguan behavioral 6. Model sistem keluarga 7. Model psikokultural Etika Profesional Kode etik profesional merupakan serangkaian prinsip – prinsip yang mengatur perilaku tata cara perlakuan profesional tertentu. Etika merupakan pernyataan normative yang menentukan suatu tujuan perilaku dikatakan benar. Fungsi kode etik profesional adalah untuk melindungi rahasia antara terapis dan klien. Standar Etika APA (American Psychiatric Association) Kode etik psikologi pertama diterbitkan pada tahun 1953 (APA, 1953) sesuai dengan data lapangan yang mereka dapatkan. Para psikolog yang tergabung dalam komite APA memasukkan banyak peristiwa klinis yang melibatkan dilemma etik yang muncul dalam konteks profesionalitas. Dengan menganalisis hal tersebut, komite merumuskan suatu kode etik yang menyeluruh yang dirangkum dalam sebuah rangkaian pedoman umum. Versi tersebut digunakan selama 3 tahun, kemudian diamandemen dan diadaptasi secara formal (1963). Kemudian masih mengalami beberapa revisi pada tahun 1960 – 1980. Pedoman etika saat ini yang berjudul “Dasar – Dasar dan Kode Etik Perilaku Psikolog” diresmikan pada 1 Desembar 1992 setelah mengalami 6 tahun revisi dan berbagai perdebatan. Dokumen tersebut terdiri dari pembukaan, enam pedoman umum dan banyak standar etika untuk hal – hal yang lebih spesifik. Standar tersebut yang memberikan aturan – aturan yang mengikat bagi tata cara perilaku profesional psikolog. Standar tersebut digunakan pada anggota APA dan dapat dipergunakan oleh organisasi lain, seperti badan – badan psikologi dan pengadilan, untuk menghakimi atau memberikan sanksi kepada psikolog baik ia tergabung dalam APA atau tidak. Standar tersebut disusun dengan urutan sebagai berikut : 1. Standar Umum Mengatur larangan – larangan atau diskriminasi, pelecehan seksual atau lainnya dalam penyalahgunaan produk yang tercakup di dalamnya, juga mengatur mengenai kompetensi, tata cara penyampaian berkas, fee, dan hubungan keuangan. 2. Evaluasi Assessmen dan intervensi, mengatur berkenaan alat tes. 3. Periklanan dan Pernyataan Publik Lainnya Standar yang mengatur tata cara psikolog dalam mengapalikasikan layanan dan surat – surat ijazah profesional mereka tercakup dalam kategori ini. 4. Terapi Aturan mengenai pengaturan perilaku dan terminasi terapi dijelaskan pada bagian ini. 5. Privasi dan Kepercayaan Aturan – aturan tersebut meliputi kewajiban dari para psikolog untuk melindungi hak klien dalam hal privasi dan kepercayaan. 6. Pengajaran, Pelatihan, Pengawasan, Riset, dan Publikasi Bagian ini mencakup beberapa standar etik yang mengatur tata cara psikolog dalam mengajar dan mengawasi siswa serta melakukan riset atau penelitian psikologi. 7. Aktifitas Forensik Ketika melakukan evaluasi forensik atau pelayanan lainnya, psikolog harus mengikuti aturan khusus tentang pelayanan tersebut. 8. Memutuskan Masalah Etika Bagian terakhir ini mencakup standar mengenai bagaimana cara psikolog dalam memutuskan masalah – masalah etika atau komplain. 9. Buku Kasus (Casebook) dan Standar Etika APA Pada tahun 1967, APA menerbitkan buku kasus dan standar etika psikolog yang pertama. Buku ini ditujukan sebagai panduan dalam mengaplikasikan prinsip – prinsip etika APA dan standar situasi yang dihadapi oleh psikolog dalam aktifitas profesionalnya sehari – hari. 10. Mengenai Pelanggaran Etika Perilaku yang tidak sesuai dengan etika dapat menyebabkan psikolog kehilangan lisensinya atas badan psikologi di negara mana mereka melakukan praktek. Kebanyakan pelanggaran meliputi : 1. Intimasi seksual antara terapis dan klien 2. Pelanggaran hukum negara atau federal (misalnya, memasang tariff yang menipu) 3. Melanggar kepercayaan Berdasarkan poling yang dilakukan, ada 3 area yang dianggap paling bermasalah secara etika, yaitu : - Kepercayaan (18% peristiwa yang bermasalah melibatkan masalah kepercayaan) - Hubungan ganda atau berkonflik dengan klien (17% peristiwa melibatkan kesulitan dalam menetapkan batasan yang tepat di sekitar wilayah hubungan profesional) - Masalah dalam menagih pembayaran untuk pelayanan dan konflik dengan nasabah asuransi (14% peristiwa memfokuskan pada kesulitan menagih pembayaran atau menyediakan perlakuan yang memadai di bawah batasan ketentuan asuransi) 11. Standar Etika Lainnya Karena meningkatnya kepedulian public, aturan baru pemerintah serta perlakuan pada hewan di lab. APA perlu menambah etika standarnya dengan detail mengenai aturan – aturan yang mencakup riset – riset yang dilakukan oleh psikolog dengan hewan yang disebut “aturan untuk tata cara etika dalam perawatan dan penggunaan hewan” (APA, 1992). Para psikolog klinis juga bertanggung jawab unutk mengetahui satandar lainnya yang mengatur riset mereka dan tata cara pemberian layanan mereka. 12. Kebebasan Profesional Psikolog klinis harus berkonsultasi dan berkolaborasi dengan profesional lainnya dalam banyak aspek berkaitan dengan praktek klinis. Hubungan professional antar psikolog akan lebih menguntungkan dan lebih memiliki karakteristik untuk hasil yang baik. Guru yang memiliki murid yang nakal yang terkait dengan masalah emosional, disarankan agar keluarganya berkonsultasi kepada psikolog. Psikolog yang mempunyai klien bermasalah dengan hukum sebaiknya mendorong klien untuk menyewa pengacara. Psikolog mempunyai perbedaan pendapat yang mendasar dengan dokter, khususnya psikiatri. Psikolog klinis terlibat dalam praktek psikoterapis sebagai psikolog, kemudian psikolog klinis dan psikiatris berdebat mengenai kebebasan psikolog klinis untuk praktek secara terpisah dari psikiatri di rumah sakit. 13. Kebebasan Praktek Psikoterapis Ketika psikolog mulai membuka praktek untuk psikoterapi, psikolog tetap harus diawasi oleh psikiater. Karena psikiater merupakan seorang ahli terhadap fungsi dari keseluruhan individu dengan berbagai tipe perilaku abnormal merupakan hal yang penting untuk membedakan aspek mental dan fisik dari penyakit dan treatment. Ironisnya, psikolog sendiri cenderung untuk membuka praktek sendiri. Tahun 1949 APA tidak menyetujui praktek psikoterapi oleh psikolog yang tidak bekerja sama dengan psikiater (Goldenberg, 1973). Asosiasi Medis Amerika (AMA, 1954) mengeluarkan kebijakan bahwa psikoterapi merupakan prosedur medis yang hanya dapat dilakukan oleh seorang yang sudah terlatih ilmu medis. Namun hal tersebut tidak berhasil, sehingga akhir tahun 1950, psikolog sudah mengurangi dominasi psikiater terhadap psikoterapi dan sekarang psikolog menyediakan perawatan kesehatan mental (McGuire, 1939). Hubungan antara psikolog dan psikiatri berkembang sekitar tahun 1970 dan awal tahun 1980 psikiatri menerima psikolog sebagai psofesional. Tahun 1990 hubungan antara psikolog dan psikiatri menjadi renggang, hal ini dikarenakan adanya tekanan ekonomi. DIAGNOSA 1. Definisi Diagnosis dilakukan dalam rangka menentukan jenis gangguan. Kita seharusnya setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa untuk dapat menyelesaikan suatu masalah diperlukan adanya suatu diagnosis. Sehingga apabila kita mendapat suatu informasi tidak langsung diterima secara mentah, tapi kita telusuri mengapa bisa terjadi hal tersebut. Misalnya saja mengapa seseorang mengalami stress, mengapa seorang ibu membunuh anak kandungnya sendiri, dll. Jadi untuk menyelesaikan masalah kita harus tahu penyebabnya. Langkah pertama yang harus diambil adalah dengan segera mengetahui sifat dan penyebab masalah tersebut. Diagnosa adalah : 1. Penggambaran kondisi klien berdasarkan assessment. 2. Merupakan dasar ilmiah dan formal dalam membuat klasifikasi / penggolongan perilaku abnormal. 1. Menentukan jenis gangguan. Diagnosis merupakan hal yang sangat penting dalam intervensi kesehatan mental. Diagnosis biasanya digunakan dalam studi sistematis dari seorang pasien, antara lain dengan wawancara, test, dan observasi. Apapun teknik dan bentuk terapi yang digunakan, diagnosis tetap ada dan klinisi tetap perlu membuat keputusan tentang pasiennya. Klinisi harus bisa memutuskan apa dan bagaimana cara mengatasi masalahnya, apa yang akan dilakukan. Ada beberapa keputusan yang harus dibuat sejalan dengan perkembangan psikoterapi, seperti, apakah pasien sudah mengungkapkan seluruh masalahnya atau belum. Klinisi pun harus bisa membuat batasan yang jelas. 1. Klasifikasi Diagnosa Tujuan klasifikasi (Kapplan & Saddock, 1994) : 2. Komunikasi Berguna untuk memberikan informasi tentang deskripsi gangguan pada psikiater atau orang lain. 3. Kontrol / Kendali Sebagai suatu pencegahan tentang suatu gejala untuk menghindari bahaya lebih lanjut (preventif) serta merupakan acuan dalam mengubah terapi. 4. Pemahaman Untuk mengetahui penyebab, proses, dinamika, dan kondisi yang bertahan. Pada tahun 1934, WHO menyusun Diagnostic Statistical Manual for Mental Disorder (DSM I), karena masih ada kekurangan, DSM I diubah menjadi DSM II yang berlaku hingga 1968. Depkes RI memakai DSM II yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, dimana kategori utama gangguan jiwa adalah sebagai berikut : 1. Retardasi mental 2. Sindroma otak 3. Psikosis yang berhubungan dengan kondisi fisik 1. Neurosis 2. Gangguan kepribadian 3. Gangguan psikofisiologis 4. Gejala – gejala khusus 5. Gangguan situasional sementara 6. Gangguan tingkah laku anak dan remaja 7. Tidak ada kelainan psikiatrik tetapi bermasalah dan perlu dibantu Kini telah ada klasifikasi gangguan jiwa baru yang diberi nama Diagnostic Statistical Manual for Mental Disorders atau DSM III & DSM IV yang dibuat oleh American Psychiatric Association (APA). Berbeda dengan DSM I & DSM II, maka pada DSM III & DSM IV dasar klasifikasi gangguan jiwa diperluas. Semula DSM hanya memperhatikan satu dimensi symptom klinis yang dinyatakan dalam aksis I. Sementara DSM III & DSM III-R mengalami kemajuan penting, yakni : 1. Tingkah laku abnormal dikonseptualisasikan dalam istilah disorder atau gangguan (bukan penyakit). Gangguan mental merupakan istilah tidak berfungsinya tingkah laku secara psikologis maupun biologis. 2. Menggunakan pendekatan deskriptif yaitu dengan memberikan definisi gangguan pada umumnya terbatas pada ciri – ciri klinis (gejala tingkah laku) dari gangguan akan menceritakan bagaimana seseorang bertingkah laku. DSM III-R tidak memberikan keterangan tentang sebab (etiologi) tentang timbulnya suatu gangguan dan tidak memberikan indikasi untuk terapi yang sebaiknya dilakukan. 3. Gejala bagi tiap kategori diagnosa didaftar dan dijelaskan. Beberapa gejala yang harus dikemukakan sebelum diagnosa dibuat juga dijabarkan. 4. Pengenalan system Diagnosa Multiaksial sebagai suatu cara memberikan deskripsi gangguan mental yang lebih luas. DSM III-R memberikan gambaran yang sistematis dari masing – masing gangguan yaitu : 1. Kriteria diagnosa (ciri – ciri pokok / essential features) Kriteria diagnosa mengandung gambaran dari seperangkat ciri – ciri yang penting, yang diperlukan untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan. Skema umum untuk formulasi diagnosa sebagai berikut : 1. Gambaran kondisi yang harus ada dan karakteristik gangguan 1. Paling tidak jumlah gejala yang pasti dari daftar yang diberikan harus ada secara bersama – sama 2. Jangka waktu (munculnya gejala, misal 1 minggu, 2 minggu, atau paling tidak 6 bulan) 3. Mengeluarkan gangguan lainnya yang dapat menghasilkan beberapa gejala yang sama 4. Mengeluarkan semua penyebab organis (contohnya, kelompok gejala yang ditemukan dan mengarah ke diagnosa dari gangguan kecemasan, tetapi disebabkan oleh penggunaan obat bius yaitu penyebab organis. Lalu diagnosa gangguan kecemasan tidak diberikan) 5. Ciri yang diasosiasikan seperti usia pada permulaan timbul, perkembangan, kerusakan, komplikasi, faktor predisposisi, prevalensi, ratio jenis kelamin, pola keluarga, dan diagnosa differensial. Dalam klasifikasi diagnostic DSM IV terdapat 5 aksis gangguan, yaitu : AXIS I : Sindrom klinis / gangguan mental 1. Gangguan – gangguan yang biasanya didiagnosis pada masa bayi, anak atau remaja. Termasuk dalam aksis retardasi mental, gangguan belajar, gangguan keterampilan motorik, gangguan komunikasi, gangguan perhatian dan perilaku, gangguan makan pada bayi dan anak – anak. 2. Delirium, dementia, amnesia, dan gangguan kognitif lainnya. 1. Gangguan mental yang menyangkut kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan pada jenis lain, seperti gangguan katatonik yang berhubungan dengan kondisi medis umum, perubahan kepribadian yang berhubungan dengan kondisi medis umum, dan gangguan mental NOS (No Observed Specific) yang berhubungan dengan kondisi medis umum. 2. Gangguan yang berhubungan dengan obat dan napza, termasuk gangguan penggunaan alkohol, gangguan yang dipicu oleh alkohol, gangguan yang pengguna amfetamin, gangguan yang dipicu oleh penggunaan cannabis, gangguan yang dipicu oleh anxiolitic, hipnotoc, dan sedatif. 3. Skizofrenia dan gangguan lainnya, termasuk skizofrenia, gangguan delasional, gangguan psikotik singkat, dan gangguan psikotik yang berhubungan dengan kondisi medis umum. 4. Gangguan suasana hati (Code current state of major depressive), gangguan depresif, gangguan hipolar, dan gangguan susanan hati yang berhubungan dengan kondisi medis umum. 5. Gangguan kecemasan seperti gangguan panic, post traumatic, stress disorder, generalized anxiety disorder, dan obsessive compulsive disorder. 6. Gangguan somatoform seperti gangguan somatisasi, gangguan konversi, dan gangguan dismorfik badan. 7. Gangguan disasosiatif seperti, amnesia disasosiatif, dan gangguan depersonalisasi. 8. Gangguan identitas gender dan seksual, antara lain disfungsi seksual, parafilas, dan gangguan identitas gender. 9. Gangguan makan, seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa. 10. Gangguan tidur, seperti gangguan tidur primer, gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lainnya. 11. Gangguan pengendalian impuls yang tidak termasuk golongan lain, seperti kleptomania, piromania, dan tuntutan berjudi yang tidak terkendali. 12. Gangguan penyesuaian diri, seperti gangguan penyesuaian diri dengan kecemasan atau suasana hati depresi. AXIS II : Developmental and Personality Disorder (Gangguan Perkembangan dan Kepribadian) : 1. Gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian paranoid, gangguan kepribadian schizoid, gangguan kepribadian skizotipal, gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian histerionik, gangguan kepribadian dependen, dan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. 2. Kondisi lain yang bisa jadi berfokus pada perhatian klinis, seperti gangguan gerakan yang dipengaruhi oleh medikasi, masalah relasional, masalah relasi yang berhubungan dengan penyalahgunaan dan penyisihan. 3. Kode tambahan, seperti gangguan mental yang tidak spesifik, gangguan yang tidak termasuk dalam aksis I dan aksis II. AXIS III : Psysical Disorder and Conditions (Gangguan dan Kondisi Fisik) Gangguan kecemasan yang disertai dengan adanya kelainan jantung. AXIS IV : Severity of Psycho-social Stressor (Kekerasan Stressor Psikososial) 1. Masalah dengan keluarga 2. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial 3. Masalah pendidikan 4. Masalah pekerjaan 5. Masalah perumahan 6. Masalah ekonomi 7. Masalah akses ke pelayanan kesehatan 8. Masalah yang berkaitan dengan interaksi dengan hukum dan kriminal 9. Masalah psikososial dan lingkungan lainnya. AXIS V : Penilaian Global Terhadap Fungsi Psikologis, Sosial, dan Pekerjaan Sekarang dan Tahun Sebelumnya (Global Assessment of Functioning / GAF Scale) 100 – 91 : Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak terselesaikan 90 – 81 : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa 80 – 71 : Gejala sementara dan dapat diatasi 70 – 61 : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi secara umum masih baik 60 – 51 : Gejala sedang (moderat), disabilitas sedang 50 – 41 : Gejala berat (serius), disabilitas berat 40 – 31 : Beberapa disabilitas berhubungan dengan realitas dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi 30 – 21 : Disabilitas berat dalam berkomunikasi dan daya nilai, tidak mampu befungsi hampir semua bidang 20 – 11 : Bahaya melukai diri dan orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri 10 – 1 : Seperti di atas – persistens dan lebih serius 1. Langkah – Langkah Membuat Diagnosa Hal – hal yang perlu diperhatikan : 1. Tidak ada cara yang sama atau baku yang ditetapkan untuk semua orang 2. Penentuan dalam melakukan pendekatan diagnostik yang tepat untuk klien adalah umpan balik yang ditunjukan klien saat interview Ada lima langkah yang logis dalam membuat diagnosa : 1. Petunjuk diagnostik 1. Bina raport 2. Buatlah semua daftar kemungkinan diagnostik 3. Klasifikasi semua data assessment dengan menentukan gangguan sesuai dengan petunjuk yang ada 1. Kriteria diagnostik 1. Tentukan durasi dari gejala / sindrom psikiatrik yang menonjol 2. Buatlah penilaian kadar keparahan gejala / sindrom dengan melihat akibat yang ditimbulkan pada klien 3. Uji hipotesa diagnostik yang telah dibuat : uji ulang, merujuk dari psikiater atau dokter 4. Check up dengan masalah gangguan kepribadian dan psikososial serta lingkungan 5. Gunakan pertanyaan diagnostik spesifik untuk mengidentifikasi tanda – tanda penting 1. Riwayat psikotik Mengambil bukti – bukti pendukung, antara lain riwayat premorbid, dasar gangguan, dan riwayat keluarga. 1. Diagnostik multiaksial 2. Organisasikan impresi yang sudah ditentukan dalam DSM / PPDGJ - Aksis I – II : diagnosa saat ini - Aksis III – IV : masalah medis, psikososial dan lingkungan terkait serta penilaian umum 1. Simpulkan faktor – faktor biologis, psikologis, dan sosial yang mempengaruhi diagnosa klien dan etiologi gangguan 1. Prognosa 2. Perhatikan bagaimana cara klien mengahadapi kesepakatan treatment dan bagaimana respon sikapnya terhadap gangguan dan kesungguhan dalam treatment 1. Perhatikan sifat – sifat yang mendasari gangguan PROGNOSA 1. Definisi Prognosa adalah tahap yang dilalui setelah melakukan diagnosa. Tujuan dari prognosa adalah untuk mengkomunikasikan prediksi dari kondisi klien di masa datang. 1. Fungsi 2. Menentukan rencana terapi selanjutnya 3. Sabagai bahan pertimbangan perawatan dan rehabilitasi 1. Pertimbangan Dalam Membuat Prognosa Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat prognosa, yaitu : 1. Sifat atau ciri – ciri gangguan yang dialami klien 2. Fungsi apa yang paling tinggi tingkat aktivitasnya dan yang masih bisa berfungsi dengan baik 1. Lamanya sakit 2. Waktu menculnya gajala 3. Kekambuhan 3. Masalah umum, jika terjadi pada usia awal. Biasanya pronosisnya lebih buruk, terutama untuk perkembangan selanjutnya 1. Dukungan sosial yang mungkin akan diterima klien dari lingkungan 2. Bentuk treatment yang efektif serta treatment yang pernah gagal dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Markam, Sumarno. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta : Universitas Indonesia Wiramihardja, Sutarjo A. 2004. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : Retika Aditama Sunberg, N.D. 1983. Introduction to Clinical Psychology. New Jersay : Prentice-Hall.Inc

Selasa, 24 April 2012

Pengertian, bidang kajian, psikologi klinis

A. Pengertian psikologi klinis. Dilihat dari cakupannya, psikologi klinis dapat diartikan secara sempit atau luas. Secara sempit psikologis klinis tugasnya ialah, mempelajari orang-orang abnormal atau subnormal. Tugas psikologi klinis adalah menggunakan tes yang merupakan bagian integral suatu pemeriksaan klinis, yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Para dokter biasanya memberikan arti sempit pada psikologi klinis. Sedangkan pengertian psikologi klinis dalam cakupan yang lebih luas, psikologi klinis ialah bidang psikologi yang membahas dan mempelajari kesulitan-kesulitan serta rintangan-rintangan emosional pada manusia, tidak memandang apakah ia abnormal atau subnormal.psikologi klinis meneropong gejala-gejala yang dapat mengurangi kemungkinan manusia untuk berbahagia. Kebahagiaan erat hubungannya dengan kehidupan emosional-sensitif dan harus dibedakan dengan kepuasan yang lebih berhubungan dengan segi-segi rasional dan intelektual. Psikologi klinis menunjuk pada bidang yang membahas kajian, diagnosis, dan penyembuhan (treatment) masalah-masalah psikologis, gangguan (disorders) atau tingkah laku abnormal (Phares, 1992, dalam Markam Dkk., 2003: 2) Menurut American Psychological Association, psikologi klinis adalah suatu wujud psikologi terapan yang bermaksud memahami kapasitas perilaku dan karakteristika individu yang dilaksanakan melalui metode pangukuran, analisis, serta pemberian saran dan rekomendasi, agar individu mampu melakukan penyesuaian diri secara patut. B. Bidang-bidang kajian yang terkait dengan Psikologi Klinis 1. Psikopatologi, adalah bidang yang mempelajari patologi atau kelainan dari proses kejiwaan. Istilah ini digunakan dalam lingkungan psikiatri. Psikopatologi sebenarnya tidak termasuk psikologi klinis, walaupun demikian seorang psikolog klinis harus menguasai psikopatologi untuk dapat berhasil dalam pekerjaan diagnostiknya. 2. Psikologi Medis, merupakan suatu penjabaran dari psikologi umum dan psikologi kepribadian untuk ilmu kedokteran. Tujuannya adalah untuk melengkapi pengetahuan dokter tentang gambaran biologis manusia dengan gambaran kehidupan kejiwaan, fungsi-fungsi psikis, berpikir, pengamatan, afek, sert kehidupan perasaan pada manusia normal.pengetahuan menyeluruh tentang fungsi normal pada individu ini akan menjadi dasar dalam mengenai kejiwaan yang terganggu. 3. Psikologi Abnormal, istilah ini baru populer pada tahun 50-an. Nama ini diciptakan oleh psikolog-psikolog yang ingin mengklasifikasikan keadaan yang tidak normal yang mungkin terjadi pada individu. 4. Psikologi Konflik dan Pato-Psikologi, kedua nma ini diusulkan untuk menunjukkan bahwa seseorang yang membutuhkan pertolongan psikolog tidak selalu “sakit”. Pertolongan pskolog dapat diberikan kepada mereka yang mengalami kesulitan, misalnya konflik, ketegangan, dan sebagainya yang dapat mengganggu keseimbangan. Kesulitan ini belum terlalu akut sehingga individu belum perlu dikatakan “sakit”. Kadang-kadang manifestasi dari konflik merupakan tanda dari suatu keadaan yang lebih tinggi dari normal. 5. Mental Health dan ‘Mental Hygiene’. Istilah ini mental hygiene lebih dekat dengan bidang kedokteran. Istilah ini banyak membahas dari segi penyembuhan. Mental health lebih banyak membahas dari segi preventif. Mental hygiene bertugas mempertahankan dan memelihara kesehatan mental dan mencegah terjadinya gangguan mental. Dalam praktiknya, mental hygiene mancakup juga penyembuhan sedini mungkin atas gangguan mental, membahas tentang bagaimana mempertahankan dan memelihara kesehatan mental, dan mencegah terjadinya gangguan mental. C. Ruang Lingkup Psikologi Klinis Ruang lingkup psikologi klinis mencakup assesment, intervensi, dan penelitian. 1. Assesment, merupakan proses pengumpulan informasi mengenai klien atau subyek untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai seseorang (Wiramihardja S.A., 2004: 38). Sedangkan menurut Bern dan Nietzel (Markam, 2003) assesmen dalam psikologi klinis, ialah pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai dasar bagi keputusan yang akan disampaikan oleh penilaian. 2. Intervensi, secara umum adalah upaya untuk mengubah perilaku, pikiran, perasaan seseorang. Kendall dan Norton Ford berpendapat bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang menangani masalah-masalah dan mengembangkan kehidupannya yang memuaskan. 3. Penelitian, dalam psikologi klinis penelitian bertujuan untuk membuktikan kebenaran suatu teori dalam praktiknya, dan untuk lebih memahami keunikan perilaku, perasaan, dan pikiran individu klien, bukan untuk mengadakan generalisasi. Metode penelitian dalam psikologi klinis pada dasarnya sama dengan metode penelitian pada umumnya, namun tujuan dan penekanannya adalah untuk keperluan populasi khusus, misalnya mengetahui efektivitas suatu perlakuan pada kelompok tertentu, menentukan tes yang dapat meramalkan kerentanan seseorsng terhadap serangan stroke, dan lain-lain. Metode-metode yang digunakan ialah: metode observasi, penelitian epidemiologi, meode korelasi, eksperimen, penelitian longitudinal, dan desain satu kasus. Daftar pustaka Sumarmo S. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta.:Universitas Press Wiramihardja S. A. 2004.Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT. Refika Aditama.

Pengertian Psikologi Klinis

A. Pengertian Psikologi Klinis merupakan bentuk psikologi terapan untuk menentukan kapasitas dan karakteristik tingkah laku individu dengan menggunakan metode-metode pengukuran assessment, analisa dan observasi serta uji fisik dan riwayat sosial agar dapat diperoleh saran dan rekomendasi untuk membantu penyesuaian diri individu secara tepat. (American Psychological Association: 1935). Witmer (1912) dikutip oleh Sutardjo menyatakan bahwa psikologi klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik penanganan pedagogis. Namun, Woodworth (1937) berkeberatan dengan definisi atau pengertian psikologi klinis yang disampaikan Witmer ini. Menurutnya, jika pengertian psikologi klinis itu seperti yang dikemukakan Witmer, sebaiknya tidak disebut psikologi klinis melainkan sebagai psikologi untuk memberi pelayanan yang bersifat personal atau sebagai alternatif. Disamping itu Woodworth juga berpendapat bahwa psikolog klinis di masa depan harus berusaha untuk memberikan bantuan kepada individu dalam menyelesaikan masalah seleksi untuk keperluan pendidikan dan pekerjaan, penyesuaian keluarga dan social, kondisi-kondisi kerja, dan aspek kehidupan lainnya. Yang sering menjadi pegangan dan acuan dasar dalam memahami pengertian psikologi klinis saat ini adalah definisi yang ditetapkan oleh American Psychological Association (APA) yang merumuskan psikologi klinis sebagai berikut: Psikologi Klinis adalah suatu wujud psikologi terapan yang bermaksud memahami kapasitas perilaku dan karakteristika individu yang dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis, serta pemberian saran dan rekomendasi, agar individu mampu melakukan penyesuaian diri secara patut. B. Asesmen Psikologi Klinis Asesmen klinis adalah proses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan mengevaluasi masalah social dan psikologis klien, baik menyangkut keterbatasan maupun kapabilitasnya. Sebagai prasyarat bagi terapi, asesmen klinis menyediakan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti menyangkut kelemahan klien dan akibat-akibaynya, defisiensi dan gangguan apa yang terjadi pada pemfungsian klien atau lingkungan sosialnya untuk mengelola masalah dan atau mengembangkan kecenderungan positifnya, serta intervensi apa yang terbaik digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan klien. Asesmen juga memberikan kontribusi terhadap riset klinis, antara lain dengan menyediakan landasan ilmiah untuk mengevaluasi terapi dan membangun teori-teori pemfungsian dan disfungsi manusia. Asesmen klinis sering pula diartikan sebagai psikodiagnostik, yaitu upaya untuk memahami sumber sumber penyakit melalui gejala-gejala sakit atau maladaptif dan kemudian memasukkannya ke dalam kelompok jenis gangguan yang baku atau telah dibakukan. Terdapat banyak kemungkinan sasaran atau target yang diusahakan dalam membuat asesmen klinis. Psikolog klinis dapat memusatkan perhatian terhadap 1) disfungsi (psikologis) individual, memperhatikan abnormalitas atau kekurangan dalam aspek pikiran, emosi, atau tindakannya. Dalam kasus-kasus lain, bisa jadi mereka memusatkan perhatian untuk menemukan 2) kekuatan klien, dalam hal kemampuan, keterampilan, atau sensitivitas yang menjadi target evaluasi, dan melukiskan 3) kepribadian subyek. Beberapa metode asesmen dalam psikologi klinis diantaranya: 1. Wawancara a. Wawancara mengenai status mental b. Wawancara sosial-klinis c. Wawancara yang difraksikan d. Wawancara terstruktur 2. Tes terstruktur Tes ini meminta subyek untuk menjawab pertanyaan secara tegas, tidak samar-samar, ya atau tidak, dan maknanya uniform, serta merespon pertanyaan dengan cara yang terbatas. Tes terstruktur membutuhkan standarisasi yang hati-hati dan norma yang representatif. 3. Tes tak terstruktur Adalah tes yang memberikan pertanyaan kepada klien dengan cara menjawab yang memberikan keleluasaan lebih besar, misalnya Thematic Apperception Test (TAT) atau Rorschah Inkblot-tes. 4. Asesmen-asesmen perilaku Observasi ini merupakan observasi sistematik yang dilakukan dalam laboratorium, di klinik, kelas ataupun dalam perilaku sehari-hari. 5. Kunjungan rumah Kunjungan rumah dimaksudkan untuk memahami kahidupan alamiah klien di rumah dan keadaan serta pola kehidupan keluarga klien. 6. Catatan kehidupan Psikolog sering tertarik untuk mempelajari riwayat hidup klien, karena riwayat itu dapat mendasari permasalahan yang dialaminya saat ini. 7. Dokumen Pribadi Catatan atau dokumen pribadi penting untuk mengetahui motif utama klien, maupun hal-hal yang disembunyikan, penyangkalan, hambatan, dan kesulitan klien dalam membicarakan permasalahannya. 8. Pemfungsian psikofisiologis Hubungan psikis-mental dan faal organ tubuh sangatlah erat. Tekanan darah, misalnya, sering berhubungan dengan adanya kecemasan dan juga merupakan reaksi atas tekanan-tekanan psikologis. C. Intervensi Klinis Intervensi dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi klinis adalah membantu klien atau pasien menyelesaikan masalah psikologis, terutama sisi emosionalnya. Kendall dan Norton Ford berpendapat bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang menangani masalah-masalah dan mengembangkan kehidupannya yang memuaskan. Psikolog klinis menggunakan pengetahuannya mengenai pemfungsian manusia dan system-sistem sosial dalam kombinasi dengan hasil asesmen klinis guna merumuskan cara untuk membantu perubahan klien ke arah yang lebih baik. Istilah intervensi khusus untuk psikologi adalah psikoterapi. Pada umumnya terapi menampilkan empat gambaran kegiatan, yaitu: (1) membangun hubungan murni antara terapis dan klien, (2) membantu klien melakukan eksplorasi diri dengan cara-cara psikologis, (3) terapis dan klien bekerja sama memecahkan masalah psikologis klien, (4) terapis membangun sikap dan mengajarkan ketarmpilan kepada klien. DAFTAR PUSTAKA Baihaqi, MIF dkk. Psikiatri(Konsep Dasar Dan Gangguan-gangguan), Bandung: PT. Refika Aditama, 2005 Flanagen, Robb. ADHD Kids, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005 Tristiadi Ardi Ardani, dkk. Psikologi Klinis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Wiramihardja, Sutardo. Pengatntar Psikologi Klinis, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006

Senin, 23 April 2012

Pada umumnya anak mulai menunjukkan kemandirian pada usia 18-24 bulan. Si kecil mulai ingin memegang sendok dan memasukkan sendiri ke mulutnya. Memegang mug atau botol susu sendiri.

Dia juga bersikeras untuk makan sendiri dan mulai rewel jika duduk di kursi makan kecilnya. Si kecil ingin makan di meja yang sama dengan ayah dan ibunya.

Setelah usia dua tahun anak juga mulai ingin membuka dan menutup kancing sendiri serta mulai bisa ke toilet tanpa ditemani. Dia juga ingin memakai dan melepaskan baju serta melakukan beberapa hal sendiri.

Dengan kemampuan motorik yang terbatas tentu aksi mandiri anak akan membuat acara makan berantakan misalnya. Tapi, justru inilah kesempatan bagi anak untuk belajar mandiri. Jangan gara-gara ingin semua bersih, Anda akan terus menyuapi anak hingga waktu yang tidak tentu.

Jika makanan berantakan, Anda bisa mengajak dia merapikan sambil menjelaskan bahwa dia harus makan lagi demi makanan yang tidak sempat masuk ke dalam tubuhnya.

Seperti orang dewasa, anak-anak juga belajar dari pengalaman. Biarkan mereka mengalami sendiri ketidaknyamanan akibat salah memasang kancing baju. Atau terjebak dalam kegelapan sesaat ketika berusaha memakai atau melepas baju sendiri.

Dukungan lembut orang tua di saat-saat anak ingin mandiri sangat penting. Dengan membiarkan anak melakukan berbagai hal sendiri, Anda telah memberi kesempatan pada buah hati untuk membangun kepercayaan diri dan belajar dari kesalahan.

Yang tak kalah penting, anak Anda tidak bakal menjadi pribadi yang manja dan tidak bisa pisah jauh dari Anda.
1. Karakteristik Wirausaha

Karakteristik yang dimaksud dalam konteks materi disini (wirausaha) adalah sesuatu yang berhubungan dengan cirikhas, watak, perilaku tabiat, sikap seseorang (wirausaha) terhadap perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

Menurut Geoffrey G. Meredith dalam bukunya “Kewirausahaan”, ciri-ciri profil wirausaha adalah sebagai berikut :

Ciri-ciri :

-. Percaya diri

-. Berorientasikan tugas dan hasil

-. Pengambil resiko

-. Kepemimpinan

-. Keorisinilan

-. Berorientasi ke masa depan
Watak :

-. Keyakinan, ketidaktergantungan, induviduali-tas, optimisme.

-. Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, inisiatif.

-. Kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan.

-. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran saran dan kritik.

-. Inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak.

-. Pandangan ke depan, perseptis.

Sedangkan Bygrave merumuskan 10 sifat dari wirusaha yang terkenal dengan istilah 10 D yaitu :

a. Dream (mimpi)

Seorang wirausaha mempunyai bisi keinginan terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya.

b. Decisiveness (cepat mengambil keputusan)

Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan mengambil keputusan adalah faktor kunci dalam kesuksesan bisnis.

c. Doers (pelaku)

Seorang wirausaha dalam membuat keputusan akan langsung menindaklanjuti. Mereka melaksanakan kegiatannya secepat mungkin. Seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang baik dalam bisnisnya.

d. Determination (ketetapan hati)

Seorang wirausaha, melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dihadapkan pada kalangan dan rintangan yang tidak mungkin dapat diatasi.

e. Dedication (dedikasi)

Seorang wirausaha memiliki dedikasi yang tinggi terhadap bisnisnya, kadang-kadang mengorbankan kepentingan keluarga untuk sementara. Wirausaha di dalam melaksanakan pekerjaannya tidak mengenal lelah. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya.

f. Devotion (kesetiaan)

Seorang wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya dan produk yang dihasilkannya. Hal inilah yang mendorong keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produknya.

g. Detail (rincian)

Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat menghambat kegiatan usahanya.

h. Destiny (nasib)

Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.

i. Dollars (uang)

Seorang wirausaha tidak mengutamakan mencapai kekayaan, motivasinya bukan karena masalah uang. Uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Ia berasumsi jika berhasil dalam bisnis maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah.

j. Distribute (distribusi)

Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada orang-orang kepercayaannya itu yaitu orang-orang yang kritis dan mau diajak mencapai sukses dalam bidang bisnisnya.

Untuk mewujudkan karakteristik (ciri, watak dan sifat) diatas dibutuhkan :

a. Kerja Keras

Artinya kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan/memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan.

Contoh :

Seorang penjahit harus memenuhi janji kepada pelanggan, sesuai waktu yang ditetapkan walaupun harus dikerjakan siang dan malam.

b. Disiplin

Artinya sikap yang selalu tepat waktu dan tepat janji. Sehingga orang lain mempercayainya, modal utama dalam berwirausaha adalah “perolehan kepercayaan dari orang lain”.

Contoh :

Seorang pengusaha warung harus selalu tepat dan disiplin dalam membuka dan menutup warungnya, karena pembeli sudah memperkirakan sesuai dengan kebijaksanaan buka/tutupnya warung. Seandainya pengusaha tidak disiplin dalam membuka dan menutup warung, pembeli kecele (salah menduga) dan enggan untuk datang membeli.

c. Mandiri

Artinya sikap untuk tidak menggantungkan keputusan akan apa yang harus dilakukan kepada orang lain, sesuatu dikerjakan karena kemauan sendiri serta tidak merasa besar.

Karena orang lain, tetapi besar karena usaha kerasnya resiko yang dihadapi serta hambatan dan masalah yang harus diselesaikan adalah milik kita sendiri dan kita yang memutuskan cara menghadapi dan menuntaskannya, tentunya selalu berdo’a dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Contoh :

Norman Edwin pendaki gunung yang mempunyai reputasi nasional, sampai dengan akhir pendakiannya (meninggal dunia) ketika berusaha menyelamatkan temannya, masih mengenakan perlengkapan pendakian yang dipersiapkan sendiri sesuai standar profesional seorang pendaki.

d. Realistis

Yaitu cara berfikir yang penuh dengan perhitungan dan sesuai dengan kemampuan sehingga gagasan yang akan diajukan bukan hanya menjadi angan-angan atau mimpi belaka. Oleh karena itu apabila anda memiliki gagasan atau ide sekecil atau sebesar apapun harus dipikirkan kemungkinan realitasnya atau keterlaksanaannya.

Contoh :

Sekelompok siswa SMK jurusan Otomotif memberanikan diri membuat mobil dengan cara merakit onderdil dan mesin bekas, serta membangun bodi sesuai keinginan dan kemampuannya.

f. Prestatif

Yaitu melakukan sesuatu dengan pikiran bahwa yang akan diwujudkan memiliki nilai-nilai keunggulan sehingga memperoleh penghargaan dari orang lain, tidak asal jadi bahkan merampas/meniru hasil karya orang lain.

Contoh :

Teguh Karya dalam menggarap filmnya, secara serius dan mengutamakan keunggulan, sehingga memenangkan banyak piala citra mampu menghasilkan sutradara unggul, maupun bintang film unggul yang dibimbingnya seperti : Christine Hakim, Slamet Raharjo, Eros Jarot.

g. Komitmen Tinggi

Yaitu sikap yang Teguh memegang prinsip-prinsip kebenaran yang berlaku, tidak sekalipun mengingkarinya walaupun dengan dirinya sendiri, serta berusaha menyesuaikan perkataan dan perbuatannya.

Contoh :

Kebanyakan peluki selalu mencantumkan nama dan tanggal pembuatannya, serta tidak mau menjual lukisannya sebelum dia merasa layak. Bahkan banyak lukisan yang dibuangnya sendiri, karena ia merasa karyanya tidak memenuhi kreteria.

2. Falsafah wirausaha

Sebagai bagian dari kekhasan wirausaha, berikut ini dikemukakan falsafah dari profil falsafah wirausaha yaitu :

* Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidup harus banyak belajar tentang dirinya sendiri.
* Kegagalan usaha harus diterma sebagai pengalaman.
* Kekuatan berusaha datangnya dari tindakannya sendiri bukan dari tindakan orang lain.
* Risiko kegagalan selalu ada, tapi para wirausahawan harus menerimanya dan bertanggung jawab.
* Adanya keberhasilan berusaha, setelah mengalami kegagalan.
* Wirausahawan yang menghindari risiko rendah tidak ada tantangan dan menjauhi risiko tinggi karena ingin berhasil.
* Harta terbesar untuk mempertahankan kemampuan wirausahawan adalah adanya sikap positif.
* Prestasi total sebuah bisnis, terutama ditentukan oleh sikap dan tindakan wirausahawan.
* Kejarlah tujuan-tujuan yang berhubungan dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya.
* Terimalah apa adanya dan kurangilah kelemahan-kelamahan diri sendiri.

Lobster di bumi nusantara

Bumi nusantara bukan tak punya lobster air tawar. Nun di pedalaman Papua ada C. lorentzi, monticola, dan black tiger. Mereka hidup di aliran sungai-sungai di Lembah Baliem. Namun, lantaran tidak dibudidayakan, gaungnya tak bergema. Lain halnya dengan kondisi di Australia, Amerika Serikat, Cina, dan Taiwan. Di sana crawfish-nama populernya-dibudidayakan intensif. Dari sekitar 400 spesies 15 jenis yang dibudidayakan.

Hasil panen lobster air tawar dari negara-negara itu melanglang hingga ke Eropa. Di sana hewan bercapit itu jadi makanan berkelas. Malah di Swedia setiap tahun ada festival memasak dan makan lobster.

Festival yang sama juga kerap diadakan di Louisiana-sentra utama lobster air tawar di Amerika Serikat. Tahun ini festival itu direncanakan pada 22 April. Negara bagian yang berbatasan dengan Teluk Meksiko itu pun kaya resep-resep hidangan berbahan lobster air tawar.

Sebut saja gubo dan jambalaya. Hidangan itu berupa nasi yang diguyur kuah berbumbu rempah. Potongan daging, udang, dan lobster air tawar dicemplungkan ke dalam kuah sebelum ditumpahkan ke atas nasi. Itulah makanan khas orang-orang keturunan Perancis yang tinggal di sana. Penasaran dengan kondisi lobster air tawar di negara lain? Inilah sebaran hewan bercangkang itu di seluruh dunia.
Amerika Serikat

* Hampir 300 spesies lobster air tawar ada di Amerika Serikat. Hewan invertebrata itu diternakkan sebagai bahan pangan dan pakan ternak. Peternakan lobster untuk konsumsi kebanyakan ada di Louisiana, Mississippi, dan Texas. Lobster dipelihara di kolam-kolam dangkal seperti sawah.
* Kolam-kolam dikeringkan setiap akhir musim semi untuk ditanami padi, alligator grass Alternanthera phylloxeroides, dan water primerose Jussiaea spp. Itulah pakan alami hewan bercapit itu. Pada saat itulah induk-induk lobster kawin dan bertelur pada awal musim gugur. Pada musim gugur anak-anak lobster mulai membesar dan siap dipanen pada awal musim semi tahun berikut, sekitar Maret-Mei.
* Hasil tangkapan lobster air tawar konsumsi mencapai 100-juta pound setara 48,5 ton per tahun. Produksi terbesar dari Louisiana. Mayoritas yang diusahakan adalah red swamp crayfish Procambarus clarkii-ini asli Amerika, berwarna dominan merah-dan white river crayfi sh P. acutus.
* Penanaman di Louisiana dimulai pada 1970-an. Ketika itu ribuan bibit ditebar di kolam dengan total luas 7.000 ha. Pertengahan 1980-an budidaya menyebar ke Texas, Mississippi, dan Florida. Lalu menyebar ke Missouri dan Virginia.

Sumber: www.aqualink.com, www.nap.edu
Eropa

* Astacus astacus jenis lobster air tawar asli Eropa. Hewan bercangkang itu ditemukan hampir di semua negara Eropa. Sebut saja Austria, Belanda, Belarusia, Belgia, Denmark, Estonia, Finlandia, Inggris, Jerman, Norwegia, Spanyol, hingga Rusia. Jenis lain, Austropotamobius pallipes alias lobster air tawar bercapit putih dan A. torrentium.
* Pada paruh awal 1980 diintroduksi Procambarus clarkii dari Kenya ke Austria dan Italia. Jenis itu sebelumnya sering dijajakan di pasar-pasar becek. Di Italia peternakannya tersentra di Tuscany-terutama di Danau Massaciuccoli. Jenis introduksi yang juga berkembang A. leptodactylus.

Sumber: www.sea-river-news.com
Taiwan

* Taiwan salah satu konsumen lobster air tawar dunia. Yang banyak dijajakan hidup-hidup di pasar tradisional di sana C. quadricarinatus. Itu diimpor dari Australia. Harga jual di Pulau Formosa NT$600 per kg segar. Tak sekadar jadi pembeli, peternak di negara berbentuk daun tembakau itu pun kemudian membudidayakan lobster air tawar. Jenis yang diusahakan C. quadricarinatus dan Procambarus clarkii.
* Jenis yang disebut terakhir, salah satu yang bernilai komersial di Taiwan. Budidaya dilakukan di sungai kecil, kolam, dan sawah. Menurut data The Illustrated Lobsters of Taiwan yang dipublikasikan pada 1993, P. clarkii dijual di toko akuarium sebagai ikan hias dengan harga NT$25 per ekor dan NT$334 per kg sebagai konsumsi.

Selandia Baru

* Ada 2 spesies koura-sebutan lobster air tawar di sana-yang hidup di Pulau Utara dan Pulau Selatan bagian barat laut. Jenis Paranephrops planifrons-yang paling lazim ditemukan. Yang lebih besar dan gemuk, P. zelandicus, hidup di bagian timur Pulau Selatan.
* Lobster air tawar ditemukan di sungai, danau, dan rawa. Belum ada budidaya intensif di sana.

Sumber: www.seakeepers-nz.com
Australia

* Australia salah satu yang paling kaya jenis lobster air tawar. Hampir 100 spesies yang masuk anggota famili Parastacidae ditemukan di sana. Lebih dari 20 jenis asli Queensland, termasuk lobster air tawar terkecil di dunia swamp crayfish alias si lobster rawa Tenuibranchiurus glypticus. Panjangnya hanya 25 mm. Ada juga Astacopis gouldii, bobotnya mencapai 6,3 kg-lobster air tawar terbesar di dunia.
* Secara umum crawfish yang ada di Australia terbagi atas 3 genus, Cherax (smooth freshwater crayfi sh alias yabby), Euastacus (spiny freshwater crayfish), dan Tenuibranchiurus. Jenis-jenis Euastacus banyak ditemukan di Australia bagian timur, seperti di Queensland. Sementara Cherax alias yabby atau lobbies hampir ada di seluruh Australia dan Papua Nugini. Dari kelompok inilah muncul 3 lobster air tawar komersial, yaitu yabby Cherax destructor, redclaw Chreax quadricarinatus-disebut juga gilgie alias si capit merah, dan marron Cherax tenuimanus.
* Yabby diproduksi di New South Wales (NSW), Victoria, Queensland, dan South Australia. Marron aslinya dari Western Australia, sekarang mulai menyebar ke selatan terutama di Pulau Kanguru. Sementara redclaw banyak diproduksi di Queensland, Northen Territory, dan NSW. Saat ini ada 126 peternakan di NSW yang berlisensi memproduksi lobster air tawar. Redclaw dan marron dibudidayakan semiintensif dengan kolam buatan, sementara yabby memanfaatkan bendungan- bendungan.
* Menurut data Rural Industries Research and Development Corporation (RIRDC), produksi lobster air tawar di Australia pada kurun 1996-1999 rata-rata 421 ton per tahun. Produksi yabby mencapai 73% dari total produksi. Sekitar 58%-nya datang dari Western Australia. Pada 2004/2005 nilai itu diprediksi mencapai 1.589 ton.
* Produksi itu diekspor ke Eropa dan Asia Tenggara, serta pasar baru seperti Jepang, Korea, Taiwan, dan Amerika Serikat. Rata-rata kebutuhan pasar 2.000 ton per tahun. (Evy Syariefa)

Sumber: www.rirdc.gov.au, www.fisheries.nsw.gov.au, www.Qmuseum.qdl.gov.au

Budidaya Lobster Air Tawar (RED CLAW)

Budidaya Lobster air tawar baik pembenihan dan pembesaran

1. Pembenihan adalah menghasilkan bibit atau anakan lobster air tawar hingga ukuran 2 Inci. Yang diperlukan adalah Induk Berkualitas yang tidak mudah terserang penyakit dan bukan dari hasil perwakinan sedarah (inbreeding) pasalnya perkawainan sedarah akan menghasilkan lobster berkelamin ganda atau intersex. Karna sangat menjaga sekali mendapatkan indukan dengan melakukan selective breeding artinya kami melakukan selective sekali untuk pertumbuhan lobster yang pertumbuhannya paling cepat diantara yang lain dalam satu generasi, itu kami pisahkan antara kelamin jantan dan betina pada ukuran 2 inci agar pada saat menginjak dewasa lobter tersebut tidak kawin dalam usia dini. Apa yang dibutuhkan pada segmen pembenihan adalah induk lobter air tawar yang kami paket dalam ukuran SET. 1 set (5 betina+4jantan) dengan kepadatan tempat pembesaran 50cmX50cm dengan tinggi air mak 30 cm dengan atap tertutup atau bisa memberi atap sebuah paranet untuk tanaman angerek atau Terpal. Untuk kolam perkawainan diusahakan mak 1 set 1m2. karna nantinya kalau kapasitas sedikit sedangkan kolam terlalu besar itu akan mengurangi lobster memilih pasangannya. Karena frekwensi mereka jarang bertemu. Dan untuk medianya pembenihan tidak harus memiliki lahan yang terlalu luas perkawinan indukan cukup mengunakan aquarium atau kolam semen dan pembesaran akanan hingga ukuran 2 inci dapat dilakukan dikolam semen juga.

2. Pembesaran adalah menghasilkan lobter ukuran konsumsi, biasanya untuk lobster air tawar yang disajikan di restoran ukuran Per Kg isi 10-12 ekor. Apa yang dibutuhakan yaitu bibit lobster air tawar ukuran 2 inci untuk pembesaran. Dan ini harus memiliki lahan agak sedikit besar dan kami sarankan untuk pembesaran harus kolam tanah. Karena kolam tanah memiliki struktur tanah untuk lobster hidup seperti dihabitat aslinya, karana saya sudah meriset membandingkan pembesaran di aquarium, kolam semen, bak fiber, kolam terpal, kolam karpet tetapi tetap kolam tanah menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dari yang lainnya. maksimal 10 ekor per meter. Dan ini harus dipisahkan antara jenis kelamin betina dan jantan agar ketika pembesaran lobster tidak kawin. Dan diusahakan untuk kelamin jantan saja yang dibesarkan karena memang jantan lebih cepat pembesaran dibanding betina.

Pembenihan dan pembesaran pada dasarnya menjadi satu kesatuan. awalnya hanya induk lobster air tawar yang dikawinkan dalam kolam semen setelah 2 minggu kolam dikuras semua maka akan ada lobster yang sudah gendong telur dipindahkan kedalam kolam atau aquarium untuk masa pengeraman 1 bulan setelah itu lobster dipindahkan ke kolam semen untuk penetasan anakan lobster setelah itu biarkan anakan lobster besar hingga ukuran 2 inci selama 2 bulan setelah itu lobster disortir antara kelamin jantan dan betina siap untuk dibesarkan didalam kolam pembesaran yaitu kolam tanah, dengan masa pembesaran 6 bulan lobster dapat dipanen hingga ukuran 10 -12 ekor per Kg. Cukup sederhana kan, untuk induk lobster ukuran 4 Inci dapat menghasilkan 200 ekor telur dengan tingkat kematian 15%. Semakin besar ukuran lobster dan semakin sering lobster dikawinkan maka lobster tersebut akan semakin banyak menghasilkan telur.


Untuk anakan yang baru menetas dapat diberikan makan cacing sutra, cacing beku, kutu air beku, pellet yang halus dll. Pada umumnya apapun makan dapat dimakan oleh lobster air tawar karna di habitat asalnya apapun yang ada diperairan akan dimakannya, karna lobster air tawar memang tidak susah seperti jenis perudangan lainnya atau pun perikanan lainnya.

Riset untuk makanan yang mengandung perotein segar jauh lebih cepat pertumbuhannya di banding sayur-sayuran atau pellet lobster. Cacing termasuk jenis protein segar yang dapat ditemui dan tidak repot untuk mencarinnya dan dari segi harga pun tidak terlalu mahal untuk anakan lobster yang berukuran 5 inci dengan jumlah telur kurang lebih 400 butir dapat dapat menghabiskan sekitar 2 liter cacing sutra dengan harga Rp 10.000. per liter untuk makan perbulan. Dengan waktu 2 – 3 bulan dapat mengahasilkan bibit ukuran 2 inci Up.

Untuk bibit lobster air tawar berukuran 2 inci masuk pembesaran untuk pembesaran lobster konsumsi dengan pembesaran 5 – 6 bulan pada perinsipnya sama bisa kita berikan apa saja, tapi memilih protein segar sebagai menu utama dan pellet lobster auau sayuran sebagai menu selingan. protein segar pun sangat bervareasi mulai dari cacahan ikan sampai empela usus, jeroan dan keong mas. Tetapi keong mas ternyata memiliki kandungan protein yang sangat lengkap dan gizi yang banyak dan mudah dicari atau dikembangbiakan. Pembesaran dapat menekan biaya untuk pakan sampai menjadi 0 %. Ini terbukti sangat ampuh. Budidaya apapun biaya paling besar yaitu penyediyaan pakan, kalau biaya pakan bisa ditekan sampai 0 % dana investasi bisa digunakan untuk penunjang lainnya. Tanpa mengurangi dari kelezatan lobster itu sendiri. Suatu proses lobster bisa tumbuh sehat dan bongsor adalah tersedianya air yang cukup, oksigen terlarut yang cukup agar bisa merubah zat-zat makan menjadi daging dan pakan yang berprotein segar. Maka lobster akan tumbuh cepat dan dapat mempersingkat waktu pemanenan.

Jumat, 20 April 2012

KONSEPSI PSIKOLOGI ABNORMAL

Pengertian Psi. Abnormal
Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi yang khusus membahas perilaku-perilaku abnormal manusia. sulit memang untuk mendefinisikan apa itu Psikologi abnormal. karena ada begitu banyak kriteria yang harus dipertimbangkan antara lain dari sudut pandang statistik, sosial dan budaya, suatu perilaku pada budaya lain dianggap normal tapi di budaya lain bisa dianggap abnormal.
Psikologi abnormal kadang-kadang disebut juga psikopatologi. Dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah Abnormal Psychology. Apa yang dimaksud dengan psikologi abnormal? Berikut dikemukakan beberapa definisi. Menurut Kartini Kartono, psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.
Singgih Dirgagunarsa mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan. Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya.
Dari beberapa definisi yang dinyatakan dengan kalimat yang berbeda tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian psikologi abnormal sebagai berikut :
1. Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari psikologi atau psikologi khusus.
2. Yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai faktor penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).


Manfaat mempelajari psikologi abnormal
1. Psikologi abnormal dipelajari dengan harapan dapat diperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang seluk beluk kelainan jiwa (jenis, gejala, penyebab, cara mencegah dan menanganinya, dst.). Pengetahuan dan pemahaman mengenai hal tersebut diperlukan dalam bidang psikiatri dan bimbingan dan konseling.
2. Khusus untuk konselor, dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai seluk beluk kelainan jiwa diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya pencegahan dan penanganan gangguan jiwa yang mungkin terjadi pada peserta didik.


Ilmu yg berhubungan dg psikologi abnormal
Usaha untuk mendapatkan pengertian yang luas dan mendalam tentang kelainan jiwa antara lain dilakukan dengan mengkaitkan psikologi abnormal dengan ilmu-ilmu lainnya. Keterkaitan tersebut menyangkut bidang keilmuan dan juga bidang profesi. Beberapa ilmu yang berhubungan dengan psikologi abnormal adalah antara lain sebagai berikut.


1. Psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa
Psikiatri merupakan cabang dari ilmu kedokteran, yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan gangguan jiwa, yaitu dalam hal pengenalan, pengobatan, rehabilitasi, dan pencegahan serta juga dalam hal pembinaan dan peningkatan kesehatan jiwa.
Psikologi abnormal berhubungan dengan psikiatri karena keduanya mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan gangguan dan juga penyakit jiwa. Namun pada psikologi abnormal usaha tersebut tidak sampai pada penyembuhan dan rehabilitasi, terlebih lagi bagi penderita psikosis.

2. Neurologi
Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang khusus mempelajari struktur dan fungsi syaraf, serta diagnosis dan penyembuhan gangguan system syaraf. Neurologi diperlukan psikologi abnormal karena terjadinya kelainan jiwa dapat disebabkan oleh kelainan pada system syaraf.

3. Psikoanalisis
Psikoanalisis memiliki dua dimensi, yaitu sebagai aliran psikologi dan teknik terapi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak membahas kepribadian manusia beserta dinamikanya. Dan sebagai teknik terapi, psikoanalisis bertolak dari anggapan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi karena faktor organis dan terutama faktor psikologis oleh karena itu untuk menyembuhkan gangguan jiwa maka harus diawali dengan mengungkap akar permasalahannya, yaitu yang bersumber dari faktor-faktor psikologis penderita.


Sumber ;
1. Supratiknya, 1995, Pengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta : Kanisius
2. Sutardjo A. Wiramihardja, 2005, Pengantar Psikologi Abnormal, Bandung : Refika Aditama

http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/konsepsi-psikologi-abnromal.html