Sabtu, 29 Oktober 2011

Anak Tunagrahita dan Karakteristiknya

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah anak “bego”, atau kata yang lebih kasar lagi “anak gila”. Itulah sebutan atau predikat untuk anak tunagrahita. Bahkan ada yang mengatakan anak cacat (tuna) adalah sebagai kutukan, pembawa sial, karena perbuatan tidak senonoh orang tuanya. Sehingga setiap orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna) merasa malu dan menyembunyikan anak tersebut.
Dan ada pula yang berpendapat, bahwa anak cacat adalah anak yang membawa hoki, membawa keberuntungan. Itulah kenyataan yang terjadi di masyarakat.

Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Namun seringkali kita melihat anak yang memiliki kekurangan dalam hal fungsi intelektualnya secara nyata dan bersamaan dengan itu, berdampak pula pada kekurangannya dalam hal prilaku adaptifnya, yang orang sebut Idiot. Dalam istilah pendidikan anak yang demikian dinamakan anak tunagrahita (anak yang mengalami hambatan perkembangan) merupakan salah satu bagian dari Anak berkebutuhan khusus. Anak luar biasa adalah anak yang memiliki penyimpangan sedemikian rupa / signifikan dari anak pada umumnya dalam segi fisik, kecerdasan, sosial, emosi atau gabungan dari kelainan tersebut sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan layanan pendidikan khusus.

Dewasa ini banyak masyarakat yang belum mengerti tentang siapa anak berkebutuhan khusus itu khususnya Anak Tunagrahita, apa saja faktor penyebab terjadi ketunagrahitaan, dan bagaimana karakteristik mereka.

I.2 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat.
2. Melatih mahasiswa untuk dapat mengembangkan keterampilan yang
dimilikinya.
3. Melatih mahasiswa dalam pengalaman langsung atau tidak langsung dalam
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang siapa itu anak Tunagrahita, apa saja faktor penyebab terjadi ketunagrahitaan, bagaimana karakteristik mereka.

1.3 Manfaat dan Kegunaan Penulisan

Adapun Manfaat penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat memahami jenis dan karakteristik anak Tunagrahita.
2. Bagi ibu yang sedang mengandung khususnya lebih dapat menyikapi asumsi gizi yang baik selama kehamilan dan bahaya-bahaya yang ada.
3. Mahasiswa mempunyai pengalaman langsung dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang siapa, mengapa dan bagaimana Ketunagrahitaan itu terjadi.

PEMBAHASAN

2.I Pengertian Anak tunagrahita.

Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus.

Menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD) anak tunagrahita adalah anak yang secara umum memiliki kekurangan dalam hal fumgsi intelektualnya secara nyata dan bersamaan dengan itu, berdampak pula pada kekurangannya dalam hal prilaku adaptifnya, dimana hal tersebut terjadi pada masa perkembangannya dari lahir sampai dengan usia delapan belas tahun. Pernyataan tersebut pun dapat pula diartikan bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pertama pada sisi kemampuan intelektualnya yang berada di bawah anak normal. Anak tersebut memiliki kemampuan intelektualnya yang berada pada dua standar deviasi di bawah normal jika diukur dengan tes intelegensi dibandingkan dengan anak normal lainya.

Yang kedua adalah kekurangan pada sisi prilaku adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum dikenal sebelumnya. Keadan tersebut terjadi pada proses pertumbuhannya, cara berfikir dan kemampuannya dalam bermasyarakat sejak anak tersebut lahir dan berusia delapan belas tahun.

Moh. Amin (1995:11), menguraikan gambarkan tentang anak tunagrahita sebagai berikut:

Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya. Lebih-lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pendapat diatas sejalan dengan definisi yang ditetapkan AAMD yang dikutip oleh Grossman (Kirk & Gallagher, 1986:116), yang artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada sifat intelektual umum yang secara jelas dibawah rata-rata, bersama kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada masa perkembangan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :
a. Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata sedemikian rupa dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
b. Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku.
Ketunagrahitaan tersebut berlangsung pada masa perkembangan.


2.2 Penyebab ketunagrahitaan

Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Faktor keturunan

Adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S yndrome dan pada trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan ciri-ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung empedu yang besar. Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan duplikasi dan translokasi) maupun kelainan pada gonosom (gonosom yang seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY. Ciri yang menonjol adalah nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah mencapai masa puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar).

b. Gangguan metabolisme dan Gizi

Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:

• Phenylketonuria
Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan gerakan enzym phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak adalah tunagrahita, kekurangan pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.

• Cretinisme
Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.

c. Infeksi dan keracunan
Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita.

• Rubella
Penyakit ini menjangkiti ibu pada dua belas minggu pertama kehamilan. Selain tunagrahita, ketidaknormalan yang disebabkan penyakit ini adalah kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat rendah pada waktu lahir dan lain-lain.

• Syphilis bawaan
Kondisi bayi yang terkena Syphilis adalah kesulitan pendengaran, hidungnya tampak seperti hidung kuda.

• Syndrome Gravidity Beracun
Ketunagrahitaan yang timbul dari Syndrome Gravidity Beracun terjadi pada sebagian bayi yang lahir prematur, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun, dan berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta

d. Trauma dan zat radioaktif
Trauma otak yang terjadi dikepala dapat menimbulkan pendarahan intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu (tang). Selain itu penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microcephaly.

e. Masalah pada kelahiran
Adanya kelahiran yang disertai hypoxia (kejang dan nafas pendek) dipastikan bahwa bayi yang akan dilahirkan menderita kerusakan otak.

f. Faktor lingkungan
Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihubngkan dengan masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dangan anak, misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain yang mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin dan menutup diri. Kondisi demikian akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik maupun mental intelektualnya.

Menurut penyelidikan para ahli (tunagrahita) dapat terjadi :
1. Prenatal (sebelum lahir)
Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan, penyebabnya seperti : campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza) dan juga perokok berat.

2. Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang sudah, terlalu lama, dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi, juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil. Dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang).

3. Pos Natal (sesudah lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita).

2.3 Karakteristik Anak Tunagrahita.
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan tingkat kekurangannya.

Secara umum karakteristik tersebut dapat digeneralkan ke dalam:
1. Segi Intelektualnya

• Anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari situasi, benda-benda dan orang disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang menjadi hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang diinginkannya.
• Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.
• Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara umum mereka memiliki kesulitan dalam bidang membaca, menulis dan berhitung.
• Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.

2. Segi Tingkah Laku (Perilaku Adaptif)

• Perkembangan anak tunagrahita lamban, sulit mempelajari sikap tertentu, bahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun tugas tersebut bagi orang normal sangat sederhana.
• Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya yang berkenaan dengan perhatian dengan atau konsentrasi, ingatan, berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam kemampuan akademiknya.
• Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya, karena seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada saat melakukannya.
• Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali menggantungkan bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata lain rasa kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam memilih lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif.

Jadi dari karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita itu memiliki kekurangan di dalam:
• Melakukan koordinasi gerak dan sensorinya,
• Rendahnya rasa toleransi,
• Kemampuan untuk memahami konsep-konsep, hal yang bersifat akademik, dan menarik suatu kesimpulan,
• Memusatkan perhatian,
• Memanfaatkan waktu luangnya,
• Memilih lingkungan pergaulan yang baik,
• Kesulitan dalam bahasa,
• Yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan.

Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :
1. Fisik (Penampilan)
- Hampir sama dengan anak normal
- Kematangan motorik lambat
- Koordinasi gerak kurang
- Anak tunagrahita berat dapat kelihatan

2. Intelektual
- Sulit mempelajari hal-hal akademik
- Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
- Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
- Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.

3. Sosial dan Emosi
- Bergaul dengan anak yang lebih muda.
- Suka menyendiri
- Mudah dipengaruhi
- Kurang dinamis
- Kurang pertimbangan/kontrol diri
- Kurang konsentrasi
- Mudah dipengaruhi
- Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

2.4 KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda demikian juga dengan anak tunagrahita, maka untuk kepentingan pendidikannya, pengelompokkan anak tunagrahita sangat diperlukan. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat dikelompokkan.

1. Tunagrahita Ringan (Debil)
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.

2. Tunagrahita Sedang atau Imbesil
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat ke;las II SD Umum.

3. Tunagrahita Berat atau Idiot
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

2.5 PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk melayani pendidikan anak luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus.
Sekolah untuk anak luar biasa terdiri dari :
1. SLB – A untuk anak Tunanetra
2. SLB – B untuk anak Tunarungu
3. SLB – C untuk anak Tunagrahita
4. SLB – D untuk anak Tunadaksa
5. SLB – E untuk anak Tunalaras
6. SLB – F untuk anak Berbakat
7. SLB – G untuk anak cacat ganda

Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :
1. SLB – C untuk Tunagrahita ringan
2. SLB – C1 untuk Tunagrahita sedang

Untuk Tunagrahita berat biasanya berbentuk panti plus asramanya.

2.6 KURIKULUM

Dalam memberikan layanan pendidikan tidak terlepas dari yang namanya kurikulum. Kurikulum sebagai pedoman bagi sekolah. Kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan tugasnya. Kurikulum untuk Sekolah Luar Biasa disesuaikan dengan jenis dan tingkat ketunaannya, mulai dari tingkat TKLB sampai dengan SMALB.
Kurikulum yang sekarang ini digunakan yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Selain mempelajari mata pelajaran umum, ada juga mata pelajaran ke khususan, untuk anak tunagrahita yaitu mata pelajaran “Bina Diri” didalamnya mencakup :
- Kemampuan merawat diri
- Mengurus diri
- Menolong diri
- Komunikasi dan Sosialisasi

2.7 Usaha pencegahan

Beberapa alternatif upaya pencegahan timbulnya ketunagrahitaan adalah sebagai berikut:
a. Diagnostik Prenatal, yaitu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan. Dengan ini diharapkan dapat ditemukan kemungkinan adanya kelainan pada janin, baik berupa kromosom maupun kelainan enzim yang diperlukan bagi perkembangan janin.
b. Imunisasi dilakukan terhadap ibu hamil maupun balita. Dapat mencegah timbulnya penyakit yang mengganggu perkembangan bayi
c. Tes darah, untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih yang berkelainan.
d. Program keluarga berencana
e. Penyuluhan genetik, suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah genetika dan masalah yang ditimbulkannya lewat media tertentu.
f. Tindakan operasi diperlukan terutama bagi kelahiran dengan resiko tinggi untuk mencegah kelainan yang ditimbulkan pada waktu kelahiran (masalah perinatal, misalnya trauma, kekurangan oksigen dan lainnya.)

BAB III

KESIMPULAN

Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah rata-rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pertama pada sisi kemampuan intelektualnya yang berada di bawah anak normal. Anak tersebut memiliki kemampuan intelektualnya yang berada pada dua satnda deviasi di bawah normal jika diukur dengan tes intelegensi dibandingkan dengan anak normal lainya. Yang kedua adalah kekurangan pada sisi prilakua adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum dikenal sebelumnya.

Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan dalam perkembangan anak. Beberapa alternatif yang dapat ditempuh sebagai antisipasi untuk mencegah bertambahnya populasi anak berkelainan khususnya anak Tunagrahita dengan cara Diagnostik Prenatal, Imunisasi, Tes darah, Program keluarga berencana, Penyuluhan genetik, dan Tindakan operasi.

Tidak ada komentar: