Senin, 25 Juni 2012

Komunikasi dalam Konseling

Hubungan konseling dimaknai sebagai hubungan yang membantu (helping relationship) antara konselor sebagai professional dengan konseli, bertujuan untuk memudahkan perkembangan individu Pada hubungan konseling, ketulusan, kejujuran, saling menghargai dan keutuhan konselor dan konseli amat penting.

Hubungan konseling terjadi atas persetujuan bersama, disertai kerjasama, dan konselor harus dapat menunjukkan sebagai pribadi yang mudah didekati, mudah menerima orang lain, hangat, menampilkan keaslian diri dan dapat dipercaya.

Hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mampu mengembangkan hubungan konseling yang ditandai keakraban, keharmonisan, kesesuaian, kecocokkan, dan saling tarik menarik (terbentuk rapport), melalui komunikasi verbal dan non verbal.

Untuk itu hal yang perlu dikuasai konselor adalah menguasai keterampilan dalam merespon konseli dengan teknik komunikasi yang benar dan sesuai dengan keadaan konseli saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong keterbukaan konseli dalam menyatakan pikiran, perasaan dan pengalamannya.

Keterampilan Komunikasi Konseling :

Beberapa keterampilan merespon yang harus dikuasai konselor baik verbal maupun nonverbal dalam komunikasi konseling akan diuraikan berikut ini.

1. Perilaku attending
Perilaku attending adalah perilaku penampilan yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan yang menghampiri konseli. Perilaku attending yang baik, merupakan kombinasi ketiga komponen ini, sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat konseli terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik akan meningkatkan harga diri konseli, menciptakan suasana aman, memudahkan ekspresi perasaan konseli secara bebas.
Perilaku penampilan (attending) yang baik :
Muka : ekspresi wajah tenang, senyum, ceria
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
Posisi tubuh : agak condong ke arah konseli, jarak perlu diperhatikan tidak terlalu jauh/dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
Tangan : variasi gerakan tangan sesuai dengan ucapan, spontan dan berubah-ubah untuk menekankan ucapan atau sebagai isyarat
Mendengarkan aktif penuh perhatian, menunggu ucapan konseli hingga selesai, tidak memotong pembicaraan konseli, diam, perhatian pada lawan bicara.

2. Bertanya
Pada proses konseling kebanyakan konselor kesulitan untuk membuka percakapan dengan konseli. Untuk memudahkan membuka percakapan, maka konselor harus memiliki keterampilan bertanya melalui pertanyaan terbuka yang memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru dari konseli, melalui kalimat Apa sebabnya dan Mengapa sampai hal itu bisa terjadi , Bagaimana perasaan anda saat itu , Dapatkah anda menjelaskan kejadian pada saat itu . Pertanyaan konselor dapat juga bersifat tertutup untuk menjernihkan atau memperjelas informasi, memfokuskan pembicaraan konseli, memperoleh informasi tertentu. Pertanyaan tertutup dapat dilakukan melalui kalimat Anda tinggal dimana , Saat ini IP anda mencapai berapa

3. Dorongan Minimal (minimal encouragement)
Upaya utama konselor adalah agar konseli selalu terlibat dalam pembicaraan dan dirinya terbuka, sehingga pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan konseli. Respon yang diberikan oleh konselor sesedikit mungkin dengan tujuan memberikan kesempatan kepada konseli berbicara lebih lanjut. Misalnya dengan mengatakan terus , lalu , ya dan ., hm , dapat juga dengan isyarat anggukan. Dorongan minimal dilakukan secara selektif, pada saat konseli kelihatan akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan, atau kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan.

4. Klarifikasi,
Klarifikasi, adalah ketrampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan konseli yang kurang jelas, samar-samar dan agak meragukan.
Tujuan :
Memeriksa kembali isi pesan konseli
Memperjelas pesan konseli
Memeriksa ketepatan pesan konseli dengan persepsi konselor
Contoh :
Konselor: Apakah yang kamu maksudkan . ( isi pesan konseli)
Apakah yang kamu katakan bahwa . (isi pesan) .

-->
5. Refleksi perasaan,
Refleksi perasaan merupakan upaya konselor memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman yang diungkapkan oleh konseli melalui pernyataan, intonasi dan sikap konseli.
Ada tiga jenis refleksi, yaitu ; refleksi perasaan, refleksi pikiran, dan refleksi pengalaman.
Tujuan :
Konseli dapat mengungkapkan diri secara luas.
Bertanya untuk membuka percakapan
Konselor dapat mendalami masalah yang dialami oleh konseli
Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat digunakan dimulai dengan kata-kata: Apakah , Bagaimana , Dimana , Siapa , Bolehkah
Contoh :
Refleksi Perasaan
Kamu merasa bingung menghadapi situasi seperti sekarang ini?
Saat ini kamu sedang kecewa karena hasil studi semester ini kurang memuaskan
Refleksi Pikiran
Adakah yang kamu maksudkan adalah ..
Nampaknya kamu akan mengatakan
Refleksi Pengalaman
Apakah yang anda maksudkan suatu peristiwa .
Nampaknya pada saat itu anda berada pada situasi

6. Menangkap pesan utama (Paraphrasing)
Konselor perlu menangkap pesan utama dari ide, perasaan, dan pengalaman yang dikemukakan
konseli. Kemudian menyampaikan kembali kepada konseli dengan bahasa sederhana dan mudah
difahami konseli. Hal ini perlu karena seringkali konseli mengungkapkan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya berputar-putar. Biasanya digunakan kata awal adakah....... , dan
nampaknya.........
Contoh:
Ki: Biasanya dia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya
Ko: Adakah yang anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?
Ki: Itu suatu pekerjaan yang baik. Akan tetapi saya tidak akan mengambilnya. Saya tidak tahu
mengapa?
Ko: Nampaknya anda masih ragu


7. Empati, kemampuan konselor untuk memahami permasalahan konseli, melihat melalui sudut pandang konseli, peka terhadap perasaan-perasaan konseli, merasa dan berfikir bersama konseli dan bukan untuk atau tentang konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan perasaannya. Selain itu, konselor dapat memahami permasalahan konseli tidak hanya pada permukaan, tetapi lebih dalam. Empati dilakukan bersamaan dengan perilaku attending.
Tujuan :
Mendorong konseli mengekpresikan perasaan positif maupun perasaan negatif tentang suatu hal.
Membantu konseli untuk lebih merasakan perasaannya secara mendalam agar lebih sadar akan masalah yang belum terselesaikan. Membantu konseli untuk mengenali perasaan-perasaan yang mendominasi mereka
Konselor menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga memberi peluang kepada konseli untuk memberikan jawaban yang panjang dan luas. Untuk melakukan empati, konselor harus mampu; mengosongkan perasaan dan pikiran egoistic, memasuki dunia dalam konseli, melakukan empati primer dengan mengatakan
Contoh :
Saya dapat memahami pikiranmu
Saya merasakan kepedihan kamu .
Saya mengerti keinginanmu
Kemudian melakukan empati tingkat tinggi, dengan mengatakan
Contoh:
Setelah mendengar ungkapanmu, saya menjadi mengerti mengapa kamu merasa kecewa,
dan saya ikut terluka dengan pengalamanmu .

8. Menyimpulkan sementara (Summarization)
Hal ini dilakukan konselor bersama konseli setiap periode waktu tertentu, agar diperoleh pemahaman terhadap apa yang sudah dibicarakan.
Tujuan:
Memberi kesempatan konseli untuk mengambil feedback dari hal yg sudah dibicarakan
Menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
Meningkatkan kualitas diskusi
Mempertajam atau memperjelas fokus wawancara konseling

9. Mendekatkan diri (disclosing self)
Konselor harus memiliki kemampuan membuka informasi-informasi personal dengan tujuan membuat konseli menjadi lebih terbuka.Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat awal pertemuan konseling, untuk menciptakan kenyamanan, perasaan aman, perasaan diterima, dan menumbuhkan kesediaan konseli untuk mengikuti konseling.


10. Memimpin (leading)
Konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan.
Tujuan :
Konseli tidak menyimpang dari fokus pembicaraan
Arah pembicaraan terfokus pada tujuan konseling
Contoh:
Saat ini perhatian anda tertuju pada kuliah sambil bekerja, mungkin anda tinggal merinci apa saja yang menjadi perhatian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk perhatian anda juga?


11. Memudahkan (facilitating)
Adalah suatu ketrampilan membuka komunikasi agar konseli mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan permasalahannya secara bebas dan memberdayakan konseli untuk mencapai tujuan-tujuannya, dengan cara a.l.
Membantu konseli untuk bersikap terbuka terhadap konflik
Membantu konseli untuk mengatasi hambatan berkomunikasi langsung
Menciptakan situasi yang aman dan memberikan keberanian bagi konseli untuk mengambil resiko
Contoh :
Konselor :
Saya yakin kamu akan berbicara apa adanya karena saya akan mendengarkan sebaik-baiknya. Saya mengerti perasaan saudara, saya yakin bahwa jika kita berdiskusi tentu masalah saudara akan mudah diatasi


12. Pemberian Informasi (Information Giving),
Dilakukan oleh konselor pada saat konseli membutuhkan informasi untuk memperjelas pengetahuan dan pemahamannya tentang berbagai hal. Baik itu informasi mengenai tujuan, proses dan kode etik proses konseling yang akan diikuti konseli, maupun informasi lainnya.Jika konselor kurang mengusai informasi yang dibutuhkan konseli, maka dapat diarahkan agar konseli mencari langsung kepada sumbernya.
Contoh:
Konselor:
Mengenai informasi persyaratan masuk sekolah tinggi statistik, saya sama sekali tidak mengusainya. Karena itu saya sarankan anda langsung saja ke Biro Pusat Statistik atau ke sekolah tinggi statistik yang bersangkutan


13. Konfrontasi (Confrontation),
teknik komunikasi yang menantang konseli, karena adanya ketidaksesuaian yang terlihat dalam pernyataan dan tingkah laku konseli, karena terjadi inkonsistensi antara perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar konfrontasi dapat terlaksana secara efektif:
Adanya kesenjangan yang diungkapkan konseli.
Konselor telah memahami masalah konseli secara mendalam
Telah terbinanya keakraban antara konselor dan konseli secara mendalam
Bertujuan meredakan ketegangan yang ada dalam bathin konseli
Mendorong konseli mengadakan penelitian secara jujur
Meningkatkan potensi konseli
Membawa konseli pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya
Disampaikan dengan bahasa yang lugas; ringkas, tepat, jelas mudah dipahami konseli.
Tidak menyalahkan atau menilai, disertai perilaku attending, disampaikan pada waktu yang tepat.
Contoh :
Konselor :
Kamu mengatakan bahwa kamu rela tetapi wajah kamu terlihat kecewa
Kamu mengatakan sudah memaafkannya, tetapi kamu masih mengungkapkan kekesalan

14. Memberikan penguatan
Konselor merangsang konseli untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkah laku yang positif dengan cara memberi pujian, penghargaan dan mendengarkan pembicaraan konseli dengan sungguh-sungguh.
Contoh :
Konselor : Saya kagum atas perjuangan saudara dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup selama ini


15. Diam
Diam adalah amat penting. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi melakukan komunikasi non verbal. Diam yang paling ideal antara 5 10 detik dan selebihnya diganti dengan dorongan minimal.
Tujuan:
Menunggu konseli berpikir
Proses jika konseli bicara berputar-putar atau berbelit-belit
Menunjang perilaku attending dan empati sehingga konseli bebas berbicara.
Contoh:
Ki: Saya tidak senang dengan perilaku dosen itu......dan saya .....(berpikir)
Ko: ..............Diam
Ki: Saya harus bagaimana..........saya tidak tahu......
Ko: ..............Diam


16. Menyimpulkan ( Influencing Summarization)
Pada akhir pelayanan konseling, konselor dapat membantu konseli untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut Bagaimana keadaan konseli saat ini terutama menyangkut tema tertentu. Memantapkan rencana konseli yang akan datang. Pokok-pokok yang akan dibicarakan pada sesi berikut.
Contoh :
Konselor : Apakah sudah dapat kita buat kesimpulan, bahwa..
Coba kita rumuskan bersama mengenai hal-hal yang telah kita bicarakan

 Penggunaan teknik komunikasi dalam tahap konseling :

Penggunaan teknik komunikasi dalam tahap konseling. Proses konseling terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
(1) tahap awal atau tahap mendefinisikanmasalah,
(2) tahap pertengahan disebut juga tahap kerja,
dan (3) tahap akhir atau tahap perubahan dan tindakan (action).
Setiap tahapan konseling memiliki teknik-teknik komunikasi tertentu.










































Tidak ada komentar: