Kamis, 16 Mei 2013

Lupa

Lupa adalah penyakit manusiawi. Sesuatu yang sudah pernah dicamkan dalam ingatan (long-term memory) pada umumnya akan menjadi milik pribadi dan tidak mudah hilang. Jika pada suatu saat seseorang tak dapat mengingatnya, tidak selalu berarti bahwa hal itu telah hilang sama sekali dari ingatannya. Pada umumnya pula, hasil belajar kognitif, misalnya: pengetahuan, konsep, kaidah, prinsip atau strategi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah lebih mudah terlupakan karena tersimpan dalam rumusan verbal. Sedangkan keterampilan psikomotorik dan sikap cenderung bertahan bahkan menjadi semakin kuat dalam pembiasaan yang tak lagi berkadar kesadaran yang tinggi seperti pada awal pembentukannya.
Menurut W.S. Winkel, fase-fase yang dapat ditemukan dalam proses belajar adalah: 1) fase motivasi; 2) fase konsentrasi; 3) fase mengolah; 4) fase menyimpan; 5) fase menggali; 6) fase prestasi; dan 7) fase umpan balik.
Berkaitan dengan proses belajar, terjadinya lupa menyangkut penggalian (retrieval) materi pelajaran yang telah diolah (encoding) dan dimasukkan ke dalam ingatan (long-term memory). Dengan kata lain, lupa terjadi dalam penggalian karena adanya kesulitan dalam fase-fase belajar tersebut. Keluar (hilang) menyangkut fase konsentrasi karena unsur-unsur dalam materi pelajaran yang tidak relevan tidak akan diperhatikan lagi. Dalam fase pengolahan, materi yang tidak diolah dalam short-term memory akan terdesak keluar. Fase penyimpanan (storage) belum menunjukkan gejala adanya informasi yang terlupakan karena hanya menunjuk pada retensi. Demikian pula fase motivasi dan fase umpan balik tidak berkaitan dengan persoalan kapan terjadinya keluar dan lupa. Maka, keluar hanya terjadi sebelum ada yang dimasukkan ke dalam long-term memory, dan lupa dapat terjadi sesudah hasil pengolahan dimasukkan ke dalam long-term memory.
Lupa dapat terjadi karena pebelajar tidak mendapat kunci yang tepat untuk membuka ingatannya. Gejala setengah lupa atau lupa-lupa ingat dapat terjadi jika tidak seluruh materi yang telah dipelajari sama sekali terlupakan. Pemanfaatan teknik jembatan keledai (menyingkat dan atau menghubungkannya dengan kenyataan sehari-hari, menggambarkan peta pikiran, etc.) barangkali bisa menggali lagi ingatan terhadap sesuatu atau seseorang.
Mengatasi lupa dapat dilakukan dengan cara menggali ingatan (evokasi) tentang hal yang dilupakan, yakni mengaktualisasi pengetahuan yang pernah diserap (fiksasi) dan tersimpan dalam ingatan (retensi). Aktualisasi itu dapat berupa upaya mengenal kembali (recognition) atau mengingat kembali (recall). Sedangkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi lupa antara lain:
  • Menumbuhkembangkan motivasi belajar intrinsik yang kuat, kesadaran akan tujuan yang harus dicapai dan mendorong keterlibatan pebelajar;
  • Memberikan perhatian khusus pada unsur-unsur yang relevan pada fase konsentrasi;
  • Mengolah materi pelajaran dengan baik dan segera, sedapat mungkin mengurangi penundaan pengolahan karena informasi lain yang masuk sesudahnya dapat mendesak keluar materi pelajaran dari short-term memory. Makin baik pengolahan materi (encoding), makin baik pula penyimpanannya (storage) dan proses penggaliannya dari ingatan (retrieval);
  • Mengaktualisasi pengetahuan dengan cara menggalinya dari ingatan, mengolahnya kembali dan menyimpannya lagi ke dalam ingatan;
  • Menggunakan kunci yang tepat/ cocok untuk membuka ingatan dalam fase menggali dan fase prestasi.
lupa