Selasa, 26 Juni 2012

Psikologi klinis Anak dan Pediatri


Diperkirakan sekitar 8 juta anak di AS membutuhkan pelayanan kesehatan mental (Robert dalam Trull dan Phares, 2001). Bagi negara berkembang, jumlah itu barangkali bisa lebih banyak lagi.
Perhatian yang besar pada kekhususan psikologi untuk anak berkembang karena beberapa temuan, yaitu :
·        Bertambah banyaknya kasus psikopatologi anak, yakni 22%
·        Banyak gangguan yang terjadi pada anak-anak yang mempunyai konsekuensi serius pada usia dewasa.
·        Kebanyakan gangguan pada masa dewasa mungkin berasal dari masalah pada masa kanak-kanak yang tidak terdiagnosis
·        Perlu dilakukan intervensi untuk mencegah berlanjutnya suatu gangguan pada anak sampai dewasa.

DEFINISI
Definisi Pediatri dari bahasa Yunani yaitu Pedos (anak) dan iatrica (pengobatan) atau ilmu tentang pengobatan anak. Istilah ini mulai digunakan di Indonesia sejak tahun 1963. Chaplin(2002;357) menyampaikan bahwa pediatri adalah cabang khusus dari kedokteran yang menekuni penyakit anak-anak. Istilah lain untuk menyebut pediatri adalah ilmu kesehatan anak (Maramis,1994) yang terdiri dari tiga macam pediatri yaitu pediatri klinis, pediatri pencegahan, dan pediatri sosial.
Secara umum baik itu psikologi anak klinis, pediatri maupun  psikologi pediatri, ketiganya membahas permasalahan kesehatan anak dalam hal assesmen, intervensi, pencegahan, dan konsultasi. Terdapat perbedaan antara psikologi pediatri dan psikologi anak klinis. Psikologi anak klinis berkaitan dengan pemahaman terhadap gejala-gejala psikolopatologi anak dan remaja yang setting bekerjanya dapat di tempat-tempat praktek pribadi maupun pasien di luar klinik berbeda halnya dengan psikologi pediatri yang merupakan  bidang psikologi anak klinis yang berada dalam setting kerja medis seperti rumah sakit, klinik-klinik perkembangan atau praktek medis (dalam Phares dan Trull,2001)
Survei terhadap psikologi anak klinis dan psikologi pediatri yang membedakan keduanya (Phares dan Trull,2001) :
1.      klinik pediatri dicirikan oleh orientasi behavioral dengan kecenderungan untuk menggunakan strategi intervensi yang segera dan jangka pendek. Sebaliknya psikologi anak klinis lebih meluas orientasinya (psikodinamika dan keluarga/orientasi sistem)
2.      Psikologi pediatri cenderung menempatkan penekanan yang lebih luas pada persoalan medis dan biologis dalam pendekatan mereka terhadap pelatihan, penelitian dan pelayanan. Sedangkan psikologi klinis anak cenderung memberikan tempat yang lebih besar terhadap penelitian dalam asesmen, proses perkembangan dna terapi keluarga

SEJARAH
            Menjelang akhir tahun 1800an dan awal tahun 1900an, beberapa perkembangan terjadi dengan meningkatnya fokus pada anak-anak. Sejarah psikologi klinis anak berawal pada tahun 1896 ketika Witmer melakukan tritmen terhadap anak yang mengalami problem belajar dan berperilaku mengganggu di kelas, bersamaan dengan berdirinya ”Psychologycal Clinic”. Perkembangan ini termasuk identifikasi dan perawatan terhadap anak yang mengalami keterbelakangan mental, perkembangan tes intelegensi, formulasi psikoanalisis dan behaviorisme serta merebaknya klinik-klinik bimbingan anak (Trull dan Phares, 2001).
            Tren yang berkembang mencapai puncaknya pada apa yang saat ini dinamakan dengan psikologi anak klinis. Bidang ini berorientasi pada asesmen, tritmen dan pencegahan bermacam persoalan. Psikologi pediatri berkembang berikutnya sebagai sebuah kekhususan ketika psikologi pediatri ini menjadi tampak nyata dapat menghadapi seluruh problem yang ada pada masa kanak-kanak sebagaimana yang dilakukan psikologi anak klinis (Roberts dalam Trull dan Phares, 2001). Anak-anak yang relatif tak bermasalah mengunjungi ahli pediatri karena membutuhkan dukungan dan konseling, lebih banyak daripada intervensi medisnya.
Kasus yang ditangani oleh psikologi pediatri
  1. Perilaku negatif =  tantrum, menangis
  2. toileting = ngompol, toilet training
  3. Hambatan perkembangan = bicara, evoraktivitas
  4. sekolah = membaca, tidak suka sekolah
  5. Tidur = mimpi buruk, menolak waktu tidur
  6. Kepribadian = rendah kontrol diri, mencuri
SEBUAH PERSPEKTIF PERKEMBANGAN
      Dari sudut pandang perkembangan, problem-problem psikologis pada anak dan remaja dihasilkan dari beberapa penyimpangan pada satu atau lebih area perkembangan (kognitif, emosi, biologis, perilaku, dan sosial) apabila dibandingkan dengan anak dalam kelompok usia yang sama. Pada saat yang sama adalah penting untuk mengetahui :
1.      Perkembangan merupakan proses aktif dan dinamis
2.      Problem-problem perkembangan yang sama mungkin mengarah pada hasil yang berbeda (gangguan klinis)
3.      Problem perkembangan yang berbeda mungkin mengarah pada hasil yang sama
4.      proses perkembangan dan kegagalan dalam perkembangan dapat saling berinteraksi
5.      proses perkembangan dan lingkungan saling mempengaruhi

RESILLIENCE (DAYA TAHAN)
Istilah resillience mengacu pada kualitas-kualitas yang ada pada individu yang berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan dan memperoleh hasil-hasil perkembangan yang baik (Masten / Coatsworth dalam Trull dan Phares, 2001)
Ciri-ciri individu, keluarga dan pengaruh di luar keluarga yang berkaitan dengan resiliensi anak-remaja :
  1. Individu,
Fungsi intelektual yang baik, menarik, mudah bergaul, percaya diri, harga diri tinggi,banyak bakat / kemampuan, keyakinan
  1. Keluarga
Hubungan dekat dengan figur orang tua yang memperhatikan. Gaya asuh : hangat, harapan tinggi, tersturktur, sosial-ekonomi mendukung, hubungan dengan jaringan keluarga besar yang supportif
  1. Konteks di luar keluarga
Memiliki ikatan prososial dengan orang dewasa di luar keluarga, hubungan dengan organisasi prososial, hadir di sekolah

ASSESMEN
            Asesmen terhadap anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa karena umumnya anak dan remaja jarang mencari tritmen sendiri. Memperkirakan sifat dan keparahan problem merupakan hal penting ketika melakukan asesmen terhadap anak dan remaja. Misalnya problem mungkin sangat spesifik seperti kecemasan berangkat sekolah atau justru bersifat umum seperti depresi atau hilangnya minat terhadap tugas-tugas sekolah. Sebuah sejarah kasus dapat digunakan untuk mengumpulkan pemahaman secara tepat mengenai bagaimana berkembangnya suatu problem (Trull dan Phares, 2001). Alat-alat yang digunakan dalam asesmen terhadap anak-remaja adalah interview, tes intelegensi, tes prestasi, tes proyeksi, dan checklist. Bentuk-bentuk asesmen lain adalah asesmen untuk neoropsikologi, asesmen kognitif, dan asesmen keluarga (Trull dan Phares, 2001).

INTERVENSI
            Intervensi yang diberikan pada anak dan remaja memiliki perbedaan namun secara umum sama dengan intervensi untuk dewasa. Perbedaan anak-anak tidak merujuk pada dirinya sendiri untuk melakukan tritmen, tidak memiliki kapasitas yang sama untuk introspeksi dan melaporkan diri sebagaimana orang dewasa. Kesamaan menggunakan teori-teori yang digunakan, baik psikoanalisa, orientasi behavioristik, humanistik, dan terapi kelompok maupun terapi keluarga

CEDERA PADA ANAK
            Perkembangan anak secara fisik banyak mempengaruhi kondisi emosinya. Apa yang terjadi pada anak ketika kecil dapat mempengaruhi konstelasi emosi anak, apalagi bila sesuatu yang terjadi menimbulkan gangguan nyata secara fisik dan psikologis. 10%-20% anak yang mengalami cidera kepala berat akan mengalami masalah dengan ingatan jangka pendeknya dan menunjukkan respon yang lebih lambat terutama jika mengalami koma sekurangnya tiga minggu. Selain itu, lebih dari setengahnya akan mengalami gangguan syaraf. Anak yang mengalami cedera kepala hendaknya segera dibawa ke dokter agar dapat dievaluasi (diagnosa) dengan cermat. 

Adi Handoko (11080029)
Universitas Borobudur 2012

Tidak ada komentar: