Selasa, 06 November 2012

Sejarah,Tujuan, Klasifikasi, Etika Tes Psikologi



1. SEJARAH PERKEMBANGAN PENGETESAN

Sejarah awal
¢     Perbedaan individu dapat dievaluasi
¢     Plato dan Aristoteles sudah menulis tentang perbedaan individu dalam kemampuan dan temperamen.
¢     Untuk menjadi pegawai kerajaan Cina à harus diuji à masih secara lisan.
Abad ke 19
¢     Perbedaan individu dalam kemampuan mental dan sensori motor lebih sebagai gangguan atau sumber kesalahan.
¢     Pengukuran fisik sudah dilakukan oleh observer  berdasarkan kemampuan persepsi.
¢     Memberikan hasil yang berbeda-beda (orang berbeda; orang sama kesempatan berbeda)
¢     Beralih pada penyusunan instrumen yang lebih akurat dan konsisten.
¢     Minat ini dipicu oleh tulisan Charles Darwin, dan bangkitnya psikologi ilmiah.
¢     Wilhelm Wundt, Ebbinghaus dll à gejala psikologi dapat dideskripsikan dalam istilah kuantitatif dan rasional.
¢     Penelitian oleh psikiatris dan psikolog Perancis mengenai gangguan mental memengaruhi perkembangan teknik pemeriksaan dan pengetesan klinis.
¢     Memacu psikolog Amerika untuk mengembangkan ukuran  terstandarisasi atas prestasi belajar skolastik.
¢     Psikolog Eropa seperti berperan dalam pengukuran mental.
¢     Galton à kecerdasan berdasarkan keturunan; memikirkan tes dan prosedur untuk mengukur perbedaan individu dalam kemampuan dan temperamen; menemukan teknik korelasi.
¢     Cattel à Menghubungkan skor pada pengukuran waktu bereaksi dan diskriminasi sensorik dengan nilai sekolah.
¢     Alfret Binet à psikolog pertama yang menyusun tes mental pertamaà memprediksi pencapaian skolastik.
Awal abad ke-20
¢     Binet dan Simon mengembangkan prosedur untuk mengidentifikasi anak yang tidak mampu mengikuti pelajaran di kelas.
¢     Mereka menyusun tes, awalnya untuk anak-anak dan diperluas untuk orang dewasa.

Perkembangan Saat ini.
¢     Teori respons item (item response theory=IRT) à memungkinkan para penyusun tes untuk memahami hubungan antara respons terhadap masing-masing item dan antisipasi terhadap tingkat kesulitan berdasarkan teori tes.
¢     Teknologi komputer


2. TUJUAN PENGGUNAAN TES
  1. Menyaring para pelamar kerja, program pelatihan dan pendidikan.
  2. Promosi, mutasi dalam situasi kerja.
  3. Dasar untuk melakukan konseling.
  4. Mendiagnosis dan menentukan perawatan psikologi dan fisik di rumah sakit.
  5. …..

3. KLASIFIKASI TES PSIKOLOGI
Tes dapat dikelompokkan menurut isi, cara penyusunan  tes, tujuan penggunaan, cara pengelolaan, penyekoran, dan interprestasi tes (Aiken, 2008):
1. Tes standar vs non standar.
  • Tes standar à untuk mendapatkan sampel yang mewakili orang dari populasi yang akan diadakan tes.
  • Ada prosedur tetap untuk pengelolaan dan pemberian skor yang sama terhadap peserta tes
  • Tes yang terstandarisasi memiliki norma, berfungsi sebagai dasar interpretasi skor.
  • Tes non standarisasi à disusun dengan cara informal.

2. Tes Individual vs Kelompok (waktu)
  • Tes individual seperti WISC
à    Tes kelompok seperti APM

3. Speed vs power (batas waktu tes)
  • speed à terdiri atas item mudah, waktu ketat.
  • power à item lebih sulit.
4. Tes objektif vs non objektif (metode pemberian skor).
  • objektif sangat mudah diberikan skor.
  • contoh tes kepribadian, tes essai,  interpretasi sangat subjektif.

5. Tes Kognitif vs afektif (menurut isi atau proses mental)
  • Tes kognitif : tes prestasi belajar (achievement test), tes bakat (aptitude tes) à Tes Kemampuan
  • Tes afektif : mengukur minat, sikap, kepribadian, dll.
Teknik: observasi, inventori, proyektif

Cronbach (1976):
Tes diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu:

1. Maximum performance
            à Tes yang mengungkap performansi maksimal
¢     Mengungkap seberapa baik subyek dapat melakukannya.
¢     Subyek didorong untuk berusaha sebaik mungkin.
¢     Administrasinya harus jelas, batas waktu disampaikan.
¢     Contoh: tes inteligensi, tes kemampuan khusus (tes bakat

2. Typical performance
¢     Tes yang mengungkap performansi tipikal.
¢     Mengungkap apa yang cenderung dilakukan oleh subjek dalam situasi-situasi tertentu.
¢     Biasanya subyek tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya, karena memiliki struktur yang tidak jelas sehingga sulit untuk menebak jawaban yang terbaik.
¢     Contoh:inventori minat, skala sikap, inventori kepribadian.

4. STANDAR ETIKA PENGETESAN
  1. Menjaga keamanan materi pengetesan sebelum dan sesudah pelaksanaan tes.
  2. Menghindari pemberian label berbasis individu pada skor tes tunggal.
  3. Mengikuti hukum hak cipta, menghindari foto kopi.
  4. Mengurus dan memberikan skor tes dengan tepat
  5. Mengungkapkan hasil hanya pada orang berwenang